HENDRIPAL SYUKUR.S.Pd.M.Pd
Senin, 20 Agustus 2012
Selasa, 26 Juni 2012
MUTU PENDIDIKAN
oleh Hendripal.S.Pd
1. Peningkatan Kualitas
Pendidikan
Banyak
ahli yang mengemukakan tentang mutu atau kualitas, seperti yang dikemukakan
oleh Edward Sallis (2006 : 33 ) mutu adalah Sebuah filsosofis dan metodologis
yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam
menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan. Sudarwan Danim (2007 : 53
) mutu mengandung makna derajat keunggulan suatu poduk atau hasil kerja, baik
berupa barang dan jasa. Dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991 :677 )
menyatakan Mutu adalah ukuran , baik buruk suatu benda, taraf atau derajat .
Selanjutnya Lalu Sumayang ( 2003 : 322) menyatakan quality
(mutu ) adalah tingkat dimana rancangan spesifikasi sebuah produk barang dan
jasa sesuai dengan fungsi dan penggunannya, disamping itu quality
adalah tingkat di mana sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan rancangan
spesifikasinya.
Apabila pandangan para ahli dia atas di identifikasikan ke dalam
qualitas pendidikan, dalam pandangan Zamroni ( 2007 : 2 ) dikatakan bahwa
peningkatan mutu sekolah adalah suatu proses yang sistematis yang terus menerus
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan
dengan itu, dengan tujuan agar target
sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.
Peningkatan mutu berkaitan dengan target yang
harus dicapai, proses untuk mencapai dan faktor-faktor yang terkait. Dalam
peningkatan mutu ada dua aspek yang perlu mendapat perhatian, yakni aspek
kualitas hasil dan aspek proses mencapai hasil tersebut.
Edward
Sallis ( 2006 :73 ) menyatakan bahwa Total Quality Management (TQM)
Pendidikan adalah sebuah filsosofis tentang perbaikan secara terus- menerus ,
yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi
pendidikan dalam memenuhi kebutuhan , keinginan , dan harapan para pelanggannya
saat ini dan untuk masa yang akan datang
Di
sisi lain, Zamroni memandang bahwa peningkatan mutu dengan model TQM , dimana
sekolah menekankan pada peran kultur sekolah dalam kerangka model The Total
Quality Management (TQM). Teori ini menjelaskan
bahwa mutu sekolah mencakup tiga kemampuan, yaitu : kemampuan akademik, sosial,
dan moral. (Zamroni , 2007 :6 )
Menurut teori ini, mutu sekolah ditentukan oleh tiga variabel, yakni
kultur sekolah, proses belajar mengajar, dan realitas sekolah. Kultur sekolah merupakan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan,
upacara-upacara, slogan-slogan, dan berbagai perilaku yang telah lama terbentuk
di sekolah dan diteruskan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya, baik
secara sadar maupun tidak. Kultur ini diyakini mempengaruhi perilaku seluruh
komponen sekolah, yaitu : guru, kepala sekolah, staf administrasi, siswa, dan
juga orang tua siswa. Kultur yang kondusif bagi peningkatan mutu akan mendorong
perilaku warga kearah peningkatan mutu sekolah, sebaliknya kultur yang tidak
kondusif akan menghambat upaya menuju peningkatan mutu sekolah.
2.
Input, Proses dan Output Pendidikan
Pengertian
mutu dalam pendidikan mencakup input,
proses, dan output . Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia
karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses yang berupa sumber daya dan
perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya
proses. Input sumber daya meliputi sumber daya manusia diantaranya tenaga
kependidikan, pendidik dan peserta didik diantaranya kepala sekolah, guru
termasuk guru BP, tenaga tata usaha . Dan sumber daya lain berupa sarana prasarana berupa peralatan,
perlengkapan, uang, bahan, dsb). Input perangkat lunak
meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi
tugas, rencana, program, dsb. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran-sasaran
yang ingin dicapai oleh sekolah. Kesiapan input sangat
diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, tinggi
rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi
tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut.
Proses
pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Dalam
pendidikan berskala mikro (tingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses
pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan
program, proses belajar mengajar, dan monitoring dan evaluasi, dengan catatan
bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi
dibandingkan dengan proses-proses lainya. Proses
dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta
pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dsb.)
dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang
menyenangkan, mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu
memberdayakan peserta didik. Memberdayakan mengandung arti bahwa peserta didik
tidak sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh guru, akan tetapi
pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati,
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan yang lebih penting peserta didik
mampu belajar cara belajar (mampu mengembangkan dirinya).
Output
pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi
sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat
diukur dari kualitasnya, efektifitasnya, produktivitasnya, efisiensinya,
inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya. Khusus yang
berkaitan dengan mutu output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika
prestasi sekolah, khususnya prestasi siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi
dalam prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum, UN, karya ilmiah,
lomba-lomba akademik; dan prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ,
kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, keterampilan kejujuran, dan
kegiatan-kegiatan ekstrakurikulir lainnya.
Jadi kalau ketiga hal tersebut di atas telah dicapai maka mutu pendidikan masa depan yang lebih baik akan terwujud sehingga masa depan Indonesia tanpa korupsi bukan lagi menjadi suatu mimpi di musim panas karena disadari atau tidak korupsi yang dilakukan anak-anak bangsa telah menghambat terwujudnya kesejahteraan yang didamba sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional Negara Indonesia.
Jadi kalau ketiga hal tersebut di atas telah dicapai maka mutu pendidikan masa depan yang lebih baik akan terwujud sehingga masa depan Indonesia tanpa korupsi bukan lagi menjadi suatu mimpi di musim panas karena disadari atau tidak korupsi yang dilakukan anak-anak bangsa telah menghambat terwujudnya kesejahteraan yang didamba sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional Negara Indonesia.
2. Faktor-Faktor Dominan dalam Peningkatan
Mutu Pembelajaran di Sekolah
Selanjutnya
untuk meningkatkan mutu sekolah seperti yang disarankan oleh Sudarwan Danim (
2007 : 56 ), yaitu dengan melibatkan lima faktor yang dominan :
- Kepemimpinan Kepala sekolah; kepala sekolah harus memiliki dan memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja, memberikanlayananyang optimal, dan disiplin kerja yang kuat.
- Siswa; pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat “ sehingga kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga sekolah dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa .
- Guru; pelibatan guru secara maksimal , dengan meningkatkan kopmetensi dan profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, MGMP, lokakarya serta pelatihan sehingga hasil dari kegiatan tersebut diterapkan disekolah.
- Kurikulum; sdanya kurikulum yang ajeg / tetap tetapi dinamis , dapat memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga goals (tujuan ) dapat dicapai secara maksimal;
- Jaringan Kerjasama; jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan masyarakat semata (ornag tua dan masyarakat ) tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan / instansi sehingga output dari sekolah dapat terserap didalam dunia kerja
Berdasarkan pendapat diatas, perubahan
paradigma harus dilakukan secara bersama-sama antara pimpinan dan karyawan
sehingga mereka mempunyai langkah dan strategi yang sama yaitu menciptakan mutu
dilingkungan kerja khususnya lingkungan kerja pendidikan. Pimpinan dan karyawan
harus menjadi satu tim yang utuh (teamwork ) yangn saling membutuhkan dan
saling mengisi
kekurangan yang ada sehingga
target ( goals) akan tercipta
dengan baik
3.
Unsur-unsur yang terlibat dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di sekolah
Unsur yang terlibat dalam peningkatan mutu
pendidikan dapat lihat dari sudut pandang makro dan mikro pendidikan. Sudut pandang makro dan mikro pendidikan dapat dilihat dari bagan
berikut
Sumber:
Syaiful Sagala (2004 : 9)
4. Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah
Secara umum untuk meingkatkan mutu pendidikan harus diawali dengan
strategi peningkatan pemerataan pendidikan, dimana unsure makro dan mikro
pendidikan ikut terlibat, untuk menciptakan (Equality dan Equity ) ,
mengutip pendapat Indra Djati Sidi ( 2001 : 73 ) bahwa pemerataan pendidikan
harus mengambil langkah sebagai berikut :
1. Pemerintah
menanggung biaya minimum pendidikan yang diperlukan anak usia sekolah baik negeri
maupun swasta yang diberikan secara individual kepada siswa.
2. Optimalisasi
sumber daya pendidikan yang sudah tersedia.
3. Memberdayakan
sekolah-sekolah swasta melalui bantuan dan subsidi dalam rangka peningkatan
mutu embelajaran siswa dan optimalisasi daya tampung yang tersedia.
4. Melanjutkan
pembangunan Unit Sekolah Baru (USB ) dan Ruang Kelas Baru (RKB ) bagi
daerah-daerah yang membutuhkan dengan memperhatikan peta pendidiakn di tiap
–tiap daerah sehingga tidak mengggangu keberadaan sekolah swasta.
5. Memberikan
perhatian khusus bagi anak usia sekolah dari keluarga miskin, masyarakat
terpencil, masyarakat terisolasi, dan daerah kumuh.
6. Meningkatkan
partisipasi anggota masyarakat dan pemerintah daerah untuk ikut serta
mengangani penuntansan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
Sedangkan peningkatan mutu sekolah
secara umum dapat diambil satu strategi dengan membangun Akuntabilitas
pendidikan dengan pola kepemimpinan , seperti kepemimpinan sekolah Kaizen (
Sudarwan Danim, 2007 : 225 ) yang menyarankan :
1. Untuk
memperkuat tim-tim sebagai bahan pembangun yang fundamental dalam struktur
perusahaan.
2. Menggabungkan
aspek –aspek positif individual dengan berbagai manfaat dari konsumen
3. Berfokus
pada detaiol dalam mengimplementasikan gambaran besar tentang perusahaan
4. Menerima
tanggung jawab pribadi untuk selalu mengidentifikasikan akar menyebab masalah
5. Membangun hubungan antarpribadi yang kuat
6. Menjaga agar pemikiran tetap terbuka terhadap
kritik dan nasihat yang konstruktif
7. Memelihara sikap yang progresif dan
berpandangan ke masa depan
8. Bangga dan menghargai prestasi kerja
9. Bersedia menerima tanggung jawab dan
mengikuti pelatihan
10. Menantang kebijakan yang sudah diterima serta
dukungan inovasi dan kreativitas
5.Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Ada dua macam motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik.
Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa
ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Sedangkan motivasi
ekkstrinsik adalah motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Siswa yang selalu
memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, menunjukan memiliki motivasi
intrinik yang tinggi. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri
memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi
pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat
mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Berbeda dengan siswa yang tidak memiliki
motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan
dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan
motivasi peserta didik sehingga ia mau
belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa
digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik
pada permulaan mengajar seharusnya
sehingga makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah Berikan
hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk
bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan
termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi Guru berusaha mengadakan persaingan
di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki
hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian Sudah sepantasnya siswa yang
berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang
bersifat membangun.
5. Hukuman Hukuman diberikan kepada siswa yang
berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan
harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi
belajarnya.
6. Membangkitkan
dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan
belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media
yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
6. Penutup.
Kepemimpinan
kepala sekolah dan kreatifitas guru yang professional, inovatif, kreatif,
mrupakan salah satu tolok ukur dalam Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah
,karena kedua elemen ini merupakan figure yang bersentuhan langsung dengan
proses pembelajaran , kedua elemen ini merupakan fugur sentral yang dapat
memberikan kepercayaan kepada masyarakat (orang tua ) siswa , kepuasan
masyarakat akan terlihat dari output dan outcome yang dilakukan pada setiap
periode. Jika pelayanan yang baik kepada masyarakat maka mereka tidak akan
secara sadar dan secara otomatis akan membantu segala kebutuhan yang di
inginkan oleh pihak sekolah,sehingga dengan demikian maka tidak akan sulit bagi
pihak sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di
sekolah.
( tulisan ini hasil kutipan penulis ).
Kamis, 07 Juni 2012
TUGAS MATA KULIAH :
MEDIA PEMBELAJARAN
Dosen : Prof.Dr. Indrati
Kusumaningrum.M.Pd
RANCANGAN
MEDIA PEMBELAJARAN
Oleh :
HENDRIPAL S.Pd
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
KATA
PENGANTAR
Alhamdullillah, Segala puji bagi Allah
SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada hambanya.
Kenikmatan yang tidak ternilai ketika Tugas ini dapat diselesaikan.
Tulisan ini ditulis sebagai salah
satu syarat untuk mempertanggung jawabkan Mata Kuliah Media Pembelajaran yang
diasuh oleh ibuk Prof .DrIndrati Kusumaningrum.M.Pd. Di dalamnya berisi tentang
Teori –teori Belajar ,Teori Media dan Metode Assure serta dilengkapi dengan
contoh – contoh RPP sebagai upaya untuk
memenuhi persyarata untuk mendapatkan nilai semester Genap tahun 2011 / 2012
Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang .
Penulis menyadari bahwa Tugas ini
belumlah sempurna serta masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada ibuk pembimbing
yang telah memberikan petunjuk sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan
baik dan semoga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri serta rekan –rekan
mahasiswa Pasca Sarjana UNP khususnya bagi Mahasiswa Teknologi pendidikan tahun
2011.
Sungai
Penuh, …………………2011
HENDRIPAL,S.Pd
BAB.I
TEORI
PEMBELAJARAN DAN TEORI MEDIA
1.1
.TEORI TEORI PEMBELAJARAN
Abraham Maslow dan Carl Rogers
termasuk kedalam tokoh kunci humanisme. Tujuan utama dari humanisme dapat
dijabarkan sebagai perkembangan dari aktualisasi diri manusia automomous. Dalam
humanisme, belajar adalah proses yang berpusat pada pelajar dan
dipersonalisasikan, dan peran pendidik adalah sebagai seorang fasilitator.
Afeksi dan
kebutuhan kognitif adalah kuncinya, dan goalnya adalah untuk membangun manusia
yang dapat mengaktualisasikan diri dalam lingkungan yang kooperatif dan
suportif. Dijelaskan juga bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik,
memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan
menentukan perilakunya. Kerana itu dalam kaitannya maka setiap diri manusia
adalah bebas dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang mencapai
aktualisasi diri. Menurut Carl Rogers, teori belajar humanis :
a) Setiap
individu adalah positif, serta menolak teori Freud dan behaviorisme.
b) Asumsi
dasar teori Rogers adalah kecenderungan formatif dan kecenderungan aktualisasi.
c) Diri (self)
adalah terbentuk dari pengalaman mulai dari bayi, di mana diri terdiri dari 2
subsistem
yaitu konsep diri dan diri ideal.
d)
Kebutuhan individu ada 4 yaitu : (1) pemeliharaan, (2) peningkatan diri, (3)
penghargaan
positif (positive
regard), dan (4) Penghargaan diri yang positif (positive self-regard).
1.1.2. PENERAPAN TEORI HUMANISTIK DALAM
PENDIDIKAN
Menurut
Gage dan Berliner beberapa prinsip dasar dari pendekatan humanistit yang dapat
kita guna untuk mengembangkan pendidikan :
1. Murid
akan belajar dengan baik apa yang mereka mau dan perlu ketahui . Saat mereka
telah mengembangkan kemampuan untuk menganalisa apa dan mengapa sesuatu penting
untuk mereka sesuai dengan kemampuan untuk mengarahkan perilaku untuk mencapai
yang dibutuhkan dan diinginkan, mereka akan belajar dengan lebih mudah dan
lebih cepat. Sebagian besar pengajar dan ahli teori belajar akan setuju dengan
dengan pernyataan ini, meskupun mereka mungkin akan tidak setuju tentang apa
tepatnya yang menjadi motivasi murid.
2.
Mengetahui bagaimana cara belajar lebih penting daripada membutuhkan banyak
pengetahuan. Dalam kelompok sosial kita dewasa ini dimana pengetahuan berganti
dengan sangat cepat , pandangan ini banyak dibagi diantara kalangan pengajar,
terutama mereka yang datang dari sudut pandang kognitif
3.
Evaluasi diri adalah satu satunya evaluasi yang berarti untuk pekerjaan murid.
Penekanan disini adalah pada perkembangan internal dan regulasi diri. Sementara
banyak pengajar akan setuju bahwa ini adalah hal yang penting, mereka juga akan
mengusung sebuah kebutuhan untuk
mengembangkan
kemampuan murid untuk berhadapan dengan pengharapan eksternal. Pertemuan dengan
pengaharapan eksternal seperti ini menghadapkan pertentangan pada sebagian
besar teori humanistik.
4.
Perasaan adalah sama penting dengan kenyataan . Banyak tugas dari pandangan
humanistik seakan memvalidasi poin ini dan dalam satu area, pengajar yang
berorientasi humanistik membuat sumbangan yang bererti untuk dasar pengetahuan
kita.
5. Murid
akan belajar dengan lebih baik dalam lingkungan yang tidak mengancam. Ini
adalah salah satu area dimana pengajar humanistik telah memiliki dampak dalam
praktek pendidikan. Orientasi yang mendukung saat ini adalah lingkungan harus
tidak mengancam baik secara psikologis, emosional dan fisikal. Bagaimanapun,
ada penelitian yang menyarankan lingkungan yang netral bahkan agak sejuk adalah
yang terbaik untuk murid yang lebih tua dan sangat termotivasi. Menurut aliran
humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan
merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi kebutuhankebutuhan ini.
Beberapa
psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk
berkembang, untuk lebih baik, dan juga belajar. Jadi sekoah harus berhati-hati
supaya tidak membunuh insting ini dengan memaksakan anak belajar sesuatu
sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang benar apabila anak dipaksa untuk
belajar sesuatu sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga punya keinginan.
Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk
memenuhi kebutuhank-ebutuhan yang lebih tinggi, bukan sebagai konselor seperti
dalam Freudian ataupun pengelola perilaku seperti pada behaviorisme.
Secara
singkatnya, pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan
positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan
menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal
ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri
yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga
masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini
menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan
keberhasilan akademik. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat
laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar
ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatnya.
Para
pendidik hanya membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang
unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Teori ini cocok untuk di terapkan pada materi - materi yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap
fenomena social. Indikator keberhasilan dari teori ini adalah : Siswa senang,
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir siswa,
serta meningkatnya kemauan sendiri.
Menurut
teori ini ciri-ciri guru yang baik adalah yang memiliki rasa humor, adil,
menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan
wajar. Mampu mengatur ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikannya pada
perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor
yang rendah, mudah menjadi tidak sabar, suka melukai perasaan siswa dengan
komentar yang menyakitkan, bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap
perubahan yang ada.
Menurut teori behavioristik, belajar
adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu
menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut teori ini yang terpenting
adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang
berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respon
dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati. Faktor lain yang
juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya
respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan
semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon
pun akan tetap dikuatkan.
A. Teori
Koneksionisme Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah
proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu ineraksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari defenisi ini maka menurut Thorndike
perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit
yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
B.
Teori Conditioning Watson
Menurut Watson, belajar adalah
proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang
dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat
diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan
mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia hal-hal tersebut sebagai
faktor yang tak perlu diperhitungkan.
C.
Teori Conditioning Edwin Guthrie
Dijelaskan bahwa
hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh
sebab itu dalam kegiatan belajar perserta didik perlu sesering mungkin
diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat tetap. Ia
juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan
menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respon
tersebut.
D.
Teori Operant Conditioning Skinner
Menurut Skinner, hubungan antara
stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang
kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku. Teori Skinnerlah yang paling
besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik.
Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram,
modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan
stimulus-respon serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan
program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan
oleh Skinner.
Behaviorisme
merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme
tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam
suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian
rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.Dari eksperimen yang
dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku
diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
meningkat.
2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku
operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003)
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku
yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant
conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang
ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah
stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu,
namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical
conditioning.
E.
Teori Systematic Behavior Clark Hull
Dalam teori Hull mengatakan bahwa
kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati
posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajar
pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang
akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.
F.Teori
Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget
merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran
konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan
sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori
tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan
kognitif individu meliputi empat tahap yaitu :
(1) sensory motor;
(2)
pre operational;
(3)
concrete operational dan
(4)
formal operational.
Pemikiran
lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu
asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi
adalah “the process by which a person takes material into their mind from
the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make
it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or
concepts by the process of assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar
akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan
eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara
aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
1.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Media Pembelajaran
2.1.1 Pengertian Media
Pembelajaran
Kata media berasal dari
bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’
atau ’pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely (1971) mengatakan
bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara lebih khusus, pengertian media
dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan alat-alat grafis, fotografis,
atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi
visual dan verbal.
Media adalah alat bantu apa saja
yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran
(Djamarah, 2002: 137). Sedangkan pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan
yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2002: 17). Jadi, media pembelajaran adalah media yang digunakan pada proses
pembelajaran sebagai penyalur pesan antara guru dan siswa agar tujuan
pengajaran tercapai.
Media pembelajaran yang baik harus
memenuhi beberapa syarat. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi
kepada siswa. Selain itu media juga harus merangsang siswa mengingat apa yang
sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik
juga akan mengaktifkan siswa dalam memberikan
tanggapan, umpan balik dan juga mendorong siswa untuk melakukan praktik-praktik
dengan benar.
2.1.2
Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran
Secara
umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi
antara guru dan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan
efisien. Tetapi secara khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp
dan Dayton (dalam Depdiknas, 2003) mengidentifikasikan beberapa manfaat media
dalam pembelajaran yaitu:
1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan
menarik.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga.
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan
di mana saja dan kapan saja.
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa
terhadap materi dan proses belajar.
8.
Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Fungsi
media pembelajaran antara lain:
1.
Menyampaikan informasi dalam proses belajar mengajar.
2.
Melengkapi dan memperkaya informasi dalam kegiatan belajar mengajar.
3.
Mendorong motivasi belajar.
4.
Menambah variasi dalam penyajian materi.
5.
Menambah pengertian nyata tentang suatu pengetahuan.
6.
Memungkinkan siswa memilih kegiatan belajar sesuai dengan kemampuan, bakat dan
minatnya.
7.
Mudah dicerna dan tahan lama dalam menyerap pesan-pesan (informasinya sangat
membekas dan tidak mudah lupa) (Rohani, 1997: 9).
2.1.3
Ciri-ciri Media Pembelajaran
Gerlach
& Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa
media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin
guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya.
1.
Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Ciri
ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan
merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Dengan ciri fiksatif, media
memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu
tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
2.
Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi
suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif.
Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam
waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse
recording. Suatu kejadian dapat dipercepat dan dapat juga diperlambat pada saat
menayangkan kembali hasil suatu rekaman video.
3.
Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri
distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransformasikan
melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah
besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.
2.1.4
Klasifikasi dan Karakteristik Media Pembelajaran
Menurut
Oemar Hamalik (1985:63) ada empat klasifikasi media pengajaran yaitu:
1.
Alat-alat visual yang dapat dilihat.
2.
Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar.
3.
Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar.
4.
Dramatisasi, bermain peranan, sosiodrama, sandiwara boneka, dan sebagainya.
2.2 Multimedia
2.2.1
Definisi Multimedia
Secara
etimologis multimedia berasal dari kata multi (Bahasa Latin), nouns yang
berarti banyak, bermacam-macam, dan medium (Bahasa Latin) yang berarti
sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan atau membawa sesuatu. Kata medium dalam
American Heritage Electronic Dictionary (1991) juga diartikan sebagai
alat untuk mendistribusikan dan mempresentasikan informasi (Rachmat dan
Alphone, 2005/2006: 1).
Multimedia
merupakan perpaduan antara berbagai media (format file) yang berupa
teks, gambar (vektor atau bitmap), grafik, sound, animasi, video,
interaksi, dan lain-lain yang telah dikemas menjadi file digital
(komputerisasi) yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada publik.
2.2.2
Objek Multimedia
Multimedia
terdiri dari beberapa objek, yaitu teks, grafik, image, animasi, audio,
video, dan link interaktif.
1.
Teks
Teks
merupakan dasar dari pengolahan kata dan informasi berbasis multimedia. Menurut
Hofstetter, sistem multimedia banyak dirancang dengan menggunakan teks karena
teks merupakan sarana yang efektif untuk mengemukakan ide-ide dan menyediakan
instruksi-instruksi kepada user (pengguna). Beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah penggunaan hypertext, auto-hypertext, text
style, import text, dan export text.
2.
Image
Secara
umum image atau grafik berarti still image (gambar tetap) seperti
foto dan gambar. Manusia sangat berorientasi pada visual (visual-oriented),
dan gambar merupakan sarana yang sangat baik untuk menyajikan informasi. Semua
objek yang disajikan dalam bentuk grafik adalah bentuk setelah dilakukan encoding
dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan waktu.
3.
Animasi
Animasi
adalah pembentukan gerakan dari berbagai media atau objek yang divariasikan
dengan gerakan transisi, efek-efek, juga suara yang selaras dengan gerakan
animasi tersebut atau animasi merupakan penayangan frame-frame gambar secara
cepat untuk menghasilkan kesan gerakan. Konsep dari animasi adalah
menggambarkan sulitnya menyajikan informasi dengan satu gambar saja, atau
sekumpulan gambar.
4.
Audio
Penyajian
audio merupakan cara lain untuk lebih memperjelas pengertian suatu informasi.
Suara dapat lebih menjelaskan karakteristik suatu gambar, misalnya musik dan
suara efek (sound effect).
5.
Video
Video
merupakan elemen multimedia paling kompleks karena penyampaian informasi yang
lebih komunikatif dibandingkan gambar biasa. Dalam video, informasi disajikan
dalam kesatuan utuh dari objek yang dimodifikasi sehingga terlihat saling
mendukung penggambaran yang seakan terlihat hidup.
6.
Interactive link
Interactive
link dengan informasi yang berkaitan
sering kali dihubungkan secara keseluruhan sebagai hypermedia. Interactive
link diperlukan bila pengguna menunjuk pada suatu objek atau tombol supaya
dapat mengakses program tertentu dan untuk menggabungkan beberapa elemen
multimedia sehingga menjadi informasi yang terpadu.
2.2.3
Komponen Multimedia
Menurut
definisi terdapat empat komponen penting multimedia:
1.
Adanya komputer sebagai suatu alat yang dapat berinteraksi dengan user.
2.
Adanya link yang menghubungkan user dengan informasi.
3.
Adanya alat navigasi yang memandu, menjelajah jaringan informasi yang saling
terhubung.
4.
Multimedia menyediakan tempat kepada user untuk mengumpulkan, memproses,
dan menghubungkan informasi dan ide user sendiri.
2.2.4
Tujuan Multimedia
Tujuan
dari penggunaan multimedia adalah sebagai berikut:
1.
Multimedia dalam penggunaannya dapat meningkatkan efektivitas dari penyampaian
suatu informasi.
2.
Penggunaan multimedia dalam lingkungan dapat mendorong partisipasi,
keterlibatan serta eksplorasi pengguna tersebut.
3.
Aplikasi multimedia dapat meransang panca indera, karena dengan penggunaannya
multimedia akan meransang beberapa indera penting manusia, seperti:
penglihatan, pendengaran, aksi maupun suara. Dalam pengaplikasiannya multimedia
akan sangat membantu penggunanya, terutama bagi pengguna awam.
BAB.II
ASSURE MODEL
Model
ASSURE adalah model pembelajaran
yang dapat digunakan untuk jenis media yang tepat dalam proses pembelajaran.
Model ini dikembangkan untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif dan
efisien, khususnya pada kegiatan pembelajaran yang menggunakan media dan
teknologi. Model ini, berorentasi pada KBM. Strategi pembelajarannya melalui
pemilihan dan pemanfaatan metode, media, bahan ajar, serta peran serta
pembelajar di lingkungan belajar.Assure model di desain untuk membantu Guru
dalam merancang rencana pembelajaran yang terintegrasi dan efektif dengan
menggunakan teknologi dan Media dalam kelas.
Analyze learner(menganalisis
pebelajar)
Langkah yang pertama adalah mengidentifikasi karakteristik pebelajar. Media dan teknologi dikatakan efektif bila ada kesesuaian antara karakteristik pebelajar dengan metode media dan karakteristik pebelajar.
faktor kunci Yang dibahas dalam analisis pembelajar adalah sebagai berikut :
a. General characteristict ( Karakteristik Umum )
Karakteristik umum meliputi faktor-faktor usia , tingkat pendidikan , pekerjaan /posisi, kebudayaan dan sosial ekonomi . Dengan analisis pebelajar akan membantu pemulihan metode dan media pembelajaran yang sesuai . Sebagai contoh : pebelajar yang lemah dalam ketrampilan membaca , lebih tepat diberi media non cetak . Jika pebelajar kurang tertarik dengan materi yang disajikan , maka media yang tepat misalnya videotape , simulasi , atau kegiatan-kegiatan yang berbasis teknologi . Bila pebelajar pertama kali belajar suatu konsep baru, maka dibutuhkan pengalaman belajar langsung dan konkrit seperti karyawisata atau latihan bermain peran (mengacu pada kerucut peran Edgar Dale )
b. Spesifik entri competencies ( kompetensi tertentu )
Sebuah komponen penting dari merancang pelajaran adalah untuk mengidentifikasi kompetensi spesifik dari siswa . Kita dapat melakukan ini melalui cara-cara informal (seperti di kelas mempertanyakan) atau cara formal lebih (seperti meninjau hasil tes standar). Tes kemampuan awal merpakan penilaian , baik formal maupun informal , yang diperlukan. Dengan menganalisis kemampuan yang telah dimiliki pebelajar, guru dapat memilih metode dan media yang sesuai .
c. Learning Style ( Gaya belajar )
Gaya belajar berkenaan dengan pengelompokan sifat-sifat psikologis yang menentukan bagaimana seseorang individu merasakan berinteraksi dengan dan merespon secara emosional pada lingkungan belajar . Gardner (1999) mengemukakan 3 jenis gaya belajar seseorang yaitu : visual , auditory , dan kinestetik. Teori Gardner mengimplikasikan bahwa guru yang efektif perlu sadar akan adanya gaya belajar yang berbeda di antara para pebelajar . Cara yang terbaik untuk mengatasinya yaitu dengan memberikan variasi pembelajaran . Guru , Perancang kurikulyum , dan spesialis media harus bekerjasama mendesain kurikulum sehingga pebelajar memiliki kesempatan mengembangkan perbedaan gaya belajar. Variabel gaya belajar dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok yaitu :
a. Kekuatan persepsi
Pendukung pentingnya variabel ini mengatakan bahwa sebagian besar pebelajar tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk menangkap pelajaran melalui pendengaran dan menyangsikan keluasan penggunaan metode guru. Pebelajar yang agak lambat belajar cenderung menyukai pengalaman taktil atau kinestetik , duduk dan mendengarkan sukar baginya.
b. Kebiasaan memproses informasi
Variabel ini berkaitan dengan bagaimana kecenderungan pebelajar memproses informasi . Model Gregore (dalam Molenda , dkk , 2005) tentang ‘gaya belajar’ yaitu 4 kategori utama pada gaya berfikir :
1. Pebelajar kategori berurutan kongkrit , lebih suka pengalaman langsung dan penyampaian dengan urutan yang logis . Golongan ini lebih cocok belajar dengan buku kerja , demonstrasi , pembelajaran terprogram , dll.
2. Pebelajar katagori acak konkrit , lebih senang pendekatan coba-coba (trial & error), membuat kesimpulan cepat dari pengalaman yang terjadi . Golongan ini lebih suka metode-metode seperti permainan , simulasi , discovery ,dll
3. Pebelajar kategori berurutan abstrak. Kelompok ini terampil menyandi pesan verbal dan simbolik khususnya bila disajikan dalam urutan yang logis . Golongan ini lebih suka membaca dan menyimak .
4. Pebelajar kelompok acak abstrak , menunjukan kemampuannya untuk menangkap makna dan presentasi yang disajikan , merespon nada dan gaya pembicara sebaik menangkap pesannya . Golongan ini baik untuk belajar dalam diskusi kelompok , kuliah dengan tanya jawab , videotape , dan televisi.
c. Faktor-Faktor motivasional
Berbagai faktor emosianoal sangat berpengaruh pada perhatian terhadap sesuatu , berapa lama memperhatikan, seberapa jauh usaha memahami pelajaran , dan bagaimana perasaan ikut ambil bagian dalam kegiatan belajar. Cara yang baik untuk mendiskripsikan motivasi belajar yaitu menggunakan r , yang membedaka aspek penting motivasi , yaitu :
Atensi , berkenaan dengan apakah pebelajar merasa bahwa pembelajaran menarik dan
berguna untuk dipertimbangkan
Relevan, berkaitan dengan apakah pebelajar merasa bahwa pembelajaran berkaitan
dengan tujuannya
Confidence, berkenaan dengan apakah pebelajar mengharapkan kesuksesan berdasarkan pada usahanya sendiri
Satisfaction, berkaitan dengan penghargaan yang diterima pebelajar dari pembelajaran itu
Langkah yang pertama adalah mengidentifikasi karakteristik pebelajar. Media dan teknologi dikatakan efektif bila ada kesesuaian antara karakteristik pebelajar dengan metode media dan karakteristik pebelajar.
faktor kunci Yang dibahas dalam analisis pembelajar adalah sebagai berikut :
a. General characteristict ( Karakteristik Umum )
Karakteristik umum meliputi faktor-faktor usia , tingkat pendidikan , pekerjaan /posisi, kebudayaan dan sosial ekonomi . Dengan analisis pebelajar akan membantu pemulihan metode dan media pembelajaran yang sesuai . Sebagai contoh : pebelajar yang lemah dalam ketrampilan membaca , lebih tepat diberi media non cetak . Jika pebelajar kurang tertarik dengan materi yang disajikan , maka media yang tepat misalnya videotape , simulasi , atau kegiatan-kegiatan yang berbasis teknologi . Bila pebelajar pertama kali belajar suatu konsep baru, maka dibutuhkan pengalaman belajar langsung dan konkrit seperti karyawisata atau latihan bermain peran (mengacu pada kerucut peran Edgar Dale )
b. Spesifik entri competencies ( kompetensi tertentu )
Sebuah komponen penting dari merancang pelajaran adalah untuk mengidentifikasi kompetensi spesifik dari siswa . Kita dapat melakukan ini melalui cara-cara informal (seperti di kelas mempertanyakan) atau cara formal lebih (seperti meninjau hasil tes standar). Tes kemampuan awal merpakan penilaian , baik formal maupun informal , yang diperlukan. Dengan menganalisis kemampuan yang telah dimiliki pebelajar, guru dapat memilih metode dan media yang sesuai .
c. Learning Style ( Gaya belajar )
Gaya belajar berkenaan dengan pengelompokan sifat-sifat psikologis yang menentukan bagaimana seseorang individu merasakan berinteraksi dengan dan merespon secara emosional pada lingkungan belajar . Gardner (1999) mengemukakan 3 jenis gaya belajar seseorang yaitu : visual , auditory , dan kinestetik. Teori Gardner mengimplikasikan bahwa guru yang efektif perlu sadar akan adanya gaya belajar yang berbeda di antara para pebelajar . Cara yang terbaik untuk mengatasinya yaitu dengan memberikan variasi pembelajaran . Guru , Perancang kurikulyum , dan spesialis media harus bekerjasama mendesain kurikulum sehingga pebelajar memiliki kesempatan mengembangkan perbedaan gaya belajar. Variabel gaya belajar dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok yaitu :
a. Kekuatan persepsi
Pendukung pentingnya variabel ini mengatakan bahwa sebagian besar pebelajar tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk menangkap pelajaran melalui pendengaran dan menyangsikan keluasan penggunaan metode guru. Pebelajar yang agak lambat belajar cenderung menyukai pengalaman taktil atau kinestetik , duduk dan mendengarkan sukar baginya.
b. Kebiasaan memproses informasi
Variabel ini berkaitan dengan bagaimana kecenderungan pebelajar memproses informasi . Model Gregore (dalam Molenda , dkk , 2005) tentang ‘gaya belajar’ yaitu 4 kategori utama pada gaya berfikir :
1. Pebelajar kategori berurutan kongkrit , lebih suka pengalaman langsung dan penyampaian dengan urutan yang logis . Golongan ini lebih cocok belajar dengan buku kerja , demonstrasi , pembelajaran terprogram , dll.
2. Pebelajar katagori acak konkrit , lebih senang pendekatan coba-coba (trial & error), membuat kesimpulan cepat dari pengalaman yang terjadi . Golongan ini lebih suka metode-metode seperti permainan , simulasi , discovery ,dll
3. Pebelajar kategori berurutan abstrak. Kelompok ini terampil menyandi pesan verbal dan simbolik khususnya bila disajikan dalam urutan yang logis . Golongan ini lebih suka membaca dan menyimak .
4. Pebelajar kelompok acak abstrak , menunjukan kemampuannya untuk menangkap makna dan presentasi yang disajikan , merespon nada dan gaya pembicara sebaik menangkap pesannya . Golongan ini baik untuk belajar dalam diskusi kelompok , kuliah dengan tanya jawab , videotape , dan televisi.
c. Faktor-Faktor motivasional
Berbagai faktor emosianoal sangat berpengaruh pada perhatian terhadap sesuatu , berapa lama memperhatikan, seberapa jauh usaha memahami pelajaran , dan bagaimana perasaan ikut ambil bagian dalam kegiatan belajar. Cara yang baik untuk mendiskripsikan motivasi belajar yaitu menggunakan r , yang membedaka aspek penting motivasi , yaitu :
Atensi , berkenaan dengan apakah pebelajar merasa bahwa pembelajaran menarik dan
berguna untuk dipertimbangkan
Relevan, berkaitan dengan apakah pebelajar merasa bahwa pembelajaran berkaitan
dengan tujuannya
Confidence, berkenaan dengan apakah pebelajar mengharapkan kesuksesan berdasarkan pada usahanya sendiri
Satisfaction, berkaitan dengan penghargaan yang diterima pebelajar dari pembelajaran itu
State Standards and Objacctives
Langkah berikutnya adalah merumuskan tujuan pembelajaran sekhusus mungkin . Tujuan ini dijabarkan munkin dari silabus , buku teks, kurikulum atau dikembangkan sendiri oleh gurunya . Suatu pernyataan tujuan , bukan apa yang direncanakan oleh guru dalam pembelajaran melainkan apa yang harus dicapai pebelajar dengan pembelajaran itu. Suatu tujuan merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai, bukan bagaimana tujuan itu akan dicapai . Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perumusannya adalah :
1. Tetapkan ABCD
Teknik ABCD untuk menyatakan tujuan (Mager, 1997) A (Audience)– instruksi yang kita ajukan harus fokus kepada apa yang harus dilakukan/ dikerjakan oleh pembelajar bukan apa yang harus dilakukan pengajar, B (Behavior) – kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan baru yang harus dimiliki pembelajar setelah melalui proses pembelajaran dan harus dapat diukur, C (Conditions) –pernyataan tujuan yang meliputi kondisi dimana unjuk kerja itu diamati , D (Degree) – pernyataan tujuan yang mengidentifikasi standar atau kriteria yang menjadi dasar pengukuran tingkat keberhasilan pembelajar.
Langkah berikutnya adalah merumuskan tujuan pembelajaran sekhusus mungkin . Tujuan ini dijabarkan munkin dari silabus , buku teks, kurikulum atau dikembangkan sendiri oleh gurunya . Suatu pernyataan tujuan , bukan apa yang direncanakan oleh guru dalam pembelajaran melainkan apa yang harus dicapai pebelajar dengan pembelajaran itu. Suatu tujuan merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai, bukan bagaimana tujuan itu akan dicapai . Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perumusannya adalah :
1. Tetapkan ABCD
Teknik ABCD untuk menyatakan tujuan (Mager, 1997) A (Audience)– instruksi yang kita ajukan harus fokus kepada apa yang harus dilakukan/ dikerjakan oleh pembelajar bukan apa yang harus dilakukan pengajar, B (Behavior) – kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan baru yang harus dimiliki pembelajar setelah melalui proses pembelajaran dan harus dapat diukur, C (Conditions) –pernyataan tujuan yang meliputi kondisi dimana unjuk kerja itu diamati , D (Degree) – pernyataan tujuan yang mengidentifikasi standar atau kriteria yang menjadi dasar pengukuran tingkat keberhasilan pembelajar.
2. Mengklasifikasikan Tujuan
Pengelopokan tujuan sangat penting karena pemilihan metode dan media serta cara mengevaluasi tergantung pada jenis tujuan yang diterapkan. Suatu tujuan mungkin diklasifikasikan menurut jenis belajar utama yang akan dicapai . Meskipun ada rentangan pendapat mengenai cara terbaik untuk mendiskripsikan dan menorganisasikan jenis-jenis belajar , ada 3 kategori (domain) yang secara luas diterima yaitu : ketrampilan kognitif, afektif, dan psikomotor. Molenda (2005) menambahkan ketrampilan interpersonal, karena ketrampilan ini sangat penting dalam suatu kerja tim.
Domain kognitif, belajar meliputi susunan kemampuan intelektual yang dikelompokkan sebagai informasi verbal/visual atau ketrampilan intelektual . Ketrampilan intelektual mengajak pebelajar untuk memberikan respon pada stimuli tertentu termasuk di dalamnya mengingat atau menyebutkan kembali fakta-fakta. Di sisi lain, ketrampilan intelektual juga mengharapkan pebelajar berfikir dan memanipulasi data .
Dalam Domain afektif, melibatkan perasaan dan nilai. Tujuan afektif memiliki rentangan misalnya menstimulasi minat dalam pelajaran di sekolah , meningkatkan kepedulian sosial dll. Kalau dalam Domain psikomotor, kegiatan belajar meliputi atletik, pekerjaan tangan, dan ketrampilan-ketrampilan fisik lain. Ketrampilan interpersonal merupakan ketrampilan yang berpusat pada orang (people-centered) yang memerlukan untuk berhubungan dengan orang lain secara efektif.
Pengelopokan tujuan sangat penting karena pemilihan metode dan media serta cara mengevaluasi tergantung pada jenis tujuan yang diterapkan. Suatu tujuan mungkin diklasifikasikan menurut jenis belajar utama yang akan dicapai . Meskipun ada rentangan pendapat mengenai cara terbaik untuk mendiskripsikan dan menorganisasikan jenis-jenis belajar , ada 3 kategori (domain) yang secara luas diterima yaitu : ketrampilan kognitif, afektif, dan psikomotor. Molenda (2005) menambahkan ketrampilan interpersonal, karena ketrampilan ini sangat penting dalam suatu kerja tim.
Domain kognitif, belajar meliputi susunan kemampuan intelektual yang dikelompokkan sebagai informasi verbal/visual atau ketrampilan intelektual . Ketrampilan intelektual mengajak pebelajar untuk memberikan respon pada stimuli tertentu termasuk di dalamnya mengingat atau menyebutkan kembali fakta-fakta. Di sisi lain, ketrampilan intelektual juga mengharapkan pebelajar berfikir dan memanipulasi data .
Dalam Domain afektif, melibatkan perasaan dan nilai. Tujuan afektif memiliki rentangan misalnya menstimulasi minat dalam pelajaran di sekolah , meningkatkan kepedulian sosial dll. Kalau dalam Domain psikomotor, kegiatan belajar meliputi atletik, pekerjaan tangan, dan ketrampilan-ketrampilan fisik lain. Ketrampilan interpersonal merupakan ketrampilan yang berpusat pada orang (people-centered) yang memerlukan untuk berhubungan dengan orang lain secara efektif.
3. Perbedaan Individu
Berkaitan dengan kemampuan individu pebelajar dalam menuntaskan atau memahami sebuah materi yang diberikan. Pebelajar yang tidak memiliki kesulitan belajar dengan pebelajar yang memiliki kesulitan belajar pasti memiliki waktu ketuntasan terhadap materi yang berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut, maka timbullah mastery learning (kecepatan dalam menuntaskan materi tergantung dengan kemampuan yang dimiliki tiap individu).
Berkaitan dengan kemampuan individu pebelajar dalam menuntaskan atau memahami sebuah materi yang diberikan. Pebelajar yang tidak memiliki kesulitan belajar dengan pebelajar yang memiliki kesulitan belajar pasti memiliki waktu ketuntasan terhadap materi yang berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut, maka timbullah mastery learning (kecepatan dalam menuntaskan materi tergantung dengan kemampuan yang dimiliki tiap individu).
Select Strategies , Technology,
Media , and Materials
(memilih strategi , metode, media dan bahan ajar)
Rencana untuk penggunaan media dan teknologi, pertama-tama tentu saja menuntut pemilihan yang sistematis . Proses memilih ada 3 tahap yaitu :
1. Menentukan metode yang sesuai untuk suatu tugas belajar
Dalam menentukan atau memilih metode yakinlah bahwa tidak ada satu metode pun yang paling baik untuk semua kegiatan belajar. Untuk suatu kegiatan pembelajaran mungkin diperlukan gabungan metode satu dengan yang lainnya untuk tujuan yang berbeda pada pelajaran yang berbeda pula. Misalnya suatu pelajaran menggunakan metode simulasi untuk menambah perhatian dan menimbulkan minat pada awal pelajaran , kemudian menggunakan demonstrasi untuk menampilkan informasi baru, selajutnya memberikan latihan komputer untuk memprektekkan ketrampilan baru tersebut.
(memilih strategi , metode, media dan bahan ajar)
Rencana untuk penggunaan media dan teknologi, pertama-tama tentu saja menuntut pemilihan yang sistematis . Proses memilih ada 3 tahap yaitu :
1. Menentukan metode yang sesuai untuk suatu tugas belajar
Dalam menentukan atau memilih metode yakinlah bahwa tidak ada satu metode pun yang paling baik untuk semua kegiatan belajar. Untuk suatu kegiatan pembelajaran mungkin diperlukan gabungan metode satu dengan yang lainnya untuk tujuan yang berbeda pada pelajaran yang berbeda pula. Misalnya suatu pelajaran menggunakan metode simulasi untuk menambah perhatian dan menimbulkan minat pada awal pelajaran , kemudian menggunakan demonstrasi untuk menampilkan informasi baru, selajutnya memberikan latihan komputer untuk memprektekkan ketrampilan baru tersebut.
2. Memilih bentuk media yang cocok
dengan metode yang akan disajikan
Bentuk media adalah bentuk fisik yang akan membawakan pesan yang akan disajikan . Bentuk media misalnya , bagan lembaran balik (gambaran diam dan teks ), slide (proyeksi diam), audio (suara dan musik), video (gambaran bergerak pada layar TV), dan multimedia computer (grafik, teks , dan gambaran bergerak pada monitor). Tiap bentuk itu memiliki kelemahan dan kekurangan dalam hal jenis pesan yang direkam maupun ditampilkan. Memilih bentuk media merupakan tugas yang kompleks , mempertimbangkan bayaknya media yang tersedia, variasi belajar, dan tujuan yang ditetapkan.
Dalam mamilih media memang agak rumit, tetapi banyak cara yang diajukan oleh para ahli untuk memilih media yaitu dengan mengajukan model-model pemilihan media. Model pemilihan media untuk setting pembelajaran , misalnya : kelompok besar, kelompok kecil, atau pembelajaran mandiri. Untuk variabel pebelajar, misalnya: pembaca, non pembaca, auditif, dan untuk hakekat tujuan, misalnya : kognitif , afektif , psikomotor, atau interpersonal. Selain itu juga harus mempertimbangkan kemampuan penyajian tiap bentuk media, misalnya visual diam , visual gerak, kata-kata tercetak, atau kata-kata terucap. Tidak lupa yang perlu dipertimbangkan yakni kita harus memperhatikan karakteristik media , karakteristik siswa , aspek ekonomi, aspek lingkungan , sifat materi yang akan diajarkan dan yang terpenting juga harus memperhatikan kemampuan tiap bentuk media dalam memberikan balikan kepada pebelajar .
Bentuk media adalah bentuk fisik yang akan membawakan pesan yang akan disajikan . Bentuk media misalnya , bagan lembaran balik (gambaran diam dan teks ), slide (proyeksi diam), audio (suara dan musik), video (gambaran bergerak pada layar TV), dan multimedia computer (grafik, teks , dan gambaran bergerak pada monitor). Tiap bentuk itu memiliki kelemahan dan kekurangan dalam hal jenis pesan yang direkam maupun ditampilkan. Memilih bentuk media merupakan tugas yang kompleks , mempertimbangkan bayaknya media yang tersedia, variasi belajar, dan tujuan yang ditetapkan.
Dalam mamilih media memang agak rumit, tetapi banyak cara yang diajukan oleh para ahli untuk memilih media yaitu dengan mengajukan model-model pemilihan media. Model pemilihan media untuk setting pembelajaran , misalnya : kelompok besar, kelompok kecil, atau pembelajaran mandiri. Untuk variabel pebelajar, misalnya: pembaca, non pembaca, auditif, dan untuk hakekat tujuan, misalnya : kognitif , afektif , psikomotor, atau interpersonal. Selain itu juga harus mempertimbangkan kemampuan penyajian tiap bentuk media, misalnya visual diam , visual gerak, kata-kata tercetak, atau kata-kata terucap. Tidak lupa yang perlu dipertimbangkan yakni kita harus memperhatikan karakteristik media , karakteristik siswa , aspek ekonomi, aspek lingkungan , sifat materi yang akan diajarkan dan yang terpenting juga harus memperhatikan kemampuan tiap bentuk media dalam memberikan balikan kepada pebelajar .
3. Mendapatkan materi khusus
Sebagian besar guru menggunakan materi yang siap pake yang disediakan oelh sekolah-sekolah atau juga bisa dari internet atau dari sumber-sumber lain. Guru seharusnya memperbarui konten-konten bidang studi dengan meteri-materi mutakhir. Keputusan untuk memilih materi pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Hasil riset terbaru oleh McAlpin dan Weston, 1994 (dalam Molenda, 2005) mengemukakan kriteria tertentu yang penting dalam penilaian media. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini perlu dipertanyakan untuk tiap jenis media :
a. Apakah sesuai dengan kurikulum?
b. Apakah akurat dan baru?
c. Apakah isinya jelas dan bahasanya singkat ?
d. Akankah memotivasi dan mempertahankan minat ?
e. Apakah mempersiapkan partisipasi belajar ?
f. Apakah kualitas teknisnya baik ?
g. Adakah bukti keefektifannya ?
h. Apakah bebas dari bias iklan ?
i. Adakah petunjuk pengguna ?
4. Memodifikasi materi yang ada
Apabila pengajar dalam mengajar tidak dapat menemukan materi yang sesuai maka pengajar perlu memodifikasi materi yang ada. Dan hal tersebut merupakan tantangan pengajar dan memerlukan krestifitas .Misalnya : dalam suatu SMK peralatan prakteknya tidak memadai , dengan menggunakan terminologi yang rinci dan kompleks solusi yang mungkin untuk memecahkan masalah ini adalah menggunakan gambar tetapi memodifikasi caption dan menyederhanakan atau menghilangkan labelnya .
Sebagian besar guru menggunakan materi yang siap pake yang disediakan oelh sekolah-sekolah atau juga bisa dari internet atau dari sumber-sumber lain. Guru seharusnya memperbarui konten-konten bidang studi dengan meteri-materi mutakhir. Keputusan untuk memilih materi pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Hasil riset terbaru oleh McAlpin dan Weston, 1994 (dalam Molenda, 2005) mengemukakan kriteria tertentu yang penting dalam penilaian media. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini perlu dipertanyakan untuk tiap jenis media :
a. Apakah sesuai dengan kurikulum?
b. Apakah akurat dan baru?
c. Apakah isinya jelas dan bahasanya singkat ?
d. Akankah memotivasi dan mempertahankan minat ?
e. Apakah mempersiapkan partisipasi belajar ?
f. Apakah kualitas teknisnya baik ?
g. Adakah bukti keefektifannya ?
h. Apakah bebas dari bias iklan ?
i. Adakah petunjuk pengguna ?
4. Memodifikasi materi yang ada
Apabila pengajar dalam mengajar tidak dapat menemukan materi yang sesuai maka pengajar perlu memodifikasi materi yang ada. Dan hal tersebut merupakan tantangan pengajar dan memerlukan krestifitas .Misalnya : dalam suatu SMK peralatan prakteknya tidak memadai , dengan menggunakan terminologi yang rinci dan kompleks solusi yang mungkin untuk memecahkan masalah ini adalah menggunakan gambar tetapi memodifikasi caption dan menyederhanakan atau menghilangkan labelnya .
5. Merancang materi baru
Dalam memilih materi, memang lebih mudah dan efisien dari segi biaya bila menggunakan materi yang tersedia, dengan atau tanpa modifikasi , daripada mulai menyusun materi baru . Memang lebih banyak waktu yang dibutuhkan untuk mendesain materi yang dibuat sendiri. Namun bila ingi n menyusun materi baru , perlu mempertimbangkan unsur-unsur dasar tertentu , yaitu :
a. Pebelajar . Bagaiman karakteristik pebelajar ? apakah memerlukan ketrampilan dan prasyarat untuk memepelajari materi ?
b. Biaya. Cukupkah dana yang tersedia, yang diperlukan untuk menyiapkan materi itu (misal videotape, audiotape dll).
c. Keahlian teknis. Apakah diperlukan keahlian untuk mendesain dan memproduksi materi yang akan digunakan ?
Dalam memilih materi, memang lebih mudah dan efisien dari segi biaya bila menggunakan materi yang tersedia, dengan atau tanpa modifikasi , daripada mulai menyusun materi baru . Memang lebih banyak waktu yang dibutuhkan untuk mendesain materi yang dibuat sendiri. Namun bila ingi n menyusun materi baru , perlu mempertimbangkan unsur-unsur dasar tertentu , yaitu :
a. Pebelajar . Bagaiman karakteristik pebelajar ? apakah memerlukan ketrampilan dan prasyarat untuk memepelajari materi ?
b. Biaya. Cukupkah dana yang tersedia, yang diperlukan untuk menyiapkan materi itu (misal videotape, audiotape dll).
c. Keahlian teknis. Apakah diperlukan keahlian untuk mendesain dan memproduksi materi yang akan digunakan ?
Utilize Tachnology ,Media , and
Material
(memanfaatkan Teknologi , media, dan bahan ajar).
Perubahan peradigman pembelajaran dari teacher-centered ke student-centered , yang lebih memungkinkan pebelajar memanfaatkan materi , baik secara mandiri maupun kelompok kecil daripada mendengarkan presentasi guru secara klasikal. Untuk mengaplikasikan media dan meteri , baik untuk teacher-centered maupun student-centered, perlu melakukan 5 P yaitu :
a. Preview the materials (mengkaji bahan ajar)
Seorang Pengajar tidak pernah menggunakan materi tanpa melakukan pengkajian awal dahulu . Selama proses pemilihan , harus menentukan apakah materi itu sesuai untuk pebelajar dan tujuan yang telah ditetapkan.
(memanfaatkan Teknologi , media, dan bahan ajar).
Perubahan peradigman pembelajaran dari teacher-centered ke student-centered , yang lebih memungkinkan pebelajar memanfaatkan materi , baik secara mandiri maupun kelompok kecil daripada mendengarkan presentasi guru secara klasikal. Untuk mengaplikasikan media dan meteri , baik untuk teacher-centered maupun student-centered, perlu melakukan 5 P yaitu :
a. Preview the materials (mengkaji bahan ajar)
Seorang Pengajar tidak pernah menggunakan materi tanpa melakukan pengkajian awal dahulu . Selama proses pemilihan , harus menentukan apakah materi itu sesuai untuk pebelajar dan tujuan yang telah ditetapkan.
b. Prepare the materials (siapkan
bahan ajar)
Pengajar perlu menyiapkan media dan materi untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan. Langkag pertama adalah menyiapkan seluruh materi dan peralatan yang dibutuhkan oleh pebelajar , dan menentukan urutan apakah yang akan digunakan untuk memanfaatkan media dan materi tersebut . Apakah yang akan dilakukan pebelajar ? Guru membuat daftar urutan materi dan perlengkapan yang diperlukan untuk tiap pelajaran dan urutan presentasi kegiatan.
Pengajar perlu menyiapkan media dan materi untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan. Langkag pertama adalah menyiapkan seluruh materi dan peralatan yang dibutuhkan oleh pebelajar , dan menentukan urutan apakah yang akan digunakan untuk memanfaatkan media dan materi tersebut . Apakah yang akan dilakukan pebelajar ? Guru membuat daftar urutan materi dan perlengkapan yang diperlukan untuk tiap pelajaran dan urutan presentasi kegiatan.
c. Prepare Environment (siapkan
lingkungan)
Dimanapun kegiatan pembelajaran dilakukan , fasilitas harus ditata terlebih dahulu sebelum pebelajar mengunakan media dan materi pembelajaran. Faktor-faktor yang sering dianggap perlu dalam situasi pembelajaran tertentu , seperti tempat duduk yang nyaman, ventilasi yang baik misal suhu udara , pencahayaan dll.
Dimanapun kegiatan pembelajaran dilakukan , fasilitas harus ditata terlebih dahulu sebelum pebelajar mengunakan media dan materi pembelajaran. Faktor-faktor yang sering dianggap perlu dalam situasi pembelajaran tertentu , seperti tempat duduk yang nyaman, ventilasi yang baik misal suhu udara , pencahayaan dll.
d. Prepare the learners (siapkan
pebelajar)
Banyak hasil riset menunjukkan bahwa belajar dari suatu kegiatan tergantung pada bagaimana pebelajar disiapkan untuk kegiatan pembelajaran . Beberapa fungsi seperti, mengarahkan perhatian , meningkatkan motivasi, menjelaskan secara rasional dalam mempelajari suatu materi , merupakan kegiatan untuk menyiapkan pebelajar, naik kelas yang teacher-centered maupun student-centered.
Banyak hasil riset menunjukkan bahwa belajar dari suatu kegiatan tergantung pada bagaimana pebelajar disiapkan untuk kegiatan pembelajaran . Beberapa fungsi seperti, mengarahkan perhatian , meningkatkan motivasi, menjelaskan secara rasional dalam mempelajari suatu materi , merupakan kegiatan untuk menyiapkan pebelajar, naik kelas yang teacher-centered maupun student-centered.
e. Provide the learning experience
(tentukan pengalaman belajar)
Jika materi itu berpusat pada guru , maka guru harus menyajikan sebagai seorang professional. Jika pengalaman yang akan diberikan kepada pebelajar student-centered, guru harus berperan sebagai fasilitator atau pembimbing , yang membantu pebelajar menggali topik dari internet, mendiskusikan isi, menyiapkan materi portofolio, atau menyajikan informasi kepada teman sekelas.
Require Learner Participation
(mengembangkan peran serta pebelajar)
Pendidik yang merealisasikan partisipasi aktif dalam pembelajaran, maka akan meningkatkan kegiatan belajar . Menurut John Dewey pada tahun 90’an , telah menemukakan pertisipasi tersebut. Perkembangan selanjutnya muncul teori belajar kognitif yang menekankan pada proses mental, juga mendukung partisipasi aktif tersebut. Kaus behavioris menyarankan bahwa individu harus melakukan sesuatu, jadi belajar merupakan suatu proses untuk mencoba berbagai perilaku dengan hasil yang menyenangkan. Dengan pendekatan ini berarti perancang pembelajaran harus mencari cara agar pembelajar melakukan sesuatu. Dari sudut pandang psikologi kognitif disarankan bahwa pebelajar membangun skematamental ketika otaknya secara aktif mengingat atau mengaplikasikan beberapa konsep atau prinsip. Kaum konstruktivis seperti juga behavioris memandang belajar sebagai proses aktif . Tetapi penekanannya berbeda. Aliran konstruktifistik lebih menekankan pada proses mental, bukan pada kegiatan fisik. Peran pebelajar adalah hal terpenting dalam KBM. Gagne berpendapat bahwa belajar efektif dapat terjadi jika pebelajar dilibatkan dan memiliki peranserta didalamnya.
Jika materi itu berpusat pada guru , maka guru harus menyajikan sebagai seorang professional. Jika pengalaman yang akan diberikan kepada pebelajar student-centered, guru harus berperan sebagai fasilitator atau pembimbing , yang membantu pebelajar menggali topik dari internet, mendiskusikan isi, menyiapkan materi portofolio, atau menyajikan informasi kepada teman sekelas.
Require Learner Participation
(mengembangkan peran serta pebelajar)
Pendidik yang merealisasikan partisipasi aktif dalam pembelajaran, maka akan meningkatkan kegiatan belajar . Menurut John Dewey pada tahun 90’an , telah menemukakan pertisipasi tersebut. Perkembangan selanjutnya muncul teori belajar kognitif yang menekankan pada proses mental, juga mendukung partisipasi aktif tersebut. Kaus behavioris menyarankan bahwa individu harus melakukan sesuatu, jadi belajar merupakan suatu proses untuk mencoba berbagai perilaku dengan hasil yang menyenangkan. Dengan pendekatan ini berarti perancang pembelajaran harus mencari cara agar pembelajar melakukan sesuatu. Dari sudut pandang psikologi kognitif disarankan bahwa pebelajar membangun skematamental ketika otaknya secara aktif mengingat atau mengaplikasikan beberapa konsep atau prinsip. Kaum konstruktivis seperti juga behavioris memandang belajar sebagai proses aktif . Tetapi penekanannya berbeda. Aliran konstruktifistik lebih menekankan pada proses mental, bukan pada kegiatan fisik. Peran pebelajar adalah hal terpenting dalam KBM. Gagne berpendapat bahwa belajar efektif dapat terjadi jika pebelajar dilibatkan dan memiliki peranserta didalamnya.
Evaluate and Revise (menilai dan
memperbaiki).
1. Menilai hasil pebelajar
Pernyataan tentang hasil tujuan akan membantu untuk mengembangkan kriteria guna mengevaluasi unjuk kerja pebelajar baik individual maupun kelompok. Cara menilai pencapaian hasil belajar tergantung pada hakekat tujuan ini. Ada tujuan yang menuntut keterampilan kognitif , misalnya mengingat hukum OHM, membedakan kata sifat dengan kata keterangan, menyimpulkan sesuatu .
1. Menilai hasil pebelajar
Pernyataan tentang hasil tujuan akan membantu untuk mengembangkan kriteria guna mengevaluasi unjuk kerja pebelajar baik individual maupun kelompok. Cara menilai pencapaian hasil belajar tergantung pada hakekat tujuan ini. Ada tujuan yang menuntut keterampilan kognitif , misalnya mengingat hukum OHM, membedakan kata sifat dengan kata keterangan, menyimpulkan sesuatu .
2. Menilai motode dan media
Evaluasi juga menilai metode dan media pembelajaran . Apakah materi pembelajarn efektif? Dapatkah meningkatkan pembelajaran ? apakah penyajian membutuhkan waktu yang lebih banyak daripada apa yang seharusnya? Analisis reaksi pebelajar pada metode pembelajaran dapat membantu untuk memperoleh data dengan cara yang halus. Misalnya : diskusi guru dengan pebelajar mengindikasikan bahwa pebelajar lebih suka belajar mandiri pada waktu presentasi kelompok . Percakapan dengan spesialis media akan memutuskan perhatian pada nilai khusus media dalam suatu unit pembelajaran, yang diperlukan untuk meningkatkan pembelajaran dimasa mendatang.
Evaluasi juga menilai metode dan media pembelajaran . Apakah materi pembelajarn efektif? Dapatkah meningkatkan pembelajaran ? apakah penyajian membutuhkan waktu yang lebih banyak daripada apa yang seharusnya? Analisis reaksi pebelajar pada metode pembelajaran dapat membantu untuk memperoleh data dengan cara yang halus. Misalnya : diskusi guru dengan pebelajar mengindikasikan bahwa pebelajar lebih suka belajar mandiri pada waktu presentasi kelompok . Percakapan dengan spesialis media akan memutuskan perhatian pada nilai khusus media dalam suatu unit pembelajaran, yang diperlukan untuk meningkatkan pembelajaran dimasa mendatang.
3. Revisi
Langkah terakhir adalah melihat kembali hasil data evaluasi yang dikumpilkan. Adakah kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Apakah pebelajar mencapai suatu tujuan ? Bagaiman pebelajar mereaksi materi dan media yang disajikan? Apakah pengajar puas dengan niali materi yang dipilih? Pengajar seharusnya melekukan refleksi pelajaran dan tiap komponen di dalamnya. Buat catatan segera sebelum mengimplementasikan pelajaran lagi. Bila dari hasil data evaluasi menunjukkan ada kelemahan pada komponen tertentu, kembalilah pada bagan itu dengan merencanakan dan merevisinya.
Langkah terakhir adalah melihat kembali hasil data evaluasi yang dikumpilkan. Adakah kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Apakah pebelajar mencapai suatu tujuan ? Bagaiman pebelajar mereaksi materi dan media yang disajikan? Apakah pengajar puas dengan niali materi yang dipilih? Pengajar seharusnya melekukan refleksi pelajaran dan tiap komponen di dalamnya. Buat catatan segera sebelum mengimplementasikan pelajaran lagi. Bila dari hasil data evaluasi menunjukkan ada kelemahan pada komponen tertentu, kembalilah pada bagan itu dengan merencanakan dan merevisinya.
PENERAPAN MODEL ASSURE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA
KELAS X SMAN 2 KOTA SUNGAI PENUH
A.Karakteristik Umum
Dalam pelaksanaan ini Saya memilih mengajar Mata pelajaran
Matematika di kelas X.1, X.2 dan, X.3 dengan karakteristik umum siswanya
seperti pada tabel berikut:
Kelas
|
Jumlah Siswa
|
Usia Rata2
|
Kemampuan Awal Rata2
|
KKM Matematika
|
X.1
|
34
|
16-17 Th
|
70-95
|
75
|
X2
|
35
|
16-17 Th
|
70- 90
|
75
|
X3
|
34
|
16-17 Th
|
70 -90
|
75
|
1.Dari tabel di
atas, sebagian siswa hasil belajarnya belum mencapai KKM, sementara yang lainnya hasil belajarnya sudah mencapai
KKM ( tuntas ).
2. Para siswa berasal dari kalangan
social ekonomi yang heterogen menegah ke Atas.
3. Umumnya, para siswa berprilaku baik,
mereka memperlihatkan cukup ketertarikan dan motivasi terhadap belajar
matematika ketika aktivitas berorientasi pada buku teks dan tugas di
kelas.
4. Rata – rata siswa berusia remaja
16-17 tahun.
5. Kemampuan awal dan pengalaman belajar
siswa berbeda-beda.
7 umumnya siswa memiliki kemampuan kecerdasaan menengah keatas.
8. Mampu belajar secara mandiri.
9. Motivasi Orang
tua terhadap anak cukup baik .
B.Kemampuan umum
Para
siswa pada umumnya mampu melakukan:
a.Membuat dan menyimpan dokumen di
komputer
b.Menggunakan dan menyimpan video digital
c. Berkomunikasi dengan menggunakan
askses internet .
C. Gaya Belajar
Di temukan Gaya belajar yang yang
diperlihatkan siswa yaitu Gaya belajar visual menitikberatkan pada pokus penglihatan. Artinya, bukti-bukti
konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham.
Ditemukan bahwa siswa sepertinya lebih baik belajar
dari kegiatan-kegiatan yang menggabungkan penggunaan teknologi dan media.
Menggunakan komputer akan memberikan motivasi yang lebih baik melalui pembuatan
karya personal dan refleksi pembelajaran dengan cermat. Para siswa berbeda-beda
ekspresi mereka, d imana sebagian mereka lebih menginginkan menuangkan gagasan
mereka dalam bentuk tulisan , sementara yang lainnya menginginkan belajar dalam
suasana nyaman.
D.
Menyatakan Standar dan Tujuan
Langkah selanjutnya adalah menyatakan standard dan tujuan
belajar . Adalah penting untuk memulai dengan kurikulum dan teknologi.
Tujuan-tujuan yang dinyatakan dengan baik akan memperjelas tujuan, perilaku
yang harus ditampilkan, kondisi yang perilaku atau kinerja akan diamati, dan
tingkat yang pengetahuan atau kemampuan baru harus dikuasai siswa. Untuk buku
ini, kondisi tersebut akan meliputi pengguanaan teknologi dan media untuk
menilai pencapaian dari standar dan tujuan belajar.
a. Standar
Untuk pembelajaran matematika kelas X menggunakan
standar kurikulum sebagai berikut :
Kurikulum : Menggunakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu kepada Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).
Teknologi
: Standar teknologi pendidikan
nasional yang berbasis computer ( IT ), yaitu menggunakan media berbasis
komputer penggunaannya untuk meningkatkan motivasi belajar, aktivitas belajar,
dan hasil belajar.
b. Tujuan
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1.Memahami
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep , secara akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, dan
pernyataan matematika
3.Memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4.Mengomunikasikan gagasan dengan simbol,
tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
c. Memilih
Strategi, Teknologi, Media, dan Materi
Begitu kita telah menganalisis para
pembelajar dan menyatakan standar dan tujuan belajar, kita telah membuat titik
permulaan (pengetahuan, kemampuan, dan sikap terkini para siswa)
dan titik akhir (tujuan belajar) dari pengajaran. Tugas kita sekarang adalah
membangun jembatan diantara dua titik tersebut dengan memilih strategi
pengajaran, teknologi, dan model yang sesuai, kemudian memutuskan materi untuk
menerapkan pilihan-pilihan tersebut.
d .Memilih strategi
Dalam memilih trategi pembelajaran
ada yang berpusat pada guru dan ada yang berpusat pada siswa. Strategi yang
berpusat pada guru digunakan untuk meninjau tujuan keseluruhan dalam
menggunakan sebuah pembelajaran berbasis komputer dan memperkenalkan panduan
bagi siswa untuk menyelesaikan refleksi akhir mereka. Strategi yang
berpusat pada siswa yang melibatkan para siswa yang membuat refleksi tertulis
atau pada video mengenai apa yang telah mereka pelajari dalam pembelajaran
matematika.
e. Memilih Teknologi dan Media
Dalam memilih teknologi dan media
yaitu media pembelajaran berbasis komputer menggunakan panduan-panduan
untuk menilai kesesuaian pemilihan teknologi dan media:
• Penyelarasan dengan standar,
hasil, dan tujuan – peranti lunak menyedikan alat-alat yang diperlukan bagi
siswa untuk memenuhi tujuan belajar.
• Bahasa yang sesuai umur kelas
siswa kelas X.
• Tingkat
ketertarikan dan keterlibatan siswa dalam media itu sendiri.
• Kualitas teknis dan aplikasinya.
• Panduan dan arahan pengguna.
· Dalam hal ini, metode pengajaran
yang digunakan sebaiknya lebih banyak menitikberatkan pada peraga/media,
· Mereka mudah mengingat jika
menggunakan gambar-gambar dan lebih cepat belajar dengan menggunakan diagram,
buku pelajaran bergambar serta video.
f. Memilih Materi
Materi untuk mata pelajaran ini
meliputi lembar tugas siswa yang dibuat guru yang menjelaskan rincian materi,
latihan soal-soal dan tugas PR, dan membuat rangkuman dan refleksi
di akhir pembelajaran.
g. Menggunakan
Teknologi, Materi dan Material
Tahap ini melibatkan perencanaan
peran anda sebagai guru untuk menggunakan teknologi, media, dan material untuk
membantu para siswa mencapai tujuan belajar. Untuk melakukan nya,ikuti proses
“5P”: mengulas (prepiew) teknologi, media, dan material; menyiapkan
(prepare) teknologi, media, dan material; menyiapkan (prepare)
lingkungan; menyiapkan (prepare) para pembelajar; dan memberikan (propide)
pengalaman belajar.
1.Mempersiapkan Para Pemelajar
Dalam pembelajaran matematika untuk
menyiapkan para pemelajar meliputi:
1. Memberi salam dan mengingatkan
kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran.
2. Mengabsen siswa diawal pembelajaran
3. Memperhatikan kelengkapan yang
dibutuhkan untuk pembelajaran
4. Memberikan lembaran kerja siswa yang
dibuat oleh guru.
5. Mengatur tempat duduk siswa yang
bervariasi.
2. Mengharuskan
Partisipasi Pembelajar
Pada umumnya ketika guru mengajar di kelasnya, masih banyak
dijumpai penerapan strategi mengajar yang kurang tepat , yaitu tidak
mempergunakan fasilitas alat serta
sumber belajar yang optimal. Proses belajar mengajar menjadi terpusat pada
guru, sehingga guru masih dianggap satu-satunya sumber ilmu yang utama. Proses
pembelajaran yang demikian sudah barang tentu kurang menarik bagi siswa karena
hanya menempatkannya sebagai objek saja, bukan sebagai subjek mempunyai
keterlibatan dalam proses belajar mengajar. Agar efektif,pengajaran
sebaiknya mengharuskan keterlibatan aktif mental para
pembelajar.sebaiknya terdapat aktivitas yang memungkinkan mereka
menerapkan pengetahuan atau kemampuan baru dalam menerima umpan balik mengenai
kesesuaian usaha mereka sebelum secara formal dinilai.praktik mungkin
melibatkan periksa mandiri para siswa,pengajaran dibantu komputer,kegiatan
internet,atau kerja kelompok.guru,komputer,para siswa lainnya,atau evaluasi
mandiri mungkin memberikan umpan balik.
3.
Mengevaluasi dan Merevisi
Setelah melaksanakan sebuah mata pelajaran,adalah
penting untuk mengevaluasi dampaknya pada pembelajaran siswa.penilaian ini
sebaiknya tidak hanya memeriksa tingkat dimana para siswa telah mencapai tujuan
belajar,tetapi juga memeriksa keseluruh proses pengajaran dan dampak penggunaan
teknologi dan media.sekiranya terdapat ketidakcocockan antara tujuan belajar
dan hasil-hasil siswa,anda sebaiknya merevisi rencana mata pelajaran untuk
membahas area-area pertimbangan tersebut.
1. Penilaian pencapaian siswa
Penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran matematika
meliputi nilai Kognitif dan Afektif. Penilaian kognitif terdiri dari
penilaian terhadap hasil kerja siswa yaitu:
- Penilaian Harian yang mencakup: nilai mengumpulkan tugas, PR, yang dilakukan setiap selesai beberapa Kompetensi Dasar (KD) dengan mengambil nilai rata-rata Tugas tersebut disingkat dengan( NT) dan Nilai rata –rata ulangan harian ( NH ) gabungan NT + NH
- Nilai Ujian Mid Semester yang dilakukan setiap tengah semester (UTS)
- Nilai Ujian Semester yang dilakukan akhir semester (NS)
Ketiga nilai diatas dihitung untuk penilaian
pencapaian hasil belajar yang dituangkan dalam Nilai Raport( NR)dengan
menggunakan rumus:
N
R = 30% ( NT +NH ) + 30% UTS + 40%NS
Penilaian afektif
yaitu penilaian terhadap prilaku dan sikap siswa terhadap pembelajaran
berlangsung yang dilakukan guru terhadap siswa dengan indikator
pengamatannya adalah :
- Memiliki kehadiran diatas 75%.
- Membawa kelengkapan alat Matematika pada pembelajaran.
- Bertanggung jawab terhadap tugas( PR ) yang diberikan.
- Memiliki kemampuan kerja sama dalam kelompok belajar.
- Aktif dalam merespon pembelajaran.
- Santun dalam komunikasi.
BAB.III
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas /
Semester : X / 1
Pertemuan
Ke : 1 – 5
Alokasi
: 10 x 45 Menit
Standar Kompetensi :
Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep operasi bilangan real
Kompetensi
Dasar : Menerapkan operasi pada bilangan real
•A.
Indikator
- 1. Dua atau lebih bilangan bulat dioperasikan ( dijumlah, dikurang, dikali, dibagi ) sesuai dengan prosedur
- 2. Dua atau lebih bilangan pecahan, dioperasikan ( dijumlah, dikurang, dikali, dibagi ) sesuai dengan prosedur
- 3. Bilangan pecahan dikonversi ke bentuk persen, atau pecahan, desimal, sesuai prosedur
- 4. Konsep perbandingan ( senilai dan berbalik nilai ), skala, dan persen digunakan dalam penyelesaian masalah program keahlian
•B.
Tujuan Pembelajaran
- 1. Siswa dapat mengoperasikan bilangan bulat
- 2. Siswa dapat mengkonversikan pecahan kedesimal atau sebaliknya
- 3. Siswa dapat menyelesiakan masalah pada program keahlian
•C.
Materi Pelajaran
- 1. Konsep bilangan berpangkat dan sifat-sifatnya
- 2. Operasi pada bilangan berpangkat
- 3. Penyederhanaan bilangan berpangkat
•D.
Metode Pengajaran
- 1. Ceramah
- 2. Diskusi
- 3. Penugasan
- 4. Penemuan
•E.
Langkah
Pembelajaran
- 1. Kegiatan awal : Memberikan pengantar tentang bilangan real dan jenis-jenis bilangan.
- 2. Kegiatan Inti : Menerangkan serta menjelaskan tentang operasi dan konversi pada bilangan Real.
- 3. Kagitan Akhir : Memberi latihan tentang operasi dan konvesi bilangan real.
•F.
Sumber Belajar
- 1. Modul Bilangan Riil
- 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.
Penilaian
- 1. Kuis
- 2. Tes lisan
- 3. Tes tulis
- 4. Pengamatan dan penugasan
Mengetahui,
Sungai Penuh, 15 Juli 2012
Kepala Sekolah Guru
Bidang Studi Matematika
HENDRIPAL, S.Pd
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas /
Semester : X / 1
Pertemuan
Ke : 6 – 10
Alokasi
: 10 x 45 Menit
Standar Kompetensi :
Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep operasi bilangan
real
Kompetensi
Dasar : Menerapkan operasi pada bilangan berpangkat
•A.
Indikator
- 5. Bilangan berpangkat dioperasikan sesuai dengan sifat-sifatnya
- 6. Bilangan berpangkat disederhanakan atau ditentukan nilainya dengan menggunakan sifat-sifat bilangan berpangkat
- 7. Konsep bilangan berpangkat diterapkan pada penyelesaian masalah
•B.
Tujuan Pembelajaran
- 1. Siswa dapat mengoperasikan bilangan berpangkat
- 2. Siswa dapat menyederhanakan bilangan berpangkat
- 3. Siswa dapat menyelesaiakan persamaan bilangan berpangkat
•C.
Materi Pelajaran
- 1. Konsep bilangan berpangkat dan sifat-sifatnya
- 2. Operasi pada bilangan berpangkat
- 3. Penyederhanaan bilangan berpangkat
•D.
Metode Pengajaran
- 1. Ceramah
- 2. Diskusi
- 3. Penugasan
- 4. Penemuan
•E.
Langkah Pembelajaran
- 1. Kegiatan awal : Mengenalkan dan menerangkan operasi bilangan berpangkat
- 2. Kegiatan Inti : Menerangkan Konsep bilangan berpangkat, sifat-sifat dan operasi bilangan berpangkat
- 3. Kagitan Akhir : Memberikan lathan yang menyangkut bilangan berpangkat, sifat-sifat dan operasi
bilangan berpangkat
•F.
Sumber Belajar
- 1. Modul Bilangan Riil
- 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.
Penilaian
1. Kuis
2. Tes lisan
3. Tes tulis
4. Pengamatan dan
penugasan
Mengetahui,
Sungai Penuh, 15 Juli 2012
Kepala Sekolah Guru
Bidang Studi Matematika
HENDRIPAL,
S.Pd
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas /
Semester : X / 1
Pertemuan
Ke : 11 – 14
Alokasi
: 8 x 45 Menit
Standar Kompetensi :
Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep operasi bilangan
real
Kompetensi
Dasar : Menerapkan operasi pada bilangan bentuk akar
•A.
Indikator
- 1. Bilangan bentuk akar dioperasikan sesuai dengan sifat-sifatnya
- 2. Bilangan bentuk akar disederhanakan atau ditentukan nilainya dengan menggunakan sifat-sifat bentuk akar
- 3. Konsep bilangan irasional diterapkan dalam penyelesaian masalah
•B.
Tujuan Pembelajaran
- 1. Siswa dapat menyederhanakan bilangan bentuk akar
- 2. Siswa dapat menentukan nilai bilangan bentuk akar
- 3. Siswa dapat menerapkan konsep bilangan irasional bentuk akar dalam penyelesaian masalah
•C.
Materi Pelajaran
- 1. Konsep bilangan berpangkat dan sifat-sifatnya
- 2. Operasi pada bilangan berpangkat
- 3. Penyederhanaan bilangan berpangkat
•D.
Metode Pengajaran
- 1. Ceramah
- 2. Diskusi
- 3. Penugasan
- 4. Penemuan
•E.
Langkah Pembelajaran
- 1. Kegiatan awal : Mengenalkan dan memberikan pengantar tentang bilangan irasional
- 2. Kegiatan Inti : Menerangkan Konsep bentuk akar, sifat-sifat dan operasi pada bilangan bentuk akar
- 3. Kagitan Akhir : Memberikan PR
•F.
Sumber Belajar
- 1. Modul Bilangan Riil
- 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.
Penilaian
1. Kuis
2. Tes lisan
3. Tes tulis
4. Pengamatan dan
penugasan
Mengetahui,
Sungai Penuh, 15 Juli 2012
Kepala Sekolah Guru
Bidang Studi Matematika
HENDRIPAL,
S.Pd
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas /
Semester : X / 1
Pertemuan
Ke : 15 – 18
Alokasi
: 8 x 45 Menit
Standar Kompetensi :
Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep operasi bilangan
riil
Kompetensi
Dasar : Menerapkan konsep logaritma
•A.
Indikator
- 1. Operasi logaritma diselesaikan sesuai dengan sifat-sifatnya
- 2. Soal-soal logaritma diselesaikan dengan menggunakan tabel dan tanpa tabel
- 3. Permasalahan program keahlian diselesaikan dengan menggunakan logaritma
•B.
Tujuan Pembelajaran
- 1. Siswa dapat menyebutkan sifat-sifat logaritma
- 2. Siswa dapat menggunakan table logaritma
- 3. Siswa dapat mengaplikasikan logaritma pada bidang keahlian
•C.
Materi Pelajaran
- 1. Konsep logaritma
- 2. Sifat-sifat logaritma
- 3. Operasi pada logaritma
•D.
Metode Pengajaran
- 1. Ceramah
- 2. Diskusi
- 3. Penugasan
- 4. Penemuan
•E.
Langkah Pembelajaran
- 1. Kegiatan awal : Membahas PR sebelumnya dan memberikan pengantar tentang logaritma
- 2. Kegiatan Inti : Menerangkan Konsep, sifat-sifat dan operasi logaritma serta penggunaan table logaritma
- 3. Kagitan Akhir : Memberikan PR
•F.
Sumber Belajar
- 1. Modul Bilangan Riil
- 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.
Penilaian
1. Kuis
2. Tes lisan
3. Tes tulis
4. Pengamatan dan penugasan
Mengetahui,
Sungai Penuh, 15 Juli 2012
Kepala Sekolah Guru
Bidang Studi Matematika
HENDRIPAL,
S.Pd
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas /
Semester : X / 1
Pertemuan
Ke : 19 – 23
Alokasi
: 10 x 45 Menit
Standar Kompetensi :
Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep aproksimasi kesalahan
Kompetensi
Dasar : Menerapkan konsep kesalahan pengukuran
•A.
Indikator
- 1. Hasil membilang dan mengukur dibedakan berdasar pengertiannya
- 2. Hasil pengukuran ditentukan salah mutlak dan salah relatifnya
- 3. Persentase kesalahan dihitung berdasar hasil pengukurannya
- 4. Toleransi pengukuran dihitung berdasarkan hasil pengukurannya
•B.
Tujuan Pembelajaran
- 1. Siswa dapat mengukur dan membilang sesuai pengertiannya
- 2. Siswa dapat menentukan kesalahan mutlak dan kesalahan relatif dalam suatu pengukuran
- 3. Siswa dapat menghitung pertsentase kesalahan dalam pengukuran dan toleransinya
•C.
Materi Pelajaran
- 1. Konsep Pengukuran
- 2. Kesalahan dalam pengukuran dan persentase kesalahannya
- 3. Toleransi dalam pengukuran
•D.
Metode Pengajaran
- 1. Ceramah
- 2. Diskusi
- 3. Penugasan
- 4. Penemuan
•E.
Langkah Pembelajaran
- 1. Kegiatan awal : Membahas PR dan memberikan pengantar tentang mengukur dan membilang
- 2. Kegiatan Inti : Menerangkan konsep pengukuran dan kesalahan dalam pengukuran
- 3. Kagitan Akhir : Memberikan beberapa latihan tentang pengukuran dan kesalahan dalam pengukuran
•F.
Sumber Belajar
- 1. Modul Bilangan Riil
- 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.
Penilaian
1. Kuis
2. Tes lisan
3. Tes tulis
4. Pengamatan dan penugasan
Mengetahui,
Sungai Penuh, 15 Juli 2012
Kepala Sekolah Guru
Bidang Studi Matematika
HENDRIPAL,
S.Pd
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas /
Semester : X / 1
Pertemuan
Ke : 24 – 27
Alokasi
: 8 x 45 Menit
Standar Kompetensi :
Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep aproksimasi kesalahan
Kompetensi
Dasar : Menerapkan konsep operasi hasil pengukuran
•A.
Indikator
- 1. Jumlah dan selisih hasil pengukuran dihitung untuk menentukan hasil maksimum dan hasil minimumnya
- 2. Hasil kali pengukuran dihitung untuk menentukan hasil maksimum dan hasil minimumnya
•B.
Tujuan Pembelajaran
- 1. Siswa dapat menghitung atau menentukan jumlah maksimum dan minimum karena kesalahan pengukuran
- 2. Siswa dapat menghitung atau menentukan selisih maksimum dan minimum karena kesalahan pengukuran
- 3. Siswa dapat menghitung atau menentukan hasil kali maksimum dan minimum karena kesalahan pengukuran
- 4. Siswa dapat menerapkan konsep aproksimasi kesalahan pengukuran pada bidang keahlian
•C.
Materi Pelajaran
- 1. Jumlah maksimum dan minimum pada hasil pengukuran
- 2. Selisih maksimum dan minimum pada hasil pengukuran
- 3. Hasil kali maksimum dan minimum pada hasil pengukuran
•D.
Metode Pengajaran
- 1. Ceramah
- 2. Diskusi
- 3. Penugasan
- 4. Penemuan
•E.
Langkah Pembelajaran
- 1. Kegiatan awal : Memberikan penjelasan kembali tentang salah mutlak
- 2. Kegiatan Inti : Menerangkan Jumlah, selisih dan hasil kali dari beberapa hasil pengukuran
- 3. Kagitan Akhir : memberikan latihan soal serta memberikan PR
•F.
Sumber Belajar
- 1. Modul Aproksimasi Kesalahan
- 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.
Penilaian
- 1. Kuis
- 2. Tes lisan
- 3. Tes tulis
- 4. Pengamatan dan penugasan
Mengetahui, Sungai Penuh, 15 Juli 2012
Kepala Sekolah Guru
Bidang Studi Matematika
HENDRIPAL,
S.Pd
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas /
Semester : X / 1
Pertemuan
Ke : 28 – 30
Alokasi
: 6 x 45 Menit
Standar Kompetensi :
Memecahkan masalah berkaitan dengan sistem persamaan dan pertidaksamaan linier
dan kuadrat
Kompetensi
Dasar : Menentukan Himpunan Penyelesaian persamaan dan
pertidaksamaan linier
•A.
Indikator
- 5. Persamaan linier satu variabel ditentukan himpunan penyelesaiannya
- 6. Pertidaksamaan linier satu variabel ditentukan himpunan penyelesaiannya
•B.
Tujuan Pembelajaran
- 1. Siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian persamaan linier satu variabel
- 2. Siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan linier satu variabel
•C.
Materi Pelajaran
- 1. Persamaan linier satu dan dua variabel
- 2. Pertidaksamaan linier satu variabel
•D.
Metode Pengajaran
- 1. Ceramah
- 2. Diskusi
- 3. Penugasan
- 4. Penemuan
•E.
Langkah Pembelajaran
- 1. Kegiatan awal : Membahas PR dan memberikan pengantar tentang persamaan dan pertidaksamaan
- 2. Kegiatan Inti : Menerangkan cara menentukan penyelesaian persamaan dan pertidaksamaan linier
- 3. Kagitan Akhir : Memberikan PR
•F.
Sumber Belajar
- 1. Modul Persamaan dan Pertidaksamaan
- 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.
Penilaian
- 1. Kuis
- 2. Tes lisan
- 3. Tes tulis
- 4. Pengamatan dan penugasan
Mengetahui,
Sungai Penuh, 15 Juli 2012
Kepala Sekolah Guru
Bidang Studi Matematika
HENDRIPAL, S.Pd
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas /
Semester : X / 1
Pertemuan
Ke : 31 – 34
Alokasi
: 8 x 45 Menit
Standar Kompetensi :
Memecahkan masalah berkaitan dengan sistem persamaan dan pertidaksamaan linier
dan kuadrat
Kompetensi
Dasar : Menentukan Himpunan Penyelesaian persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat
•A.
Indikator
- 1. Persamaan kuadrat ditentukan himpunan penyelesaiannya
- 2. Pertidaksamaan kuadrat ditentukan himpunan penyelesaiannya
•B.
Tujuan Pembelajaran
- 1. Siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian persamaan kuadrat
- 2. Siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan kuadrat
•C.
Materi Pelajaran
- 5. Persamaan kuadrat
- 6. Pertidaksamaan kuadrat
- 7. Akar-akar persamaan kuadrat berikut sifat-sifatnya
- 8.
•D.
Metode Pengajaran
- 1. Ceramah
- 2. Diskusi
- 3. Penugasan
- 4. Penemuan
•E.
Langkah Pembelajaran
- 1. Kegiatan awal : Membahas PR dan memberikan pengantar persamaan dan pertidaksamaan kuadrat
- 2. Kegiatan Inti : Menerangkan cara menentukan penyelesaian persamaan dan pertidaksamaan kuadrat
- 3. Kagitan Akhir : Memberikan PR
•F.
Sumber Belajar
- 1. Modul Persamaan dan Pertidaksamaan
- 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.
Penilaian
- 1. Kuis
- 2. Tes lisan
- 3. Tes tulis
- 4. Pengamatan dan penugasan
Mengetahui,
Sungai Penuh, 15 Juli 2012
Kepala Sekolah Guru
Bidang Studi Matematika
HENDRIPAL,
S.Pd
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas /
Semester : X / 1
Pertemuan
Ke : 35 – 38
Alokasi
: 8 x 45 Menit
Standar Kompetensi :
Memecahkan masalah berkaitan dengan sistem persamaan dan pertidaksamaan linier
dan kuadrat
Kompetensi
Dasar : Menerapkan konsep persamaan dan pertidaksamaan
kuadrat
•A.
Indikator
- 5. Persamaan kuadrat disusun berdasarkan akar-akar yang diketahui
- 6. Persamaan kuadrat baru disusun berdasarkan akar-akar persamaan kuadrat lain
- 7. Persamaan dan pertidaksamaan kuadrat diterapkan dalam menyelesaikan masalah program keahlian
•B.
Tujuan Pembelajaran
- 1. Siswa dapat menentukan persamaan kuadrat yang diketahui akar-akarnya
- 2. Siswa dapat menentukan persamaan kuadrat yang memiliki hubungan dengan persamaan kuadrat lain
- 3. Siswa dapat menerapkan persamaan dan pertidaksamaan pada bidang keahlian
•C.
Materi Pelajaran
- 1. Penyusunan persamaan kuadrat
- 2. Penerapan persamaan dan pertidaksamaan kuadrat pada bidang keahlian
•D.
Metode Pengajaran
- 1. Ceramah
- 2. Diskusi
- 3. Penugasan
- 4. Penemuan
•E.
Langkah Pembelajaran
- 1. Kegiatan awal : Membahas PR dan menjelaskan kembali tentang akar-akar persamaan kuadrat
- 2. Kegiatan Inti : Menerangkan cara menyusun persamaan kuadrat
- 3. Kagitan Akhir : Memberikan PR
•F.
Sumber Belajar
- 1. Modul Persamaan dan Pertidaksamaan
- 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.
Penilaian
- 1. Kuis
- 2. Tes lisan
- 3. Tes tulis
- 4. Pengamatan dan penugasan
Mengetahui,
Sungai Penuh, 15 Juli 2012
Kepala Sekolah Guru
Bidang Studi Matematika
HENDRIPAL, S.Pd
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas /
Semester : X / 1
Pertemuan Ke
: 39 – 43
Alokasi
: 10 x 45 Menit
Standar Kompetensi :
Memecahkan masalah berkaitan dengan sistem persamaan dan pertidaksamaan linier
dan kuadrat
Kompetensi
Dasar : Menyelesaikan Sistem Persamaan
•A.
Indikator
- 5. Sistem Persamaan linier dua variabel ditentukan himpunan penyelesaiannya
- 6. Sistem Persamaan linier tiga variabel ditentukan himpunan penyelesaiannya
- 7. Sistem Persamaan dua variabel satu linier dan satu kuadrat ditentukan himpunan penyelesaiannya
•B.
Tujuan Pembelajaran
- 1. Siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linier dua variabel
- 2. Siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linier tiga variabel
- 3. Siswa dapat menerapkan himpunan penyelesaian sistem persamaan satu linier dan satu kuadrat
•C.
Materi Pelajaran
- 1. Sistem Persamaan linier dua variabel dan tiga variabel
- 2. Sistem Persamaan linier dua variabel, satu linier dan satu kuadrat
•D.
Metode Pengajaran
- 1. Ceramah
- 2. Diskusi
- 3. Penugasan
- 4. Penemuan
•E.
Langkah Pembelajaran
- 1. Kegiatan awal : Membahas PR dan menjelaskan kembali tentang persamaan linier dan kuadrat
- 2. Kegiatan Inti : Menerangkan cara mendapatkan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan
- 3. Kagitan Akhir : Memberikan PR
•F.
Sumber Belajar
- 1. Modul Persamaan dan Pertidaksamaan
- 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.
Penilaian
- 1. Kuis
- 2. Tes lisan
- 3. Tes tulis
- 4. Pengamatan dan penugasan
Mengetahui,
Sungai Penuh, 15 Juli 2012
Kepala Sekolah Guru
Bidang Studi Matematika
HENDRIPAL,
S.Pd
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas /
Semester : X / 1
Pertemuan
Ke : 44 – 50
Alokasi
: 14 x 45 Menit
Standar Kompetensi :
Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep matriks
Kompetensi
Dasar : Mendeskripsikan macam-macam matriks
•A.
Indikator
- 1. Matriks ditentukan unsur, notasi dan transposnya
- 2. Elemen matriks ditentukan berdasarkan kesamaan dua matriks
- 3. Matriks dibedakan menurut jenis dan relasinya
•B.
Tujuan Pembelajaran
- 5. Siswa dapat menentukan ordo dan transpos matriks
- 6. Siswa dapat menyelesaikan kesamaan dua matriks
- 7. Siswa dapat menyebutkan jenis-jenis matriks
•C.
Materi Pelajaran
- 1. Unsur-unsur matriks, orrdo matriks, transpos matriks dan jenis-jenis mattriks
- 2. Kesamaan dua matriks
- 3.
•D.
Metode Pengajaran
- 1. Ceramah
- 2. Diskusi
- 3. Penugasan
- 4. Penemuan
•E.
Langkah Pembelajaran
- 1. Kegiatan awal : Membahas PR dan memberikan pengantar tentang konsep matriks
- 2. Kegiatan Inti : Menerangkan ordo, transpose, jenis-jenis matriks dan kesamaan dua mtriks
- 3. Kagitan Akhir : Membimbing siswa dalam mengerjakan latihan dan memberikan PR
•F.
Sumber Belajar
- 1. Modul tentang Matriks
- 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.
Penilaian
- 1. Kuis
- 2. Tes lisan
- 3. Tes tulis
- 4. Pengamatan dan penugasan
Mengetahui,
Sungai Penuh, 15 Juli 2012
Kepala Sekolah Guru
Bidang Studi Matematika
HENDRIPAL,
S.Pd
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas /
Semester : X / 1
Pertemuan
Ke : 51 – 57
Alokasi
: 14 x 45 Menit
Standar Kompetensi :
Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep matriks
Kompetensi Dasar
: Mendeskripsikan macam-macam matriks
•A.
Indikator
- 5. Dua Matriks atau lebih ditentukan penjumlahan dan pengurangannya
- 6. Dua Matriks atau lebih ditentukan hasil kalinya
•B.
Tujuan Pembelajaran
- 1. Siswa dapat mengoperasikan penjumlahan dan pengurangan matriks
- 2. Siswa dapat mengoperasikan hasil kali skalar dengan matriks
- 3. Siswa dapat mengoperasikan hasil kali matriks dengan matriks
•C.
Materi Pelajaran
- 1. Penjumlahan dan Pengurangan matriks
- 2. Perkalian skalar dengan matriks dan perkalian matriks dengan matriks
- 3. Kesamaan dua matriks yang mengandung operasi matriks
•D.
Metode Pengajaran
- 1. Ceramah
- 2. Diskusi
- 3. Penugasan
- 4. Penemuan
•E.
Langkah Pembelajaran
- 1. Kegiatan awal : Membahas PR dan memberikan pengantar tentang operasi matriks
- 2. Kegiatan Inti : Menerangkan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan kesamaan dua mtriks
- 3. Kagitan Akhir : Membimbing siswa dalam mengerjakan latihan dan memberikan PR
•F.
Sumber Belajar
- 1. Modul tentang Matriks
- 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.
Penilaian
- 1. Kuis
- 2. Tes lisan
- 3. Tes tulis
- 4. Pengamatan dan penugasan
Mengetahui,
Sungai Penuh, 15 Juli 2012
Kepala Sekolah Guru
Bidang Studi Matematika
HENDRIPAL,
S.Pd
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas /
Semester : X / 1
Pertemuan Ke
: 58 – 63
Alokasi
: 12 x 45 Menit
Standar Kompetensi :
Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep matriks
Kompetensi
Dasar : Menentukan determinan dan invers matriks
•A.
Indikator
- 1. Matriks ditentukan determinannya
- 2. Matriks ditentukan inversnya
•B.
Tujuan Pembelajaran
- 5. Siswa dapat menentukan determinan matriks
- 6. Siswa dapat menentukan invers matriks
- 7. Siswa dapat menentukan penyelesaian sistem persamaan linier dua variabel dengan menggunakan matriks
•C.
Materi Pelajaran
- 1. Determinan dan invers matriks berordo dua
- 2. Determinan dan invers matriks berordo tiga
- 3. Penggunaan determinan dan invers matriks pada penyelesaian sistem persamaan linier dua variabel
•D.
Metode Pengajaran
- 1. Ceramah
- 2. Diskusi
- 3. Penugasan
- 4. Penemuan
•E.
Langkah Pembelajaran
- 1. Kegiatan awal : Membahas PR dan memberikan pengantar tentang determinan dan invers matriks
- 2. Kegiatan Inti : Menerangkan determinan, invers matriks dan penyelesaian persamaan dengan matriks
- 3. Kagitan Akhir : Membimbing siswa dalam mengerjakan latihan dan memberikan PR
•F.
Sumber Belajar
- 1. Modul tentang Matriks
- 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.
Penilaian
- 1. Kuis
- 2. Tes lisan
- 3. Tes tulis
- 4. Pengamatan dan penugasan
Mengetahui,
Sungai Penuh, 15 Juli 2012
Kepala Sekolah Guru
Bidang Studi Matematika
HENDRIPAL,
S.Pd
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas /
Semester : X / 2
Pertemuan
Ke : 64 – 67
Alokasi
: 8 x 45 Menit
Standar Kompetensi :
Menyelesaikan masalah program linier
Kompetensi
Dasar : Membuat grafik himpunan penyelesaian sistem
pertidaksamaan linier
•A.
Indikator
- 5. Pertidaksamaan linier ditentukan daerah penyelesaiannya
- 6. Sistem pertidaksamaan linier dengan 2 variabel ditentukan daerah penyelesaiannya
•B.
Tujuan Pembelajaran
- 1. Siswa dapat menentukan daerah penyelesaian pertidaksamaan linier
- 2. Siswa dapat menentukan daerah himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linier dua variabel
•C.
Materi Pelajaran
- 1. Grafik daerah penyelesaian pertidaksamaan linier
- 2. Grafik daerah himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linier dua variabel
•D.
Metode Pengajaran
- 1. Ceramah
- 2. Diskusi
- 3. Penugasan
- 4. Penemuan
•E.
Langkah Pembelajaran
- 1. Kegiatan awal : Membahas PR dan memberikan pengantar tentang pertidaksamaan linier
- 2. Kegiatan Inti : Menerangkan cara membuat grafik penyelesaian sistem pertidaksamaan linier 2 variabel
- 3. Kagitan Akhir : Membimbing siswa dalam mengerjakan latihan dan memberikan PR
•F.
Sumber Belajar
- 1. Modul tentang Program Linier
- 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.
Penilaian
- 1. Kuis
- 2. Tes lisan
- 3. Tes tulis
- 4. Pengamatan dan penugasan
Mengetahui,
Sungai Penuh, 15 Juli 2012
Kepala Sekolah Guru
Bidang Studi Matematika
HENDRIPAL,
S.Pd
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas /
Semester : X / 2
Pertemuan
Ke : 68 – 70
Alokasi
: 6 x 45 Menit
Standar Kompetensi :
Menyelesaikan masalah program linier
Kompetensi
Dasar : Membuat grafik himpunan penyelesaian sistem
pertidaksamaan linier
•A.
Indikator
- 1. Soal ceritera ( kalimat verbal ) diterjemahkan kedalam kalimat matematika
- 2. Kalimat matematika ditentukan daerah penyelesaiannya
•B.
Tujuan Pembelajaran
- 1. Siswa dapat mengubah soal cerita ( kalimat verbal ) menjadi kalimat matematika
- 2. Siswa dapat menentukan daerah penyelesaian dari kalimat matematika
•C.
Materi Pelajaran
- 1. Model Matematika
•D.
Metode Pengajaran
- 1. Ceramah
- 5. Diskusi
- 6. Penugasan
- 7. Penemuan
•E.
Langkah Pembelajaran
- 1. Kegiatan awal : Membahas PR dan memberikan pengantar tentang model matematika
- 2. Kegiatan Inti : Menerangkan cara mengubah kalimat verbal menjadi kalimat matematika
- 3. Kagitan Akhir : Membimbing siswa dalam mengerjakan latihan dan memberikan PR
•F.
Sumber Belajar
- 1. Modul tentang Program Linier
- 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.
Penilaian
1. Kuis
2. Tes lisan
3. Tes tulis
4. Pengamatan dan penugasan
Mengetahui,
Sungai Penuh, 15 Juli 2012
Kepala Sekolah Guru
Bidang Studi Matematika
HENDRIPAL,
S.Pd
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas /
Semester : X / 2
Pertemuan
Ke : 71 – 73
Alokasi
: 6 x 45 Menit
Standar Kompetensi :
Menyelesaikan masalah program linier
Kompetensi
Dasar : Membuat grafik himpunan penyelesaian sistem
pertidaksamaan linier
•A.
Indikator
- 1. Soal ceritera ( kalimat verbal ) diterjemahkan kedalam kalimat matematika
- 4. Kalimat matematika ditentukan daerah penyelesaiannya
•B.
Tujuan Pembelajaran
- 1. Siswa dapat mengubah soal cerita ( kalimat verbal ) menjadi kalimat matematika
- 2. Siswa dapat menentukan daerah penyelesaian dari kalimat matematika
•C.
Materi Pelajaran
- 1. Model Matematika
•D.
Metode Pengajaran
- 1. Ceramah
- 2. Diskusi
- 3. Penugasan
- 4. Penemuan
•E.
Langkah Pembelajaran
- 5. Kegiatan awal : Membahas PR dan memberikan pengantar tentang model matematika
- 6. Kegiatan Inti : Menerangkan cara mengubah kalimat verbal menjadi kalimat matematika
- 7. Kagitan Akhir : Membimbing siswa dalam mengerjakan latihan dan memberikan PR
•F.
Sumber Belajar
- 1. Modul tentang Program Linier
- 2. Buku Matematika SMA dan Referensi lain yang relevan
•G.
Penilaian
1. Kuis
2. Tes lisan
3. Tes tulis
4. Pengamatan dan penugasan
Mengetahui,
Sungai Penuh, 15 Juli 2012
Kepala Sekolah Guru
Bidang Studi Matematika
HENDRIPAL,
S.Pd
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/
Semester
: X / 2
Pertemuan
Ke
: 74 – 77
Alokasi
: 6 x 45 menit
Standar
Kompetensi
:Menyelesaikan masalah program linier
Kompetensi
Dasar
: Menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linier
A.
Indikator
1. Fungsi obyektif ditentukan dari
soal
2. Nilai optimum ditentukan berdasar
fungsi obyektif
B.
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat dapat menetukan nilai obyektip dari soal cerita
2. Siswa dapat menentukan nilai optimum, baik maksimum atau minimum
C.
Materi
Pelajaran
1. Fungsi objektif
2. Nilai optimum
D.
Metode
Pengajaran
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Penugasan
4. Penemuan
E.
Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan
awal : Membahas PR dan memberikan
pengantar tentang model matematika
2. Kegiatan Inti
: Menerangkan cara mencari nilai
maksimum dan minimum
3. Kagitan
Akhir : Membimbing siswa dalam
mengerjakan latihan dan memberikan PR
F.
Sumber Belajar
1. Modul Matematik SMA
2. Referensi lain yang relevan
G.
Penilaian
1. Kuis
2. tes lisan
3. tes tulis
4. pengamatan danpenugasan
Mengetahui,
Sungai Penuh, 15 Juli 2012
Kepala Sekolah Guru
Bidang Studi Matematika
HENDRIPAL,
S.Pd
Langganan:
Postingan (Atom)