HENDRIPAL SYUKUR.S.Pd.M.Pd

HENDRIPAL SYUKUR.S.Pd.M.Pd
MY FAMILY

Selasa, 26 Juni 2012


MUTU PENDIDIKAN
oleh Hendripal.S.Pd
 
1. Peningkatan Kualitas Pendidikan
       Banyak ahli yang mengemukakan tentang mutu atau kualitas, seperti yang dikemukakan oleh Edward Sallis (2006 : 33 ) mutu adalah Sebuah filsosofis dan metodologis yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan. Sudarwan Danim (2007 : 53 ) mutu mengandung makna derajat keunggulan suatu poduk atau hasil kerja, baik berupa barang dan jasa. Dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991 :677 ) menyatakan Mutu adalah ukuran , baik buruk suatu benda, taraf atau derajat . Selanjutnya Lalu Sumayang ( 2003 : 322) menyatakan quality (mutu ) adalah tingkat dimana rancangan spesifikasi sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan fungsi dan penggunannya, disamping itu quality adalah tingkat di mana sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan rancangan spesifikasinya.
      Apabila pandangan para ahli dia atas di identifikasikan ke dalam qualitas pendidikan, dalam pandangan Zamroni ( 2007 : 2 ) dikatakan bahwa peningkatan mutu sekolah adalah suatu proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar  target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.
Peningkatan mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai, proses untuk mencapai dan faktor-faktor yang terkait. Dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang perlu mendapat perhatian, yakni aspek kualitas hasil dan aspek proses mencapai hasil tersebut.
       Edward Sallis ( 2006 :73 ) menyatakan bahwa Total Quality Management (TQM) Pendidikan adalah sebuah filsosofis tentang perbaikan secara terus- menerus , yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan , keinginan , dan harapan para pelanggannya saat ini dan untuk masa yang akan datang
       Di sisi lain, Zamroni memandang bahwa peningkatan mutu dengan model TQM , dimana sekolah menekankan pada peran kultur sekolah dalam kerangka model The Total Quality Management (TQM). Teori ini menjelaskan bahwa mutu sekolah mencakup tiga kemampuan, yaitu : kemampuan akademik, sosial, dan moral. (Zamroni , 2007 :6 )
      Menurut teori ini, mutu sekolah ditentukan oleh tiga variabel, yakni kultur sekolah, proses belajar mengajar, dan realitas sekolah. Kultur sekolah merupakan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, slogan-slogan, dan berbagai perilaku yang telah lama terbentuk di sekolah dan diteruskan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya, baik secara sadar maupun tidak. Kultur ini diyakini mempengaruhi perilaku seluruh komponen sekolah, yaitu : guru, kepala sekolah, staf administrasi, siswa, dan juga orang tua siswa. Kultur yang kondusif bagi peningkatan mutu akan mendorong perilaku warga kearah peningkatan mutu sekolah, sebaliknya kultur yang tidak kondusif akan menghambat upaya menuju peningkatan mutu sekolah.
2. Input, Proses dan Output Pendidikan
       Pengertian mutu   dalam pendidikan mencakup input, proses, dan output . Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses yang berupa sumber daya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Input sumber daya meliputi sumber daya manusia diantaranya tenaga kependidikan, pendidik dan peserta didik diantaranya kepala sekolah, guru termasuk guru BP, tenaga tata usaha . Dan sumber daya lain berupa sarana prasarana berupa peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dsb). Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program, dsb. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut.
       Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Dalam pendidikan berskala mikro (tingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses  pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lainya. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dsb.) dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Memberdayakan mengandung arti bahwa peserta didik tidak sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh guru, akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan yang lebih penting peserta didik mampu belajar cara belajar (mampu mengembangkan dirinya).
       Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektifitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khususnya prestasi siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum, UN, karya ilmiah, lomba-lomba akademik; dan prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, keterampilan kejujuran, dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikulir lainnya.

Jadi kalau ketiga hal tersebut di atas telah dicapai maka mutu pendidikan masa depan yang lebih baik akan terwujud sehingga masa depan Indonesia tanpa korupsi bukan lagi menjadi suatu mimpi di musim panas karena disadari atau tidak korupsi yang dilakukan anak-anak bangsa telah menghambat terwujudnya kesejahteraan yang didamba sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional Negara Indonesia.

2. Faktor-Faktor Dominan dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah
       Selanjutnya untuk meningkatkan mutu sekolah seperti yang disarankan oleh Sudarwan Danim ( 2007 : 56 ), yaitu dengan melibatkan lima faktor yang dominan :
  1. Kepemimpinan Kepala sekolah; kepala sekolah harus memiliki dan memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja, memberikanlayananyang optimal, dan disiplin kerja yang kuat.
  2. Siswa; pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat “ sehingga kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga sekolah dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa .
  3. Guru; pelibatan guru secara maksimal , dengan meningkatkan kopmetensi dan profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, MGMP, lokakarya serta pelatihan sehingga hasil dari kegiatan tersebut diterapkan disekolah.
  4. Kurikulum; sdanya kurikulum yang ajeg / tetap tetapi dinamis , dapat memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga goals (tujuan ) dapat dicapai secara maksimal;
  5. Jaringan Kerjasama; jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan masyarakat semata (ornag tua dan masyarakat ) tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan / instansi sehingga output dari sekolah dapat terserap didalam dunia kerja
       Berdasarkan pendapat diatas, perubahan paradigma harus dilakukan secara bersama-sama antara pimpinan dan karyawan sehingga mereka mempunyai langkah dan strategi yang sama yaitu menciptakan mutu dilingkungan kerja khususnya lingkungan kerja pendidikan. Pimpinan dan karyawan harus menjadi satu tim yang utuh (teamwork ) yangn saling membutuhkan     dan     saling   mengisi   kekurangan yang ada sehingga target ( goals)  akan tercipta dengan baik
3.  Unsur-unsur yang terlibat dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di sekolah
Unsur yang terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan dapat lihat dari sudut pandang makro dan mikro pendidikan. Sudut pandang makro dan mikro pendidikan dapat dilihat dari bagan berikut

Sumber: Syaiful Sagala (2004 : 9)
4.      Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah
Secara umum untuk meingkatkan mutu pendidikan harus diawali dengan strategi peningkatan pemerataan pendidikan, dimana unsure makro dan mikro pendidikan ikut terlibat, untuk menciptakan (Equality dan Equity ) , mengutip pendapat Indra Djati Sidi ( 2001 : 73 ) bahwa pemerataan pendidikan harus mengambil langkah sebagai berikut :
1.   Pemerintah menanggung biaya minimum pendidikan yang diperlukan anak usia sekolah baik negeri maupun swasta yang diberikan secara individual kepada siswa.
2.   Optimalisasi sumber daya pendidikan yang sudah tersedia.
3.   Memberdayakan sekolah-sekolah swasta melalui bantuan dan subsidi dalam rangka peningkatan mutu embelajaran siswa dan optimalisasi daya tampung yang tersedia.
4.   Melanjutkan pembangunan Unit Sekolah Baru (USB ) dan Ruang Kelas Baru (RKB ) bagi daerah-daerah yang membutuhkan dengan memperhatikan peta pendidiakn di tiap –tiap daerah sehingga tidak mengggangu keberadaan sekolah swasta.
5.   Memberikan perhatian khusus bagi anak usia sekolah dari keluarga miskin, masyarakat terpencil, masyarakat terisolasi, dan daerah kumuh.
6.   Meningkatkan partisipasi anggota masyarakat dan pemerintah daerah untuk ikut serta mengangani penuntansan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
             Sedangkan peningkatan mutu sekolah secara umum dapat diambil satu strategi dengan membangun Akuntabilitas pendidikan dengan pola kepemimpinan , seperti kepemimpinan sekolah Kaizen ( Sudarwan Danim, 2007 : 225 ) yang menyarankan :
1.   Untuk memperkuat tim-tim sebagai bahan pembangun yang fundamental dalam struktur perusahaan.
2.   Menggabungkan aspek –aspek positif individual dengan berbagai manfaat dari konsumen
3.   Berfokus pada detaiol dalam mengimplementasikan gambaran besar tentang perusahaan
4.   Menerima tanggung jawab pribadi untuk selalu mengidentifikasikan akar menyebab masalah
5.   Membangun hubungan antarpribadi yang kuat
6.   Menjaga agar pemikiran tetap terbuka terhadap kritik dan nasihat yang konstruktif
7.   Memelihara sikap yang progresif dan berpandangan ke masa depan
8.   Bangga dan menghargai prestasi kerja
9.   Bersedia menerima tanggung jawab dan mengikuti pelatihan
10. Menantang kebijakan yang sudah diterima serta dukungan inovasi dan kreativitas 

5.Meningkatkan Motivasi  Belajar Siswa
       Ada dua macam motivasi, yaitu  motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik. Motivasi Intrinsik adalah  motivasi yang  timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Sedangkan motivasi ekkstrinsik adalah motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, menunjukan memiliki motivasi intrinik yang tinggi. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
       Berbeda dengan siswa yang tidak memiliki motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau  belajar.
       Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1.   Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik pada permulaan  mengajar seharusnya sehingga makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2.   Hadiah Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4.   Pujian Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5.   Hukuman Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7.   Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9.   Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

6. Penutup.
Kepemimpinan kepala sekolah dan kreatifitas guru yang professional, inovatif, kreatif, mrupakan salah satu tolok ukur dalam Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah ,karena kedua elemen ini merupakan figure yang bersentuhan langsung dengan proses pembelajaran , kedua elemen ini merupakan fugur sentral yang dapat memberikan kepercayaan kepada masyarakat (orang tua ) siswa , kepuasan masyarakat akan terlihat dari output dan outcome yang dilakukan pada setiap periode. Jika pelayanan yang baik kepada masyarakat maka mereka tidak akan secara sadar dan secara otomatis akan membantu segala kebutuhan yang di inginkan oleh pihak sekolah,sehingga dengan demikian maka tidak akan sulit bagi pihak sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di sekolah.
( tulisan ini hasil kutipan penulis ).

Kamis, 07 Juni 2012


TUGAS MATA KULIAH :
MEDIA PEMBELAJARAN

Dosen :  Prof.Dr. Indrati Kusumaningrum.M.Pd

RANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
Oleh :
HENDRIPAL S.Pd

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012




KATA PENGANTAR

Alhamdullillah, Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada hambanya. Kenikmatan yang tidak ternilai ketika Tugas ini dapat diselesaikan.
  Tulisan  ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mempertanggung jawabkan Mata Kuliah Media Pembelajaran yang diasuh oleh ibuk Prof .DrIndrati Kusumaningrum.M.Pd. Di dalamnya berisi tentang Teori –teori Belajar ,Teori Media dan Metode Assure serta dilengkapi dengan contoh – contoh RPP  sebagai upaya untuk memenuhi persyarata untuk mendapatkan nilai semester Genap tahun 2011 / 2012 Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang .
Penulis menyadari bahwa Tugas ini belumlah sempurna  serta masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada ibuk pembimbing yang telah memberikan petunjuk sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan baik dan semoga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri serta rekan –rekan mahasiswa Pasca Sarjana UNP khususnya bagi Mahasiswa Teknologi pendidikan tahun 2011.

Sungai Penuh, …………………2011



HENDRIPAL,S.Pd




BAB.I
TEORI PEMBELAJARAN DAN TEORI MEDIA

1.1            .TEORI TEORI PEMBELAJARAN
1.1.1.      TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Abraham Maslow dan Carl Rogers termasuk kedalam tokoh kunci humanisme. Tujuan utama dari humanisme dapat dijabarkan sebagai perkembangan dari aktualisasi diri manusia automomous. Dalam humanisme, belajar adalah proses yang berpusat pada pelajar dan dipersonalisasikan, dan peran pendidik adalah sebagai seorang fasilitator.
Afeksi dan kebutuhan kognitif adalah kuncinya, dan goalnya adalah untuk membangun manusia yang dapat mengaktualisasikan diri dalam lingkungan yang kooperatif dan suportif. Dijelaskan juga bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya. Kerana itu dalam kaitannya maka setiap diri manusia adalah bebas dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang mencapai aktualisasi diri. Menurut Carl Rogers, teori belajar humanis :
a) Setiap individu adalah positif, serta menolak teori Freud dan behaviorisme.
b) Asumsi dasar teori Rogers adalah kecenderungan formatif dan kecenderungan aktualisasi.
c) Diri (self) adalah terbentuk dari pengalaman mulai dari bayi, di mana diri terdiri dari 2
subsistem yaitu konsep diri dan diri ideal.
d) Kebutuhan individu ada 4 yaitu : (1) pemeliharaan, (2) peningkatan diri, (3) penghargaan
positif (positive regard), dan (4) Penghargaan diri yang positif (positive self-regard).


1.1.2.      PENERAPAN TEORI HUMANISTIK DALAM PENDIDIKAN
Menurut Gage dan Berliner beberapa prinsip dasar dari pendekatan humanistit yang dapat kita guna untuk mengembangkan pendidikan :
1. Murid akan belajar dengan baik apa yang mereka mau dan perlu ketahui . Saat mereka telah mengembangkan kemampuan untuk menganalisa apa dan mengapa sesuatu penting untuk mereka sesuai dengan kemampuan untuk mengarahkan perilaku untuk mencapai yang dibutuhkan dan diinginkan, mereka akan belajar dengan lebih mudah dan lebih cepat. Sebagian besar pengajar dan ahli teori belajar akan setuju dengan dengan pernyataan ini, meskupun mereka mungkin akan tidak setuju tentang apa tepatnya yang menjadi motivasi murid.
2. Mengetahui bagaimana cara belajar lebih penting daripada membutuhkan banyak pengetahuan. Dalam kelompok sosial kita dewasa ini dimana pengetahuan berganti dengan sangat cepat , pandangan ini banyak dibagi diantara kalangan pengajar, terutama mereka yang datang dari sudut pandang kognitif
3. Evaluasi diri adalah satu satunya evaluasi yang berarti untuk pekerjaan murid. Penekanan disini adalah pada perkembangan internal dan regulasi diri. Sementara banyak pengajar akan setuju bahwa ini adalah hal yang penting, mereka juga akan mengusung sebuah kebutuhan untuk
mengembangkan kemampuan murid untuk berhadapan dengan pengharapan eksternal. Pertemuan dengan pengaharapan eksternal seperti ini menghadapkan pertentangan pada sebagian besar teori humanistik.
4. Perasaan adalah sama penting dengan kenyataan . Banyak tugas dari pandangan humanistik seakan memvalidasi poin ini dan dalam satu area, pengajar yang berorientasi humanistik membuat sumbangan yang bererti untuk dasar pengetahuan kita.
5. Murid akan belajar dengan lebih baik dalam lingkungan yang tidak mengancam. Ini adalah salah satu area dimana pengajar humanistik telah memiliki dampak dalam praktek pendidikan. Orientasi yang mendukung saat ini adalah lingkungan harus tidak mengancam baik secara psikologis, emosional dan fisikal. Bagaimanapun, ada penelitian yang menyarankan lingkungan yang netral bahkan agak sejuk adalah yang terbaik untuk murid yang lebih tua dan sangat termotivasi. Menurut aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi kebutuhankebutuhan ini.
Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang, untuk lebih baik, dan juga belajar. Jadi sekoah harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini dengan memaksakan anak belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang benar apabila anak dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga punya keinginan. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk memenuhi kebutuhank-ebutuhan yang lebih tinggi, bukan sebagai konselor seperti dalam Freudian ataupun pengelola perilaku seperti pada behaviorisme.
Secara singkatnya, pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Para pendidik hanya membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Teori ini cocok untuk di terapkan pada materi - materi yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena social. Indikator keberhasilan dari teori ini adalah : Siswa senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir siswa, serta meningkatnya kemauan sendiri.
Menurut teori ini ciri-ciri guru yang baik adalah yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar. Mampu mengatur ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikannya pada perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah, mudah menjadi tidak sabar, suka melukai perasaan siswa dengan komentar yang menyakitkan, bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon pun akan tetap dikuatkan.

A. Teori Koneksionisme Thorndike

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu ineraksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari defenisi ini maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati.

B. Teori Conditioning Watson

Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan.



C. Teori Conditioning Edwin Guthrie
Dijelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar perserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut.
D. Teori Operant Conditioning Skinner
Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku. Teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respon serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1.      Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.

E. Teori Systematic Behavior Clark Hull
Dalam teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.
F.Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu :
 (1) sensory motor;
(2) pre operational;
(3) concrete operational dan
(4) formal operational.
Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes material into their mind from the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.















1. 2.  LANDASAN TEORI
2.1 Media Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’ atau ’pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal.
Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran (Djamarah, 2002: 137). Sedangkan pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 17). Jadi, media pembelajaran adalah media yang digunakan pada proses pembelajaran sebagai penyalur pesan antara guru dan siswa agar tujuan pengajaran tercapai.
Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada siswa. Selain itu media juga harus merangsang siswa mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong siswa untuk melakukan praktik-praktik dengan benar.
2.1.2 Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran

Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton (dalam Depdiknas, 2003) mengidentifikasikan beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu:
1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga.
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.
8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

Fungsi media pembelajaran antara lain:
1. Menyampaikan informasi dalam proses belajar mengajar.
2. Melengkapi dan memperkaya informasi dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Mendorong motivasi belajar.
4. Menambah variasi dalam penyajian materi.
5. Menambah pengertian nyata tentang suatu pengetahuan.
6. Memungkinkan siswa memilih kegiatan belajar sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya.
7. Mudah dicerna dan tahan lama dalam menyerap pesan-pesan (informasinya sangat membekas dan tidak mudah lupa) (Rohani, 1997: 9).

2.1.3 Ciri-ciri Media Pembelajaran

Gerlach & Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya.
1. Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Dengan ciri fiksatif, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
2. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Suatu kejadian dapat dipercepat dan dapat juga diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil suatu rekaman video.
3. Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransformasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.
2.1.4 Klasifikasi dan Karakteristik Media Pembelajaran

Menurut Oemar Hamalik (1985:63) ada empat klasifikasi media pengajaran yaitu:
1. Alat-alat visual yang dapat dilihat.
2. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar.
3. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar.
4. Dramatisasi, bermain peranan, sosiodrama, sandiwara boneka, dan sebagainya.

2.2 Multimedia

2.2.1 Definisi Multimedia

Secara etimologis multimedia berasal dari kata multi (Bahasa Latin), nouns yang berarti banyak, bermacam-macam, dan medium (Bahasa Latin) yang berarti sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan atau membawa sesuatu. Kata medium dalam American Heritage Electronic Dictionary (1991) juga diartikan sebagai alat untuk mendistribusikan dan mempresentasikan informasi (Rachmat dan Alphone, 2005/2006: 1).
Multimedia merupakan perpaduan antara berbagai media (format file) yang berupa teks, gambar (vektor atau bitmap), grafik, sound, animasi, video, interaksi, dan lain-lain yang telah dikemas menjadi file digital (komputerisasi) yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada publik.

2.2.2 Objek Multimedia

Multimedia terdiri dari beberapa objek, yaitu teks, grafik, image, animasi, audio, video, dan link interaktif.
1. Teks

Teks merupakan dasar dari pengolahan kata dan informasi berbasis multimedia. Menurut Hofstetter, sistem multimedia banyak dirancang dengan menggunakan teks karena teks merupakan sarana yang efektif untuk mengemukakan ide-ide dan menyediakan instruksi-instruksi kepada user (pengguna). Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan hypertext, auto-hypertext, text style, import text, dan export text.
2. Image

Secara umum image atau grafik berarti still image (gambar tetap) seperti foto dan gambar. Manusia sangat berorientasi pada visual (visual-oriented), dan gambar merupakan sarana yang sangat baik untuk menyajikan informasi. Semua objek yang disajikan dalam bentuk grafik adalah bentuk setelah dilakukan encoding dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan waktu.
3. Animasi

Animasi adalah pembentukan gerakan dari berbagai media atau objek yang divariasikan dengan gerakan transisi, efek-efek, juga suara yang selaras dengan gerakan animasi tersebut atau animasi merupakan penayangan frame-frame gambar secara cepat untuk menghasilkan kesan gerakan. Konsep dari animasi adalah menggambarkan sulitnya menyajikan informasi dengan satu gambar saja, atau sekumpulan gambar.
4. Audio

Penyajian audio merupakan cara lain untuk lebih memperjelas pengertian suatu informasi. Suara dapat lebih menjelaskan karakteristik suatu gambar, misalnya musik dan suara efek (sound effect).
5. Video

Video merupakan elemen multimedia paling kompleks karena penyampaian informasi yang lebih komunikatif dibandingkan gambar biasa. Dalam video, informasi disajikan dalam kesatuan utuh dari objek yang dimodifikasi sehingga terlihat saling mendukung penggambaran yang seakan terlihat hidup.
6. Interactive link

Interactive link dengan informasi yang berkaitan sering kali dihubungkan secara keseluruhan sebagai hypermedia. Interactive link diperlukan bila pengguna menunjuk pada suatu objek atau tombol supaya dapat mengakses program tertentu dan untuk menggabungkan beberapa elemen multimedia sehingga menjadi informasi yang terpadu.


2.2.3 Komponen Multimedia

Menurut definisi terdapat empat komponen penting multimedia:
1. Adanya komputer sebagai suatu alat yang dapat berinteraksi dengan user.
2. Adanya link yang menghubungkan user dengan informasi.
3. Adanya alat navigasi yang memandu, menjelajah jaringan informasi yang saling terhubung.
4. Multimedia menyediakan tempat kepada user untuk mengumpulkan, memproses, dan menghubungkan informasi dan ide user sendiri.

2.2.4 Tujuan Multimedia

Tujuan dari penggunaan multimedia adalah sebagai berikut:
1. Multimedia dalam penggunaannya dapat meningkatkan efektivitas dari penyampaian suatu informasi.
2. Penggunaan multimedia dalam lingkungan dapat mendorong partisipasi, keterlibatan serta eksplorasi pengguna tersebut.
3. Aplikasi multimedia dapat meransang panca indera, karena dengan penggunaannya multimedia akan meransang beberapa indera penting manusia, seperti: penglihatan, pendengaran, aksi maupun suara. Dalam pengaplikasiannya multimedia akan sangat membantu penggunanya, terutama bagi pengguna awam.














BAB.II
ASSURE MODEL

Model ASSURE adalah model pembelajaran yang dapat digunakan untuk jenis media yang tepat dalam proses pembelajaran. Model ini dikembangkan untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien, khususnya pada kegiatan pembelajaran yang menggunakan media dan teknologi. Model ini, berorentasi pada KBM. Strategi pembelajarannya melalui pemilihan dan pemanfaatan metode, media, bahan ajar, serta peran serta pembelajar di lingkungan belajar.Assure model di desain untuk membantu Guru dalam merancang rencana pembelajaran yang terintegrasi dan efektif dengan menggunakan teknologi dan Media dalam kelas.
Analyze learner(menganalisis pebelajar)
Langkah yang pertama adalah mengidentifikasi karakteristik pebelajar. Media dan teknologi dikatakan efektif bila ada kesesuaian antara karakteristik pebelajar dengan metode media dan karakteristik pebelajar.
faktor kunci Yang dibahas dalam analisis pembelajar adalah sebagai berikut :
a. General characteristict ( Karakteristik Umum )
Karakteristik umum meliputi faktor-faktor usia , tingkat pendidikan , pekerjaan /posisi, kebudayaan dan sosial ekonomi . Dengan analisis pebelajar akan membantu pemulihan metode dan media pembelajaran yang sesuai . Sebagai contoh : pebelajar yang lemah dalam ketrampilan membaca , lebih tepat diberi media non cetak . Jika pebelajar kurang tertarik dengan materi yang disajikan , maka media yang tepat misalnya videotape , simulasi , atau kegiatan-kegiatan yang berbasis teknologi . Bila pebelajar pertama kali belajar suatu konsep baru, maka dibutuhkan pengalaman belajar langsung dan konkrit seperti karyawisata atau latihan bermain peran (mengacu pada kerucut peran Edgar Dale )
b. Spesifik entri competencies ( kompetensi tertentu )
Sebuah komponen penting dari merancang pelajaran adalah untuk mengidentifikasi kompetensi spesifik dari siswa . Kita dapat melakukan ini melalui cara-cara informal (seperti di kelas mempertanyakan) atau cara formal lebih (seperti meninjau hasil tes standar). Tes kemampuan awal merpakan penilaian , baik formal maupun informal , yang diperlukan. Dengan menganalisis kemampuan yang telah dimiliki pebelajar, guru dapat memilih metode dan media yang sesuai .
c. Learning Style ( Gaya belajar )
Gaya belajar berkenaan dengan pengelompokan sifat-sifat psikologis yang menentukan bagaimana seseorang individu merasakan berinteraksi dengan dan merespon secara emosional pada lingkungan belajar . Gardner (1999) mengemukakan 3 jenis gaya belajar seseorang yaitu : visual , auditory , dan kinestetik. Teori Gardner mengimplikasikan bahwa guru yang efektif perlu sadar akan adanya gaya belajar yang berbeda di antara para pebelajar . Cara yang terbaik untuk mengatasinya yaitu dengan memberikan variasi pembelajaran . Guru , Perancang kurikulyum , dan spesialis media harus bekerjasama mendesain kurikulum sehingga pebelajar memiliki kesempatan mengembangkan perbedaan gaya belajar. Variabel gaya belajar dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok yaitu :
a. Kekuatan persepsi
Pendukung pentingnya variabel ini mengatakan bahwa sebagian besar pebelajar tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk menangkap pelajaran melalui pendengaran dan menyangsikan keluasan penggunaan metode guru. Pebelajar yang agak lambat belajar cenderung menyukai pengalaman taktil atau kinestetik , duduk dan mendengarkan sukar baginya.
b. Kebiasaan memproses informasi
Variabel ini berkaitan dengan bagaimana kecenderungan pebelajar memproses informasi . Model Gregore (dalam Molenda , dkk , 2005) tentang ‘gaya belajar’ yaitu 4 kategori utama pada gaya berfikir :
1. Pebelajar kategori berurutan kongkrit , lebih suka pengalaman langsung dan penyampaian dengan urutan yang logis . Golongan ini lebih cocok belajar dengan buku kerja , demonstrasi , pembelajaran terprogram , dll.
2. Pebelajar katagori acak konkrit , lebih senang pendekatan coba-coba (trial & error), membuat kesimpulan cepat dari pengalaman yang terjadi . Golongan ini lebih suka metode-metode seperti permainan , simulasi , discovery ,dll
3. Pebelajar kategori berurutan abstrak. Kelompok ini terampil menyandi pesan verbal dan simbolik khususnya bila disajikan dalam urutan yang logis . Golongan ini lebih suka membaca dan menyimak .
4. Pebelajar kelompok acak abstrak , menunjukan kemampuannya untuk menangkap makna dan presentasi yang disajikan , merespon nada dan gaya pembicara sebaik menangkap pesannya . Golongan ini baik untuk belajar dalam diskusi kelompok , kuliah dengan tanya jawab , videotape , dan televisi.
c. Faktor-Faktor motivasional
Berbagai faktor emosianoal sangat berpengaruh pada perhatian terhadap sesuatu , berapa lama memperhatikan, seberapa jauh usaha memahami pelajaran , dan bagaimana perasaan ikut ambil bagian dalam kegiatan belajar. Cara yang baik untuk mendiskripsikan motivasi belajar yaitu menggunakan r , yang membedaka aspek penting motivasi , yaitu :
Atensi , berkenaan dengan apakah pebelajar merasa bahwa pembelajaran menarik dan
berguna untuk dipertimbangkan
Relevan, berkaitan dengan apakah pebelajar merasa bahwa pembelajaran berkaitan
dengan tujuannya
Confidence, berkenaan dengan apakah pebelajar mengharapkan kesuksesan berdasarkan pada usahanya sendiri
Satisfaction, berkaitan dengan penghargaan yang diterima pebelajar dari pembelajaran itu
State Standards and Objacctives
Langkah berikutnya adalah merumuskan tujuan pembelajaran sekhusus mungkin . Tujuan ini dijabarkan munkin dari silabus , buku teks, kurikulum atau dikembangkan sendiri oleh gurunya . Suatu pernyataan tujuan , bukan apa yang direncanakan oleh guru dalam pembelajaran melainkan apa yang harus dicapai pebelajar dengan pembelajaran itu. Suatu tujuan merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai, bukan bagaimana tujuan itu akan dicapai . Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perumusannya adalah :
1. Tetapkan ABCD
Teknik ABCD untuk menyatakan tujuan (Mager, 1997) A (Audience)– instruksi yang kita ajukan harus fokus kepada apa yang harus dilakukan/ dikerjakan oleh pembelajar bukan apa yang harus dilakukan pengajar, B (Behavior) – kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan baru yang harus dimiliki pembelajar setelah melalui proses pembelajaran dan harus dapat diukur, C (Conditions) –pernyataan tujuan yang meliputi kondisi dimana unjuk kerja itu diamati , D (Degree) – pernyataan tujuan yang mengidentifikasi standar atau kriteria yang menjadi dasar pengukuran tingkat keberhasilan pembelajar.
2. Mengklasifikasikan Tujuan
Pengelopokan tujuan sangat penting karena pemilihan metode dan media serta cara mengevaluasi tergantung pada jenis tujuan yang diterapkan. Suatu tujuan mungkin diklasifikasikan menurut jenis belajar utama yang akan dicapai . Meskipun ada rentangan pendapat mengenai cara terbaik untuk mendiskripsikan dan menorganisasikan jenis-jenis belajar , ada 3 kategori (domain) yang secara luas diterima yaitu : ketrampilan kognitif, afektif, dan psikomotor. Molenda (2005) menambahkan ketrampilan interpersonal, karena ketrampilan ini sangat penting dalam suatu kerja tim.
Domain kognitif, belajar meliputi susunan kemampuan intelektual yang dikelompokkan sebagai informasi verbal/visual atau ketrampilan intelektual . Ketrampilan intelektual mengajak pebelajar untuk memberikan respon pada stimuli tertentu termasuk di dalamnya mengingat atau menyebutkan kembali fakta-fakta. Di sisi lain, ketrampilan intelektual juga mengharapkan pebelajar berfikir dan memanipulasi data .
Dalam Domain afektif, melibatkan perasaan dan nilai. Tujuan afektif memiliki rentangan misalnya menstimulasi minat dalam pelajaran di sekolah , meningkatkan kepedulian sosial dll. Kalau dalam Domain psikomotor, kegiatan belajar meliputi atletik, pekerjaan tangan, dan ketrampilan-ketrampilan fisik lain. Ketrampilan interpersonal merupakan ketrampilan yang berpusat pada orang (people-centered) yang memerlukan untuk berhubungan dengan orang lain secara efektif.
3. Perbedaan Individu
Berkaitan dengan kemampuan individu pebelajar dalam menuntaskan atau memahami sebuah materi yang diberikan. Pebelajar yang tidak memiliki kesulitan belajar dengan pebelajar yang memiliki kesulitan belajar pasti memiliki waktu ketuntasan terhadap materi yang berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut, maka timbullah mastery learning (kecepatan dalam menuntaskan materi tergantung dengan kemampuan yang dimiliki tiap individu).
Select Strategies , Technology, Media , and Materials
(memilih strategi , metode, media dan bahan ajar)
Rencana untuk penggunaan media dan teknologi, pertama-tama tentu saja menuntut pemilihan yang sistematis . Proses memilih ada 3 tahap yaitu :
1. Menentukan metode yang sesuai untuk suatu tugas belajar
Dalam menentukan atau memilih metode yakinlah bahwa tidak ada satu metode pun yang paling baik untuk semua kegiatan belajar. Untuk suatu kegiatan pembelajaran mungkin diperlukan gabungan metode satu dengan yang lainnya untuk tujuan yang berbeda pada pelajaran yang berbeda pula. Misalnya suatu pelajaran menggunakan metode simulasi untuk menambah perhatian dan menimbulkan minat pada awal pelajaran , kemudian menggunakan demonstrasi untuk menampilkan informasi baru, selajutnya memberikan latihan komputer untuk memprektekkan ketrampilan baru tersebut.
2. Memilih bentuk media yang cocok dengan metode yang akan disajikan
Bentuk media adalah bentuk fisik yang akan membawakan pesan yang akan disajikan . Bentuk media misalnya , bagan lembaran balik (gambaran diam dan teks ), slide (proyeksi diam), audio (suara dan musik), video (gambaran bergerak pada layar TV), dan multimedia computer (grafik, teks , dan gambaran bergerak pada monitor). Tiap bentuk itu memiliki kelemahan dan kekurangan dalam hal jenis pesan yang direkam maupun ditampilkan. Memilih bentuk media merupakan tugas yang kompleks , mempertimbangkan bayaknya media yang tersedia, variasi belajar, dan tujuan yang ditetapkan.
Dalam mamilih media memang agak rumit, tetapi banyak cara yang diajukan oleh para ahli untuk memilih media yaitu dengan mengajukan model-model pemilihan media. Model pemilihan media untuk setting pembelajaran , misalnya : kelompok besar, kelompok kecil, atau pembelajaran mandiri. Untuk variabel pebelajar, misalnya: pembaca, non pembaca, auditif, dan untuk hakekat tujuan, misalnya : kognitif , afektif , psikomotor, atau interpersonal. Selain itu juga harus mempertimbangkan kemampuan penyajian tiap bentuk media, misalnya visual diam , visual gerak, kata-kata tercetak, atau kata-kata terucap. Tidak lupa yang perlu dipertimbangkan yakni kita harus memperhatikan karakteristik media , karakteristik siswa , aspek ekonomi, aspek lingkungan , sifat materi yang akan diajarkan dan yang terpenting juga harus memperhatikan kemampuan tiap bentuk media dalam memberikan balikan kepada pebelajar .
3. Mendapatkan materi khusus
Sebagian besar guru menggunakan materi yang siap pake yang disediakan oelh sekolah-sekolah atau juga bisa dari internet atau dari sumber-sumber lain. Guru seharusnya memperbarui konten-konten bidang studi dengan meteri-materi mutakhir. Keputusan untuk memilih materi pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Hasil riset terbaru oleh McAlpin dan Weston, 1994 (dalam Molenda, 2005) mengemukakan kriteria tertentu yang penting dalam penilaian media. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini perlu dipertanyakan untuk tiap jenis media :
a. Apakah sesuai dengan kurikulum?
b. Apakah akurat dan baru?
c. Apakah isinya jelas dan bahasanya singkat ?
d. Akankah memotivasi dan mempertahankan minat ?
e. Apakah mempersiapkan partisipasi belajar ?
f. Apakah kualitas teknisnya baik ?
g. Adakah bukti keefektifannya ?
h. Apakah bebas dari bias iklan ?
i. Adakah petunjuk pengguna ?
4. Memodifikasi materi yang ada
Apabila pengajar dalam mengajar tidak dapat menemukan materi yang sesuai maka pengajar perlu memodifikasi materi yang ada. Dan hal tersebut merupakan tantangan pengajar dan memerlukan krestifitas .Misalnya : dalam suatu SMK peralatan prakteknya tidak memadai , dengan menggunakan terminologi yang rinci dan kompleks solusi yang mungkin untuk memecahkan masalah ini adalah menggunakan gambar tetapi memodifikasi caption dan menyederhanakan atau menghilangkan labelnya .
5. Merancang materi baru
Dalam memilih materi, memang lebih mudah dan efisien dari segi biaya bila menggunakan materi yang tersedia, dengan atau tanpa modifikasi , daripada mulai menyusun materi baru . Memang lebih banyak waktu yang dibutuhkan untuk mendesain materi yang dibuat sendiri. Namun bila ingi n menyusun materi baru , perlu mempertimbangkan unsur-unsur dasar tertentu , yaitu :
a. Pebelajar . Bagaiman karakteristik pebelajar ? apakah memerlukan ketrampilan dan prasyarat untuk memepelajari materi ?
b. Biaya. Cukupkah dana yang tersedia, yang diperlukan untuk menyiapkan materi itu (misal videotape, audiotape dll).
c. Keahlian teknis. Apakah diperlukan keahlian untuk mendesain dan memproduksi materi yang akan digunakan ?
Utilize Tachnology ,Media , and Material
(memanfaatkan Teknologi , media, dan bahan ajar).
Perubahan peradigman pembelajaran dari teacher-centered ke student-centered , yang lebih memungkinkan pebelajar memanfaatkan materi , baik secara mandiri maupun kelompok kecil daripada mendengarkan presentasi guru secara klasikal. Untuk mengaplikasikan media dan meteri , baik untuk teacher-centered maupun student-centered, perlu melakukan 5 P yaitu :
a. Preview the materials (mengkaji bahan ajar)
Seorang Pengajar tidak pernah menggunakan materi tanpa melakukan pengkajian awal dahulu . Selama proses pemilihan , harus menentukan apakah materi itu sesuai untuk pebelajar dan tujuan yang telah ditetapkan.
b. Prepare the materials (siapkan bahan ajar)
Pengajar perlu menyiapkan media dan materi untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan. Langkag pertama adalah menyiapkan seluruh materi dan peralatan yang dibutuhkan oleh pebelajar , dan menentukan urutan apakah yang akan digunakan untuk memanfaatkan media dan materi tersebut . Apakah yang akan dilakukan pebelajar ? Guru membuat daftar urutan materi dan perlengkapan yang diperlukan untuk tiap pelajaran dan urutan presentasi kegiatan.
c. Prepare Environment (siapkan lingkungan)
Dimanapun kegiatan pembelajaran dilakukan , fasilitas harus ditata terlebih dahulu sebelum pebelajar mengunakan media dan materi pembelajaran. Faktor-faktor yang sering dianggap perlu dalam situasi pembelajaran tertentu , seperti tempat duduk yang nyaman, ventilasi yang baik misal suhu udara , pencahayaan dll.
d. Prepare the learners (siapkan pebelajar)
Banyak hasil riset menunjukkan bahwa belajar dari suatu kegiatan tergantung pada bagaimana pebelajar disiapkan untuk kegiatan pembelajaran . Beberapa fungsi seperti, mengarahkan perhatian , meningkatkan motivasi, menjelaskan secara rasional dalam mempelajari suatu materi , merupakan kegiatan untuk menyiapkan pebelajar, naik kelas yang teacher-centered maupun student-centered.
e. Provide the learning experience (tentukan pengalaman belajar)
Jika materi itu berpusat pada guru , maka guru harus menyajikan sebagai seorang professional. Jika pengalaman yang akan diberikan kepada pebelajar student-centered, guru harus berperan sebagai fasilitator atau pembimbing , yang membantu pebelajar menggali topik dari internet, mendiskusikan isi, menyiapkan materi portofolio, atau menyajikan informasi kepada teman sekelas.
Require Learner Participation
(mengembangkan peran serta pebelajar)
Pendidik yang merealisasikan partisipasi aktif dalam pembelajaran, maka akan meningkatkan kegiatan belajar . Menurut John Dewey pada tahun 90’an , telah menemukakan pertisipasi tersebut. Perkembangan selanjutnya muncul teori belajar kognitif yang menekankan pada proses mental, juga mendukung partisipasi aktif tersebut. Kaus behavioris menyarankan bahwa individu harus melakukan sesuatu, jadi belajar merupakan suatu proses untuk mencoba berbagai perilaku dengan hasil yang menyenangkan. Dengan pendekatan ini berarti perancang pembelajaran harus mencari cara agar pembelajar melakukan sesuatu. Dari sudut pandang psikologi kognitif disarankan bahwa pebelajar membangun skematamental ketika otaknya secara aktif mengingat atau mengaplikasikan beberapa konsep atau prinsip. Kaum konstruktivis seperti juga behavioris memandang belajar sebagai proses aktif . Tetapi penekanannya berbeda. Aliran konstruktifistik lebih menekankan pada proses mental, bukan pada kegiatan fisik. Peran pebelajar adalah hal terpenting dalam KBM. Gagne berpendapat bahwa belajar efektif dapat terjadi jika pebelajar dilibatkan dan memiliki peranserta didalamnya.
Evaluate and Revise (menilai dan memperbaiki).
1. Menilai hasil pebelajar
Pernyataan tentang hasil tujuan akan membantu untuk mengembangkan kriteria guna mengevaluasi unjuk kerja pebelajar baik individual maupun kelompok. Cara menilai pencapaian hasil belajar tergantung pada hakekat tujuan ini. Ada tujuan yang menuntut keterampilan kognitif , misalnya mengingat hukum OHM, membedakan kata sifat dengan kata keterangan, menyimpulkan sesuatu .
2. Menilai motode dan media
Evaluasi juga menilai metode dan media pembelajaran . Apakah materi pembelajarn efektif? Dapatkah meningkatkan pembelajaran ? apakah penyajian membutuhkan waktu yang lebih banyak daripada apa yang seharusnya? Analisis reaksi pebelajar pada metode pembelajaran dapat membantu untuk memperoleh data dengan cara yang halus. Misalnya : diskusi guru dengan pebelajar mengindikasikan bahwa pebelajar lebih suka belajar mandiri pada waktu presentasi kelompok . Percakapan dengan spesialis media akan memutuskan perhatian pada nilai khusus media dalam suatu unit pembelajaran, yang diperlukan untuk meningkatkan pembelajaran dimasa mendatang.
3. Revisi
Langkah terakhir adalah melihat kembali hasil data evaluasi yang dikumpilkan. Adakah kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Apakah pebelajar mencapai suatu tujuan ? Bagaiman pebelajar mereaksi materi dan media yang disajikan? Apakah pengajar puas dengan niali materi yang dipilih? Pengajar seharusnya melekukan refleksi pelajaran dan tiap komponen di dalamnya. Buat catatan segera sebelum mengimplementasikan pelajaran lagi. Bila dari hasil data evaluasi menunjukkan ada kelemahan pada komponen tertentu, kembalilah pada bagan itu dengan merencanakan dan merevisinya.









PENERAPAN MODEL ASSURE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 2  KOTA SUNGAI PENUH
                 A.Karakteristik Umum
Dalam pelaksanaan ini Saya memilih mengajar Mata pelajaran Matematika di kelas X.1, X.2 dan, X.3 dengan karakteristik umum siswanya seperti pada tabel berikut:
Kelas
Jumlah Siswa
Usia Rata2
Kemampuan Awal Rata2
KKM Matematika
X.1
34
16-17 Th
70-95
75
X2
35
16-17 Th
70- 90
75
X3
34
16-17 Th
70 -90
75
       1.Dari tabel di atas, sebagian siswa hasil belajarnya belum mencapai KKM, sementara      yang lainnya hasil belajarnya sudah mencapai KKM ( tuntas ).
      2.      Para siswa berasal dari kalangan social ekonomi yang heterogen menegah ke Atas.
       3.     Umumnya, para siswa berprilaku baik,  mereka  memperlihatkan cukup  ketertarikan dan motivasi terhadap belajar matematika ketika  aktivitas berorientasi pada buku teks dan tugas di kelas.
      4.      Rata – rata siswa berusia remaja 16-17 tahun.
      5.      Kemampuan awal dan pengalaman belajar siswa berbeda-beda.
      7    umumnya siswa memiliki kemampuan kecerdasaan menengah keatas.
      8.   Mampu belajar secara mandiri.
      9. Motivasi Orang tua terhadap anak cukup baik .
    
                 B.Kemampuan umum
Para siswa pada umumnya mampu melakukan:
      a.Membuat dan menyimpan dokumen di komputer
      b.Menggunakan  dan menyimpan video digital
      c. Berkomunikasi dengan menggunakan askses internet .
                 C. Gaya Belajar
Di temukan Gaya belajar yang yang diperlihatkan siswa yaitu Gaya belajar visual menitikberatkan pada  pokus penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham.
Ditemukan  bahwa siswa sepertinya lebih baik belajar dari kegiatan-kegiatan yang menggabungkan penggunaan teknologi dan media. Menggunakan komputer akan memberikan motivasi yang lebih baik melalui pembuatan karya personal dan refleksi pembelajaran dengan cermat. Para siswa berbeda-beda ekspresi mereka, d imana sebagian mereka lebih menginginkan menuangkan gagasan mereka dalam bentuk tulisan , sementara yang lainnya menginginkan belajar dalam suasana nyaman.
               D.    Menyatakan Standar dan Tujuan
Langkah selanjutnya adalah menyatakan standard dan tujuan belajar . Adalah penting untuk memulai  dengan kurikulum dan teknologi. Tujuan-tujuan yang dinyatakan dengan baik akan memperjelas tujuan, perilaku yang harus ditampilkan, kondisi yang perilaku atau kinerja akan diamati, dan tingkat yang pengetahuan atau kemampuan baru harus dikuasai siswa. Untuk buku ini, kondisi tersebut akan meliputi pengguanaan teknologi dan media untuk menilai pencapaian dari standar dan tujuan belajar.
         a.  Standar
Untuk  pembelajaran matematika kelas X menggunakan standar kurikulum sebagai berikut :
                            Kurikulum : Menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)   yang mengacu kepada Badan  Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
                            Teknologi   : Standar teknologi pendidikan nasional yang berbasis computer ( IT ), yaitu menggunakan media berbasis komputer penggunaannya untuk meningkatkan motivasi belajar, aktivitas belajar, dan hasil belajar.
                 b.  Tujuan
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
       1.Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep , secara akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
      2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, dan pernyataan  matematika
      3.Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
      4.Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
              c.    Memilih Strategi, Teknologi, Media, dan Materi
Begitu kita telah menganalisis para pembelajar dan menyatakan standar dan tujuan belajar, kita telah membuat titik  permulaan  (pengetahuan, kemampuan, dan sikap terkini para siswa) dan titik akhir (tujuan belajar) dari pengajaran. Tugas kita sekarang adalah membangun jembatan diantara dua titik tersebut dengan memilih strategi pengajaran, teknologi, dan model yang sesuai, kemudian memutuskan materi untuk menerapkan pilihan-pilihan tersebut.
                       d .Memilih strategi
Dalam memilih trategi pembelajaran ada yang berpusat pada guru dan ada yang berpusat pada siswa. Strategi yang berpusat pada guru digunakan untuk meninjau tujuan  keseluruhan dalam menggunakan sebuah pembelajaran berbasis komputer dan memperkenalkan panduan bagi siswa untuk menyelesaikan refleksi akhir mereka.  Strategi yang berpusat pada siswa yang melibatkan para siswa yang membuat refleksi tertulis atau pada video mengenai apa yang telah mereka pelajari dalam pembelajaran matematika.
                     e.  Memilih Teknologi dan Media
Dalam memilih teknologi dan media yaitu media pembelajaran berbasis komputer  menggunakan panduan-panduan untuk menilai kesesuaian pemilihan teknologi dan media:
     • Penyelarasan  dengan standar, hasil, dan tujuan – peranti lunak menyedikan alat-alat yang diperlukan bagi siswa untuk memenuhi tujuan belajar.
     •   Bahasa yang sesuai umur kelas  siswa kelas X.
     •   Tingkat ketertarikan dan keterlibatan siswa dalam media itu sendiri.
      •   Kualitas teknis dan aplikasinya.
      •   Panduan dan arahan pengguna.
      ·  Dalam hal ini, metode pengajaran yang digunakan sebaiknya lebih banyak menitikberatkan pada peraga/media,
      ·      Mereka mudah mengingat jika menggunakan gambar-gambar dan lebih cepat belajar dengan menggunakan diagram, buku pelajaran bergambar serta video.

            
                      f.  Memilih Materi
Materi untuk mata pelajaran ini meliputi lembar tugas siswa yang dibuat guru yang menjelaskan rincian materi, latihan soal-soal dan tugas PR, dan membuat rangkuman dan  refleksi di   akhir pembelajaran.
      g.    Menggunakan Teknologi, Materi dan Material
Tahap ini melibatkan perencanaan peran anda sebagai guru untuk menggunakan teknologi, media, dan material untuk membantu para siswa mencapai tujuan belajar. Untuk melakukan nya,ikuti proses “5P”: mengulas (prepiew) teknologi, media, dan material; menyiapkan  (prepare) teknologi, media, dan material; menyiapkan  (prepare) lingkungan; menyiapkan (prepare) para pembelajar; dan memberikan (propide) pengalaman belajar.
               1.Mempersiapkan Para Pemelajar
Dalam pembelajaran matematika untuk menyiapkan para pemelajar meliputi:
       1.      Memberi salam dan mengingatkan kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran.
       2.      Mengabsen siswa diawal pembelajaran
      3.      Memperhatikan kelengkapan yang dibutuhkan untuk pembelajaran
      4.      Memberikan lembaran kerja siswa yang dibuat oleh guru.
      5.      Mengatur tempat duduk siswa yang bervariasi.
            2.    Mengharuskan Partisipasi Pembelajar
Pada umumnya ketika guru mengajar di kelasnya, masih banyak dijumpai penerapan strategi mengajar yang kurang tepat , yaitu tidak mempergunakan fasilitas  alat serta sumber belajar yang optimal. Proses belajar mengajar menjadi terpusat pada guru, sehingga guru masih dianggap satu-satunya sumber ilmu yang utama. Proses pembelajaran yang demikian sudah barang tentu kurang menarik bagi siswa karena hanya menempatkannya sebagai objek saja, bukan sebagai subjek mempunyai keterlibatan dalam proses belajar mengajar. Agar  efektif,pengajaran sebaiknya mengharuskan keterlibatan aktif mental  para pembelajar.sebaiknya terdapat aktivitas  yang memungkinkan mereka menerapkan pengetahuan atau kemampuan baru dalam menerima umpan balik mengenai kesesuaian usaha mereka sebelum secara formal dinilai.praktik mungkin melibatkan periksa mandiri para siswa,pengajaran dibantu komputer,kegiatan internet,atau kerja kelompok.guru,komputer,para siswa lainnya,atau evaluasi mandiri mungkin memberikan umpan balik.
               3.    Mengevaluasi dan Merevisi
 Setelah melaksanakan sebuah mata pelajaran,adalah penting untuk mengevaluasi dampaknya pada pembelajaran siswa.penilaian ini sebaiknya tidak hanya memeriksa tingkat dimana para siswa telah mencapai tujuan belajar,tetapi juga memeriksa keseluruh proses pengajaran dan dampak penggunaan teknologi dan media.sekiranya terdapat ketidakcocockan antara tujuan belajar dan hasil-hasil siswa,anda sebaiknya merevisi rencana mata pelajaran untuk membahas area-area pertimbangan tersebut.
                1. Penilaian pencapaian siswa
Penilaian yang dilakukan  dalam pembelajaran matematika meliputi nilai  Kognitif dan Afektif. Penilaian kognitif terdiri dari penilaian terhadap hasil kerja siswa yaitu:
  1. Penilaian Harian yang mencakup: nilai mengumpulkan tugas, PR,  yang dilakukan setiap selesai beberapa Kompetensi Dasar (KD) dengan mengambil nilai rata-rata Tugas tersebut disingkat dengan( NT) dan Nilai rata –rata ulangan harian ( NH ) gabungan NT + NH 
  2. Nilai Ujian Mid Semester  yang dilakukan setiap tengah semester (UTS)
  3. Nilai Ujian  Semester yang dilakukan akhir semester (NS)
Ketiga nilai diatas dihitung  untuk penilaian pencapaian hasil belajar  yang dituangkan dalam Nilai Raport( NR)dengan menggunakan rumus:
                                  N R = 30% ( NT +NH ) + 30% UTS + 40%NS

Penilaian afektif  yaitu penilaian terhadap prilaku dan sikap siswa terhadap pembelajaran berlangsung yang dilakukan guru  terhadap siswa dengan indikator pengamatannya adalah :
  1. Memiliki kehadiran diatas 75%.
  2. Membawa kelengkapan alat Matematika pada pembelajaran.
  3. Bertanggung jawab terhadap tugas( PR ) yang diberikan.
  4. Memiliki kemampuan kerja sama dalam kelompok belajar.
  5. Aktif dalam merespon pembelajaran.
  6. Santun dalam komunikasi.







BAB.III
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran         : Matematika
Kelas / Semester      : X / 1
Pertemuan Ke           : 1 – 5
Alokasi                    : 10 x 45 Menit
Standar Kompetensi  : Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep operasi bilangan real   
Kompetensi Dasar     : Menerapkan operasi pada bilangan real
•A.            Indikator
  • 1. Dua atau lebih bilangan bulat dioperasikan ( dijumlah, dikurang, dikali, dibagi ) sesuai dengan prosedur
  • 2. Dua atau lebih bilangan pecahan, dioperasikan ( dijumlah, dikurang, dikali, dibagi ) sesuai dengan prosedur
  • 3. Bilangan pecahan dikonversi ke bentuk persen, atau pecahan, desimal, sesuai prosedur
  • 4. Konsep perbandingan ( senilai dan berbalik nilai ), skala, dan persen digunakan dalam penyelesaian masalah program keahlian
•B.            Tujuan Pembelajaran
  • 1. Siswa dapat mengoperasikan bilangan bulat
  • 2. Siswa dapat mengkonversikan pecahan kedesimal atau sebaliknya
  • 3. Siswa dapat menyelesiakan masalah pada program keahlian
•C.            Materi Pelajaran
  • 1. Konsep bilangan berpangkat dan sifat-sifatnya
  • 2. Operasi pada bilangan berpangkat
  • 3. Penyederhanaan bilangan berpangkat
•D.            Metode Pengajaran    
  • 1. Ceramah
  • 2. Diskusi
  • 3. Penugasan
  • 4. Penemuan
•E.            Langkah Pembelajaran          
  • 1. Kegiatan awal : Memberikan pengantar tentang bilangan real dan jenis-jenis bilangan.
  • 2. Kegiatan Inti : Menerangkan serta menjelaskan tentang operasi dan konversi pada bilangan Real.
  • 3. Kagitan Akhir : Memberi latihan tentang operasi dan konvesi bilangan real.
•F.            Sumber Belajar
  • 1. Modul Bilangan Riil
  • 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.            Penilaian
  • 1. Kuis
  • 2. Tes lisan
  • 3. Tes tulis
  • 4. Pengamatan dan penugasan
                 Mengetahui,                                                          Sungai Penuh, 15 Juli 2012
              Kepala Sekolah                                                     Guru Bidang Studi Matematika
      
         
                                                                                                  HENDRIPAL, S.Pd
                                                                           








RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran         : Matematika
Kelas / Semester      : X / 1
Pertemuan Ke           : 6 – 10
Alokasi                    : 10 x 45 Menit
Standar Kompetensi  : Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep operasi bilangan real   
Kompetensi Dasar     : Menerapkan operasi pada bilangan berpangkat
•A.            Indikator
  • 5. Bilangan berpangkat dioperasikan sesuai dengan sifat-sifatnya
  • 6. Bilangan berpangkat disederhanakan atau ditentukan nilainya dengan menggunakan sifat-sifat bilangan berpangkat
  • 7. Konsep bilangan berpangkat diterapkan pada penyelesaian masalah
•B.            Tujuan Pembelajaran
  • 1. Siswa dapat mengoperasikan bilangan berpangkat
  • 2. Siswa dapat menyederhanakan bilangan berpangkat
  • 3. Siswa dapat menyelesaiakan persamaan bilangan berpangkat
•C.            Materi Pelajaran
  • 1. Konsep bilangan berpangkat dan sifat-sifatnya
  • 2. Operasi pada bilangan berpangkat
  • 3. Penyederhanaan bilangan berpangkat
•D.            Metode Pengajaran
  • 1. Ceramah
  • 2. Diskusi
  • 3. Penugasan
  • 4. Penemuan
•E.            Langkah Pembelajaran
  • 1. Kegiatan awal : Mengenalkan dan menerangkan operasi bilangan berpangkat
  • 2. Kegiatan Inti : Menerangkan Konsep bilangan berpangkat, sifat-sifat dan operasi bilangan berpangkat
  • 3. Kagitan Akhir : Memberikan lathan yang menyangkut bilangan berpangkat, sifat-sifat dan operasi
         bilangan berpangkat
•F.            Sumber Belajar
  • 1. Modul Bilangan Riil
  • 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.            Penilaian
1. Kuis
2. Tes lisan
3. Tes tulis
4. Pengamatan dan penugasan        
Mengetahui,                                                          Sungai Penuh, 15 Juli 2012
              Kepala Sekolah                                                     Guru Bidang Studi Matematika
      
         
                                                                                                  HENDRIPAL, S.Pd
           












RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran         : Matematika
Kelas / Semester      : X / 1
Pertemuan Ke           : 11 – 14
Alokasi                    : 8 x 45 Menit
Standar Kompetensi  : Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep operasi bilangan real   
Kompetensi Dasar     : Menerapkan operasi pada bilangan bentuk akar
•A.            Indikator
  • 1. Bilangan bentuk akar dioperasikan sesuai dengan sifat-sifatnya
  • 2. Bilangan bentuk akar disederhanakan atau ditentukan nilainya dengan menggunakan sifat-sifat bentuk akar
  • 3. Konsep bilangan irasional diterapkan dalam penyelesaian masalah
•B.            Tujuan Pembelajaran
  • 1. Siswa dapat menyederhanakan bilangan bentuk akar
  • 2. Siswa dapat menentukan nilai bilangan bentuk akar
  • 3. Siswa dapat menerapkan konsep bilangan irasional bentuk akar dalam penyelesaian masalah
•C.            Materi Pelajaran
  • 1. Konsep bilangan berpangkat dan sifat-sifatnya
  • 2. Operasi pada bilangan berpangkat
  • 3. Penyederhanaan bilangan berpangkat
•D.            Metode Pengajaran
  • 1. Ceramah
  • 2. Diskusi
  • 3. Penugasan
  • 4. Penemuan
•E.            Langkah Pembelajaran 
  • 1. Kegiatan awal : Mengenalkan dan memberikan pengantar tentang bilangan irasional
  • 2. Kegiatan Inti : Menerangkan Konsep bentuk akar, sifat-sifat dan operasi pada bilangan bentuk akar
  • 3. Kagitan Akhir : Memberikan PR
•F.            Sumber Belajar
  • 1. Modul Bilangan Riil
  • 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.            Penilaian
1. Kuis
2. Tes lisan
3. Tes tulis
4. Pengamatan dan penugasan        
                Mengetahui,                                                          Sungai Penuh, 15 Juli 2012
              Kepala Sekolah                                                     Guru Bidang Studi Matematika
      
         
                                                                                                  HENDRIPAL, S.Pd
           












RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran         : Matematika
Kelas / Semester      : X / 1
Pertemuan Ke           : 15 – 18
Alokasi                    : 8 x 45 Menit
Standar Kompetensi  : Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep operasi bilangan riil     
Kompetensi Dasar     : Menerapkan konsep logaritma
•A.            Indikator
  • 1. Operasi logaritma diselesaikan sesuai dengan sifat-sifatnya
  • 2. Soal-soal logaritma diselesaikan dengan menggunakan tabel dan tanpa tabel
  • 3. Permasalahan program keahlian diselesaikan dengan menggunakan logaritma
•B.            Tujuan Pembelajaran
  • 1. Siswa dapat menyebutkan sifat-sifat logaritma
  • 2. Siswa dapat menggunakan table logaritma
  • 3. Siswa dapat mengaplikasikan logaritma pada bidang keahlian
•C.            Materi Pelajaran
  • 1. Konsep logaritma
  • 2. Sifat-sifat logaritma
  • 3. Operasi pada logaritma
•D.            Metode Pengajaran
  • 1. Ceramah
  • 2. Diskusi
  • 3. Penugasan
  • 4. Penemuan
•E.            Langkah Pembelajaran
  • 1. Kegiatan awal : Membahas PR sebelumnya dan memberikan pengantar tentang logaritma
  • 2. Kegiatan Inti : Menerangkan Konsep, sifat-sifat dan operasi logaritma serta penggunaan table logaritma
  • 3. Kagitan Akhir : Memberikan PR
•F.            Sumber Belajar
  • 1. Modul Bilangan Riil
  • 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.            Penilaian
1. Kuis
2. Tes lisan
3. Tes tulis
4. Pengamatan dan penugasan 
                Mengetahui,                                                          Sungai Penuh, 15 Juli 2012
              Kepala Sekolah                                                     Guru Bidang Studi Matematika
      
         
                                                                                                  HENDRIPAL, S.Pd
           













RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran         : Matematika
Kelas / Semester      : X / 1
Pertemuan Ke           : 19 – 23
Alokasi                    : 10 x 45 Menit
Standar Kompetensi  : Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep aproksimasi kesalahan 
Kompetensi Dasar     : Menerapkan konsep kesalahan pengukuran
•A.            Indikator
  • 1. Hasil membilang dan mengukur dibedakan berdasar pengertiannya
  • 2. Hasil pengukuran ditentukan salah mutlak dan salah relatifnya
  • 3. Persentase kesalahan dihitung berdasar hasil pengukurannya
  • 4. Toleransi pengukuran dihitung berdasarkan hasil pengukurannya
•B.            Tujuan Pembelajaran
  • 1. Siswa dapat mengukur dan membilang sesuai pengertiannya
  • 2. Siswa dapat menentukan kesalahan mutlak dan kesalahan relatif dalam suatu pengukuran
  • 3. Siswa dapat menghitung pertsentase kesalahan dalam pengukuran dan toleransinya
•C.            Materi Pelajaran
  • 1. Konsep Pengukuran
  • 2. Kesalahan dalam pengukuran dan persentase kesalahannya
  • 3. Toleransi dalam pengukuran
•D.            Metode Pengajaran
  • 1. Ceramah
  • 2. Diskusi
  • 3. Penugasan
  • 4. Penemuan
•E.            Langkah Pembelajaran
  • 1. Kegiatan awal : Membahas PR dan memberikan pengantar tentang mengukur dan membilang
  • 2. Kegiatan Inti : Menerangkan konsep pengukuran dan kesalahan dalam pengukuran
  • 3. Kagitan Akhir : Memberikan beberapa latihan tentang pengukuran dan kesalahan dalam pengukuran
•F.            Sumber Belajar
  • 1. Modul Bilangan Riil
  • 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.            Penilaian
1. Kuis
2. Tes lisan
3. Tes tulis
4.  Pengamatan dan penugasan
   
                Mengetahui,                                                          Sungai Penuh, 15 Juli 2012
              Kepala Sekolah                                                     Guru Bidang Studi Matematika
      
         
                                                                                                  HENDRIPAL, S.Pd
           









RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran         : Matematika
Kelas / Semester      : X / 1
Pertemuan Ke           : 24 – 27
Alokasi                    : 8 x 45 Menit
Standar Kompetensi  : Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep aproksimasi kesalahan 
Kompetensi Dasar     : Menerapkan konsep operasi hasil pengukuran
•A.            Indikator
  • 1. Jumlah dan selisih hasil pengukuran dihitung untuk menentukan hasil maksimum dan hasil minimumnya
  • 2. Hasil kali pengukuran dihitung untuk menentukan hasil maksimum dan hasil minimumnya
•B.            Tujuan Pembelajaran
  • 1. Siswa dapat menghitung atau menentukan jumlah maksimum dan minimum karena kesalahan pengukuran
  • 2. Siswa dapat menghitung atau menentukan selisih maksimum dan minimum karena kesalahan pengukuran
  • 3. Siswa dapat menghitung atau menentukan hasil kali maksimum dan minimum karena kesalahan pengukuran
  • 4. Siswa dapat menerapkan konsep aproksimasi kesalahan pengukuran pada bidang keahlian
•C.            Materi Pelajaran
  • 1. Jumlah maksimum dan minimum pada hasil pengukuran
  • 2. Selisih maksimum dan minimum pada hasil pengukuran
  • 3. Hasil kali maksimum dan minimum pada hasil pengukuran
•D.            Metode Pengajaran
  • 1. Ceramah
  • 2. Diskusi
  • 3. Penugasan
  • 4. Penemuan
•E.            Langkah Pembelajaran
  • 1. Kegiatan awal : Memberikan penjelasan kembali tentang salah mutlak
  • 2. Kegiatan Inti : Menerangkan Jumlah, selisih dan hasil kali dari beberapa hasil pengukuran
  • 3. Kagitan Akhir : memberikan latihan soal serta memberikan PR
•F.            Sumber Belajar
  • 1. Modul Aproksimasi Kesalahan
  • 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.            Penilaian
  • 1. Kuis
  • 2. Tes lisan
  • 3. Tes tulis
  • 4. Pengamatan dan penugasan
   
Mengetahui,                                                                        Sungai Penuh, 15 Juli 2012
              Kepala Sekolah                                                     Guru Bidang Studi Matematika
      
         
                                                                                                  HENDRIPAL, S.Pd
           










RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran         : Matematika
Kelas / Semester      : X / 1
Pertemuan Ke           : 28 – 30
Alokasi                    : 6 x 45 Menit
Standar Kompetensi  : Memecahkan masalah berkaitan dengan sistem persamaan dan pertidaksamaan linier dan kuadrat          
Kompetensi Dasar     : Menentukan Himpunan Penyelesaian persamaan dan pertidaksamaan linier
•A.            Indikator
  • 5. Persamaan linier satu variabel ditentukan himpunan penyelesaiannya
  • 6. Pertidaksamaan linier satu variabel ditentukan himpunan penyelesaiannya
•B.            Tujuan Pembelajaran
  • 1. Siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian persamaan linier satu variabel
  • 2. Siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan linier satu variabel
•C.            Materi Pelajaran
  • 1. Persamaan linier satu dan dua variabel
  • 2. Pertidaksamaan linier satu variabel
•D.            Metode Pengajaran
  • 1. Ceramah
  • 2. Diskusi
  • 3. Penugasan
  • 4. Penemuan
•E.            Langkah Pembelajaran
  • 1. Kegiatan awal : Membahas PR dan memberikan pengantar tentang persamaan dan pertidaksamaan
  • 2. Kegiatan Inti : Menerangkan cara menentukan penyelesaian persamaan dan pertidaksamaan linier
  • 3. Kagitan Akhir : Memberikan PR
•F.            Sumber Belajar
  • 1. Modul Persamaan dan Pertidaksamaan
  • 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.            Penilaian
  • 1. Kuis
  • 2. Tes lisan
  • 3. Tes tulis
  • 4. Pengamatan dan penugasan
   
                Mengetahui,                                                          Sungai Penuh, 15 Juli 2012
              Kepala Sekolah                                                     Guru Bidang Studi Matematika
      
         
                                                                                                  HENDRIPAL, S.Pd
           














RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran         : Matematika
Kelas / Semester      : X / 1
Pertemuan Ke           : 31 – 34
Alokasi                    : 8 x 45 Menit
Standar Kompetensi  : Memecahkan masalah berkaitan dengan sistem persamaan dan pertidaksamaan linier dan kuadrat          
Kompetensi Dasar     : Menentukan Himpunan Penyelesaian persamaan dan pertidaksamaan kuadrat
•A.            Indikator
  • 1. Persamaan kuadrat ditentukan himpunan penyelesaiannya
  • 2. Pertidaksamaan kuadrat ditentukan himpunan penyelesaiannya
•B.            Tujuan Pembelajaran
  • 1. Siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian persamaan kuadrat
  • 2. Siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan kuadrat
•C.            Materi Pelajaran
  • 5. Persamaan kuadrat
  • 6. Pertidaksamaan kuadrat
  • 7. Akar-akar persamaan kuadrat berikut sifat-sifatnya
  • 8.
•D.            Metode Pengajaran
  • 1. Ceramah
  • 2. Diskusi
  • 3. Penugasan
  • 4. Penemuan
•E.            Langkah Pembelajaran
  • 1. Kegiatan awal : Membahas PR dan memberikan pengantar persamaan dan pertidaksamaan kuadrat
  • 2. Kegiatan Inti : Menerangkan cara menentukan penyelesaian persamaan dan pertidaksamaan kuadrat
  • 3. Kagitan Akhir : Memberikan PR
•F.            Sumber Belajar
  • 1. Modul Persamaan dan Pertidaksamaan
  • 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.            Penilaian
  • 1. Kuis
  • 2. Tes lisan
  • 3. Tes tulis
  • 4. Pengamatan dan penugasan
   Mengetahui,                                                          Sungai Penuh, 15 Juli 2012
              Kepala Sekolah                                                     Guru Bidang Studi Matematika
      
         
                                                                                                  HENDRIPAL, S.Pd
           












                                                                           
                                                                       
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran         : Matematika
Kelas / Semester      : X / 1
Pertemuan Ke           : 35 – 38
Alokasi                    : 8 x 45 Menit
Standar Kompetensi  : Memecahkan masalah berkaitan dengan sistem persamaan dan pertidaksamaan linier dan kuadrat          
Kompetensi Dasar     : Menerapkan konsep persamaan dan pertidaksamaan kuadrat
•A.            Indikator
  • 5. Persamaan kuadrat disusun berdasarkan akar-akar yang diketahui
  • 6. Persamaan kuadrat baru disusun berdasarkan akar-akar persamaan kuadrat lain
  • 7. Persamaan dan pertidaksamaan kuadrat diterapkan dalam menyelesaikan masalah program keahlian
•B.            Tujuan Pembelajaran
  • 1. Siswa dapat menentukan persamaan kuadrat yang diketahui akar-akarnya
  • 2. Siswa dapat menentukan persamaan kuadrat yang memiliki hubungan dengan persamaan kuadrat lain
  • 3. Siswa dapat menerapkan persamaan dan pertidaksamaan pada bidang keahlian
•C.            Materi Pelajaran
  • 1. Penyusunan persamaan kuadrat
  • 2. Penerapan persamaan dan pertidaksamaan kuadrat pada bidang keahlian
•D.            Metode Pengajaran
  • 1. Ceramah
  • 2. Diskusi
  • 3. Penugasan
  • 4. Penemuan
•E.            Langkah Pembelajaran
  • 1. Kegiatan awal : Membahas PR dan menjelaskan kembali tentang akar-akar persamaan kuadrat
  • 2. Kegiatan Inti : Menerangkan cara menyusun persamaan kuadrat
  • 3. Kagitan Akhir : Memberikan PR
•F.            Sumber Belajar
  • 1. Modul Persamaan dan Pertidaksamaan
  • 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.            Penilaian
  • 1. Kuis
  • 2. Tes lisan
  • 3. Tes tulis
  • 4. Pengamatan dan penugasan
   
                Mengetahui,                                                          Sungai Penuh, 15 Juli 2012
              Kepala Sekolah                                                     Guru Bidang Studi Matematika
      
         
                                                                                                  HENDRIPAL, S.Pd
           













RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran         : Matematika
Kelas / Semester      : X / 1
Pertemuan Ke           : 39 – 43
Alokasi                    : 10 x 45 Menit
Standar Kompetensi  : Memecahkan masalah berkaitan dengan sistem persamaan dan pertidaksamaan linier dan kuadrat          
Kompetensi Dasar     : Menyelesaikan Sistem Persamaan
•A.            Indikator
  • 5. Sistem Persamaan linier dua variabel ditentukan himpunan penyelesaiannya
  • 6. Sistem Persamaan linier tiga variabel ditentukan himpunan penyelesaiannya
  • 7. Sistem Persamaan dua variabel satu linier dan satu kuadrat ditentukan himpunan penyelesaiannya
•B.            Tujuan Pembelajaran
  • 1. Siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linier dua variabel
  • 2. Siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linier tiga variabel
  • 3. Siswa dapat menerapkan himpunan penyelesaian sistem persamaan satu linier dan satu kuadrat
•C.            Materi Pelajaran
  • 1. Sistem Persamaan linier dua variabel dan tiga variabel
  • 2. Sistem Persamaan linier dua variabel, satu linier dan satu kuadrat
•D.            Metode Pengajaran
  • 1. Ceramah
  • 2. Diskusi
  • 3. Penugasan
  • 4. Penemuan
•E.            Langkah Pembelajaran
  • 1. Kegiatan awal : Membahas PR dan menjelaskan kembali tentang persamaan linier dan kuadrat
  • 2. Kegiatan Inti : Menerangkan cara mendapatkan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan
  • 3. Kagitan Akhir : Memberikan PR
•F.            Sumber Belajar
  • 1. Modul Persamaan dan Pertidaksamaan
  • 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.            Penilaian
  • 1. Kuis
  • 2. Tes lisan
  • 3. Tes tulis
  • 4. Pengamatan dan penugasan
   
         Mengetahui,                                                          Sungai Penuh, 15 Juli 2012
              Kepala Sekolah                                                     Guru Bidang Studi Matematika
      
         
                                                                                                  HENDRIPAL, S.Pd
           












RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran         : Matematika
Kelas / Semester      : X / 1
Pertemuan Ke           : 44 – 50
Alokasi                    : 14 x 45 Menit
Standar Kompetensi  : Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep matriks
Kompetensi Dasar     : Mendeskripsikan macam-macam matriks
•A.            Indikator
  • 1. Matriks ditentukan unsur, notasi dan transposnya
  • 2. Elemen matriks ditentukan berdasarkan kesamaan dua matriks
  • 3. Matriks dibedakan menurut jenis dan relasinya
•B.            Tujuan Pembelajaran
  • 5. Siswa dapat menentukan ordo dan transpos matriks
  • 6. Siswa dapat menyelesaikan kesamaan dua matriks
  • 7. Siswa dapat menyebutkan jenis-jenis matriks
•C.            Materi Pelajaran
  • 1. Unsur-unsur matriks, orrdo matriks, transpos matriks dan jenis-jenis mattriks
  • 2. Kesamaan dua matriks
  • 3.
•D.            Metode Pengajaran
  • 1. Ceramah
  • 2. Diskusi
  • 3. Penugasan
  • 4. Penemuan
•E.            Langkah Pembelajaran
  • 1. Kegiatan awal : Membahas PR dan memberikan pengantar tentang konsep matriks
  • 2. Kegiatan Inti : Menerangkan ordo, transpose, jenis-jenis matriks dan kesamaan dua mtriks
  • 3. Kagitan Akhir : Membimbing siswa dalam mengerjakan latihan dan memberikan PR
•F.            Sumber Belajar
  • 1. Modul tentang Matriks
  • 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.            Penilaian
  • 1. Kuis
  • 2. Tes lisan
  • 3. Tes tulis
  • 4. Pengamatan dan penugasan
   
                Mengetahui,                                                          Sungai Penuh, 15 Juli 2012
              Kepala Sekolah                                                     Guru Bidang Studi Matematika
      
         
                                                                                                  HENDRIPAL, S.Pd
           













RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran         : Matematika
Kelas / Semester      : X / 1
Pertemuan Ke           : 51 – 57
Alokasi                    : 14 x 45 Menit
Standar Kompetensi  : Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep matriks
Kompetensi Dasar     : Mendeskripsikan macam-macam matriks
•A.            Indikator
  • 5. Dua Matriks atau lebih ditentukan penjumlahan dan pengurangannya
  • 6. Dua Matriks atau lebih ditentukan hasil kalinya
•B.            Tujuan Pembelajaran
  • 1. Siswa dapat mengoperasikan penjumlahan dan pengurangan matriks
  • 2. Siswa dapat mengoperasikan hasil kali skalar dengan matriks
  • 3. Siswa dapat mengoperasikan hasil kali matriks dengan matriks
•C.            Materi Pelajaran
  • 1. Penjumlahan dan Pengurangan matriks
  • 2. Perkalian skalar dengan matriks dan perkalian matriks dengan matriks
  • 3. Kesamaan dua matriks yang mengandung operasi matriks
•D.            Metode Pengajaran
  • 1. Ceramah
  • 2. Diskusi
  • 3. Penugasan
  • 4. Penemuan
•E.            Langkah Pembelajaran
  • 1. Kegiatan awal : Membahas PR dan memberikan pengantar tentang operasi matriks
  • 2. Kegiatan Inti : Menerangkan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan kesamaan dua mtriks
  • 3. Kagitan Akhir : Membimbing siswa dalam mengerjakan latihan dan memberikan PR
•F.            Sumber Belajar
  • 1. Modul tentang Matriks
  • 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.            Penilaian
  • 1. Kuis
  • 2. Tes lisan
  • 3. Tes tulis
  • 4. Pengamatan dan penugasan
   
                Mengetahui,                                                          Sungai Penuh, 15 Juli 2012
              Kepala Sekolah                                                     Guru Bidang Studi Matematika
      
         
                                                                                                  HENDRIPAL, S.Pd
           














RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran         : Matematika
Kelas / Semester      : X / 1
Pertemuan Ke           : 58 – 63
Alokasi                    : 12 x 45 Menit
Standar Kompetensi  : Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep matriks
Kompetensi Dasar     : Menentukan determinan dan invers matriks
•A.            Indikator
  • 1. Matriks ditentukan determinannya
  • 2. Matriks ditentukan inversnya
•B.            Tujuan Pembelajaran
  • 5. Siswa dapat menentukan determinan matriks
  • 6. Siswa dapat menentukan invers matriks
  • 7. Siswa dapat menentukan penyelesaian sistem persamaan linier dua variabel dengan menggunakan matriks
•C.            Materi Pelajaran
  • 1. Determinan dan invers matriks berordo dua
  • 2. Determinan dan invers matriks berordo tiga
  • 3. Penggunaan determinan dan invers matriks pada penyelesaian sistem persamaan linier dua variabel
•D.            Metode Pengajaran
  • 1. Ceramah
  • 2. Diskusi
  • 3. Penugasan
  • 4. Penemuan
•E.            Langkah Pembelajaran
  • 1. Kegiatan awal : Membahas PR dan memberikan pengantar tentang determinan dan invers matriks
  • 2. Kegiatan Inti : Menerangkan determinan, invers matriks dan penyelesaian persamaan dengan matriks
  • 3. Kagitan Akhir : Membimbing siswa dalam mengerjakan latihan dan memberikan PR
•F.            Sumber Belajar
  • 1. Modul tentang Matriks
  • 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.            Penilaian
  • 1. Kuis
  • 2. Tes lisan
  • 3. Tes tulis
  • 4. Pengamatan dan penugasan
         Mengetahui,                                                          Sungai Penuh, 15 Juli 2012
              Kepala Sekolah                                                     Guru Bidang Studi Matematika
      
         
                                                                                                  HENDRIPAL, S.Pd
           














RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran         : Matematika
Kelas / Semester      : X / 2
Pertemuan Ke           : 64 – 67
Alokasi                    : 8 x 45 Menit
Standar Kompetensi  : Menyelesaikan masalah program linier      
Kompetensi Dasar     : Membuat grafik himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linier
•A.            Indikator
  • 5. Pertidaksamaan linier ditentukan daerah penyelesaiannya
  • 6. Sistem pertidaksamaan linier dengan 2 variabel ditentukan daerah penyelesaiannya
•B.            Tujuan Pembelajaran
  • 1. Siswa dapat menentukan daerah penyelesaian pertidaksamaan linier
  • 2. Siswa dapat menentukan daerah himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linier dua variabel
•C.            Materi Pelajaran
  • 1. Grafik daerah penyelesaian pertidaksamaan linier
  • 2. Grafik daerah himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linier dua variabel
•D.            Metode Pengajaran
  • 1. Ceramah
  • 2. Diskusi
  • 3. Penugasan
  • 4. Penemuan
•E.            Langkah Pembelajaran
  • 1. Kegiatan awal : Membahas PR dan memberikan pengantar tentang pertidaksamaan linier
  • 2. Kegiatan Inti : Menerangkan cara membuat grafik penyelesaian sistem pertidaksamaan linier 2 variabel
  • 3. Kagitan Akhir : Membimbing siswa dalam mengerjakan latihan dan memberikan PR
•F.            Sumber Belajar
  • 1. Modul tentang Program Linier
  • 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.            Penilaian
  • 1. Kuis
  • 2. Tes lisan
  • 3. Tes tulis
  • 4. Pengamatan dan penugasan
                Mengetahui,                                                          Sungai Penuh, 15 Juli 2012
              Kepala Sekolah                                                     Guru Bidang Studi Matematika
      
         
                                                                                                  HENDRIPAL, S.Pd
           














RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran         : Matematika
Kelas / Semester      : X / 2
Pertemuan Ke           : 68 – 70
Alokasi                    : 6 x 45 Menit
Standar Kompetensi  : Menyelesaikan masalah program linier      
Kompetensi Dasar     : Membuat grafik himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linier
•A.            Indikator
  • 1. Soal ceritera ( kalimat verbal ) diterjemahkan kedalam kalimat matematika
  • 2. Kalimat matematika ditentukan daerah penyelesaiannya
•B.            Tujuan Pembelajaran
  • 1. Siswa dapat mengubah soal cerita ( kalimat verbal ) menjadi kalimat matematika
  • 2. Siswa dapat menentukan daerah penyelesaian dari kalimat matematika
•C.            Materi Pelajaran
  • 1. Model Matematika
•D.            Metode Pengajaran
  • 1. Ceramah
  • 5. Diskusi
  • 6. Penugasan
  • 7. Penemuan
•E.            Langkah Pembelajaran
  • 1. Kegiatan awal : Membahas PR dan memberikan pengantar tentang model matematika
  • 2. Kegiatan Inti : Menerangkan cara mengubah kalimat verbal menjadi kalimat matematika
  • 3. Kagitan Akhir : Membimbing siswa dalam mengerjakan latihan dan memberikan PR
•F.            Sumber Belajar
  • 1. Modul tentang Program Linier
  • 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.            Penilaian
1.  Kuis
2.  Tes lisan
3.  Tes tulis
4.  Pengamatan dan penugasan
   
                Mengetahui,                                                          Sungai Penuh, 15 Juli 2012
              Kepala Sekolah                                                     Guru Bidang Studi Matematika
      
         
                                                                                                  HENDRIPAL, S.Pd
           













RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran         : Matematika
Kelas / Semester      : X / 2
Pertemuan Ke           : 71 – 73
Alokasi                    : 6 x 45 Menit
Standar Kompetensi  : Menyelesaikan masalah program linier      
Kompetensi Dasar     : Membuat grafik himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linier
•A.            Indikator
  • 1. Soal ceritera ( kalimat verbal ) diterjemahkan kedalam kalimat matematika
  • 4. Kalimat matematika ditentukan daerah penyelesaiannya
•B.            Tujuan Pembelajaran
  • 1. Siswa dapat mengubah soal cerita ( kalimat verbal ) menjadi kalimat matematika
  • 2. Siswa dapat menentukan daerah penyelesaian dari kalimat matematika
•C.            Materi Pelajaran
  • 1. Model Matematika
•D.            Metode Pengajaran
  • 1. Ceramah
  • 2. Diskusi
  • 3. Penugasan
  • 4. Penemuan
•E.            Langkah Pembelajaran
  • 5. Kegiatan awal : Membahas PR dan memberikan pengantar tentang model matematika
  • 6. Kegiatan Inti : Menerangkan cara mengubah kalimat verbal menjadi kalimat matematika
  • 7. Kagitan Akhir : Membimbing siswa dalam mengerjakan latihan dan memberikan PR
•F.            Sumber Belajar
  • 1. Modul tentang Program Linier
  • 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.            Penilaian 
1.  Kuis
2.  Tes lisan
3.  Tes tulis
4.  Pengamatan dan penugasan
               Mengetahui,                                                          Sungai Penuh, 15 Juli 2012
              Kepala Sekolah                                                     Guru Bidang Studi Matematika
               
                                                                                                  HENDRIPAL, S.Pd
           
  















RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran                   : Matematika
Kelas/ Semester                 : X / 2
Pertemuan Ke                    : 74 – 77
Alokasi                             : 6 x 45 menit
Standar Kompetensi            :Menyelesaikan masalah program linier
Kompetensi Dasar               : Menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linier
A.       Indikator                
1. Fungsi obyektif ditentukan dari soal
2. Nilai optimum ditentukan berdasar fungsi obyektif
B.        Tujuan Pembelajaran
          1. Siswa dapat dapat menetukan nilai obyektip dari soal cerita
          2. Siswa dapat menentukan nilai optimum, baik maksimum atau minimum
C.        Materi Pelajaran                  
1. Fungsi objektif
2. Nilai optimum
D.       Metode Pengajaran            
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Penugasan 
4. Penemuan
E.         Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan awal       :  Membahas PR dan memberikan pengantar tentang  model matematika
2. Kegiatan Inti        :  Menerangkan cara mencari nilai maksimum dan minimum
3. Kagitan Akhir        :  Membimbing siswa dalam mengerjakan latihan dan memberikan PR
         
F.       Sumber Belajar                  
1. Modul Matematik SMA
2. Referensi lain yang relevan
G.        Penilaian
1. Kuis
2. tes lisan
3. tes tulis
4. pengamatan danpenugasan
              Mengetahui,                                                            Sungai Penuh, 15 Juli 2012
              Kepala Sekolah                                                     Guru Bidang Studi Matematika
      
         
                                                                                                  HENDRIPAL, S.Pd