PENGELOLAAN KELAS
OLEH : HENDRIPAL.SPd
Pendahuluan
Tingkat keberhasilan pembelajaran amat ditentukan oleh kondisi
yang terbangun selama pembelajaran. Kondisi
pembelajaran yang semakin kondusif, maka
tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajarnya akan semakin tinggi dan
sebaliknya. Atau terciptanya kondisi
pembelajaran yang efektif akan menjadikan proses pembelajaran berlangsung
secara efektif dan efisien dan peserta didik berhasil dalam mewujudkan
tujuan/kompetensi yang diharapkan sebagai dampaknya .
Menurut
Reigeluth, (1983) hasil belajar peserta didik yang efektif, efisien dan
mempunyai daya tarik dipengaruhi oleh kondisi pembelajaran.
Kondisi
ini berada di luar jangkauan pendidik. Kemunculannya sulit diprediksi karena
dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik peserta didik dan materi ajar sebagai
sarana intervensi kompetensinya.
Kendatipun
demikian, pendidik secara preventif perlu berupaya bagaimana menciptakan
kondisi yang kondusif, menyenangkan, menantang, sehingga materi ajar yang
disajikan dapat mengintervensi kompetensi yang diharapkan dalam diri peserta
didik. Melalui serangkaian kegiatan pembelajaran yang berlangsung dalam kondisi
yang menyenangkan akan berpeluang bagi peserta didik untuk dapat mengungkap
arti dan makna yang berbeda atas interpretasinya terhadap obyek, materi yang
tersajikan.
Untuk menciptakan kondisi tersebut, pendidik
perlu melakukan pengelolaan terhadap sarana dan prasarana kelas yang tersedia
serta mencegah dan/atau mengendalikan
timbulnya perilaku peserta didik yang mengganggu aktivitas selama proses
pembelajaran.
B. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas atau manajemen kelas (classroom management) merupakan upaya pendidik untuk menciptakan
dan mengendalikan kondisi belajar serta memulihkannya apabila terjadi gangguan
dan/atau penyimpangan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara
optimal.
Optimalisasi proses pembelajaran
menunjukan bahwa keterlaksanaan serangkaian kegiatan pembelajaran (instructional activities) yang sengaja
direkayasa oleh pendidik dapat berlangsung secara efektif dan
efisien dalam memfasilitasi peserta didik sampai dapat meraih hasil belajar
sesuai harapan. Hal ini dimungkinkan, karena berbagai macam bentuk interaksi
yang terbangun memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memperoleh
pengalaman belajar (learning experiences)
dalam rangka menumbuh-kembangkan kemampuannya (kompetensi - competency), yaitu spiritual, mental: intelektual,
emosional, sosial, dan fisik (indera) atau kognitif, afektif, dan psikomotorik.
C. Tujuan Pengelolaan Kelas
Agar kegiatan
pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas berhasil dengan baik, maka
pendidik perlu melakukan pengelolaan
kelas dengan tujuan untuk:
1. Memberikan
motivasi belajar kepada peserta didik agar dapat mewujudkan ketercapaian tujuan
pembelajaran secara optimal.
2. Membina
kedisiplinan dan rasa tanggung-jawab peserta didik dalam mengikuti aturan main
kelas, sehingga masing-masing peserta didik dapat belajar sesuai dengan
kemampuannya.
3. Membimbing
dan mengendalikan kegiatan belajar peserta didik demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
4. Mengarahkan
sikap atau perilaku peserta didik yang menyimpang dari tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai.
5. Memberdayakan
sarana kelas guna mendukung kelancaran kegiatan belajar peserta didik sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
6. Mewujudkan
lingkungan belajar yang menyenangkan (kondusif) sebagai wahana bagi peserta
didik dalam menumbuh-kembangkan potensinya secara seoptimal.
D. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
Dalam melakukan pengelolaan kelas untuk
menciptakan dan mengendalikan kondisi pembelajaran yang dapat menimbulkan rasa
senang, nyaman dan menantang bagi
peserta didik, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Antusias
Ketika
menyajikan materi ajar, pendidik hendaknya
menunjukan semangat, antusiasme , selalu membina hubungan baik dan akrab
melalui salam, sapaan dan senyuman kepada peserta didik selama proses
pembelajaran. Hal ini akan menjadikan peserta didik bersemangat dalam
belajarnya, karena mereka merasa
memperoleh perlakuan yang baik.
2.
Tantangan
Materi
ajar yang disajikan hendaknya dipilih yang dapat menantang peserta didik untuk
mengetahuinya. Gunakan kata-kata, pesan, peralatan, cara kerja atau kegiatan yang menggairahkan
peserta didik untuk belajar, sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3. Bervariasi
Penggunaan pendekatan, strategi dan metode serta alat bantu atau
media pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan peserta didik akan
meningkatkan minat, perhatian dan motivasi belajarnya serta mengurangi munculnya gangguan.
Demikian halnya dengan gaya mengajar pendidik serta pola interaksi antara pendidik dan peserta
didik. Penggunaan variasi tersebut menjadi kunci terwujudnya pengelolaan kelas yang efektif.
4. Fleksibel
Apabila
dipandang perlu, selama kegiatan pembelajaran berlangsung pendidik secara fleksibel hendaknya melakukan
perubahan terhadap penggunaan strategi dan metode yang telah dirancang
sebelumnya. Tindakan ini dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan peserta
didik, seperti keributan, kurang
atau menurunnya perhatian dan banyak peserta didik yang tidak mengerjakan tugas, serta
dapat mengendalikan suasana pembelajaran yang efektif.
5. Penekanan pada Hal-hal yang Positif
Selama pembelajaran upayakan untuk menekankan
pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan
perhatian peserta didik pada hal-hal yang negatif. Tingkatkan pemberian
penguatan pada pada hal-hal yang positif dilakukan
oleh peserta didik dan kurangi hal-hal yang negatif, seperti berkata yang
kurang enak didengar, ngomel atau marah kepada peserta didik yang bertingkah
laku negatif.
6. Pembinaan Disiplin Diri
Selama pembelajaran pendidik perlu membina kedisiplinan dan
tanggu-jawab kepada peserta didik melalui keteladanan serta pelaksanaan norma
kelas yang dibuat dan bersama antara pendidik dengan peserta didik. Keterlaksanaan disiplin diri dalam kelas akan
menjamin terwujudnya kondisi pembelajaran yang efektif sebagai tujuan akhir
dari pengelolaan kelas, (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2002).
E. Aspek Pengelolaan Kelas
Untuk mengelola kelas ada empat aspek sarana
yang perlu diberdayakan, yaitu sumber daya manusia (SDM – pendidik dan peserta
didik, fasilitas kelas, dan lingkungan.
1. Pendidik
Pendidik sebagai
pengelola pembelajaran dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas perlu:
a. Menyusun
suatu rancangan pembelajaran secara makro atau mikro atau rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) untuk melaksanakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP-SD)
yang dibuat berdasarkan Standar Isi. Untuk dapat menyusun RPP yang baik, pendidik
hendaknya menguasai tuntutan kompetensi dengan melakukan analisis terlebih
dahulu terhadap kurikuilum. Melalui kegiatan ini akan dapat diidentifikasi
materi ajar yang menjadi substansi bentukan kompetensi, utamanya yang menyangklut sifatnya, yaitu
fakta, konsep, generalisasi/prinsip, hukum/dalil/teori, prosedur, dan
ketrampilan. Sifat-sifat materi ajar ini erat kaitannya dengan pemilihan keragaman
pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran, serta alat atau media
pembelajaran yang akan digunakan. Pengembangan RPP yang demikian itu akan dapat
menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, apabila dijadikan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran.
b. Melaksanakan
pembelajaran dengan berpedoman pada RPP yang telah disiapkan dengan harapan
dapat menciptakan, mengendalikan kondisi kegiatan yang menyenangkan selama
proses pembelajaran dan mengarahkan bila ada peserta didik yang menyimpang dari
tujuan pembelajaran. Keterwujudan kondisi pembelajaran yang kondusif ini akan
memberikan peluang bagi partisipasi aktif dan kreatif peserta didik selama
proses pembelajaran, sehingga kompetensi yang diharapkan dapat tercapai secara
efektif dan efisien.
Selama
proses pembelajaran, pendidik hendaknya membina hubungan baik dengan peserta
didik, antara lain melalui perannya sebagai:
1) Motivator,
pendidik harus tanggap terhadap kurang atau menurunnya minat, perhatian peserta
didik selama pembelajaran. Berikanlah dorongan kepada peserta didik agar
menunjukan semangat dan bergairah dalam belajar, sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Pemberian motivasi akan menumbuh-kembangkan
potensi peserta didik secara dinamis melalui keterlibatan aktif dan kreatif
dalam serangkaian kegiatan pembelajaran.
2) Fasilitator,
pendidik hendaknya tanggap terhadap apa yang diperlukan peserta didik dalam
belajar. Untuk itu berikan layanan yang mudahkan peserta didik dalam melakukan
kegiatan belajar, misal memberikan/menunjukan sumber-sumber untuk memperoleh
informasi, alat untuk melakukan praktek, panduan untuk melakukan observasi, dan
sebagainya.
3) Pembimbing,
pendidik perlu tanggap bila ada perserta yang mengalami kesulitan belajar.
Untuk itu berikanlah petunjuk/ bantuan/bimbingan/binaan mereka yang mengalami
kesulitan belajar sampai dapat mewujudkan ketercapaian tujuan pembelajaran. Di
samping itu pendidik juga perlu menunjukan penghargaan, perhatian, dan rasa
kasih sayang kepada peserta didik melalui salam, senyuman, dan sapaan secara
santun, serta mengajak/membantu mereka dalam memahami kemampuan dirinya.
4) Pemimpin,
pendidik hendaknya tanggap terhadap munculnya perilaku menyimpang yang dapat
mengganggu kelancaran proses pembelajaran. Untuk perilaku ini pendidik perlu mengendalikan/
mengarahkan kepada mereka untuk kembali pada tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
Atau
diberikan teguran kepada mereka agar tidak mengganggu jalannya pembelajaran. Teguran
yang baik perlu disampaikan secara tegas dan jelas sasarannya, hindari
penggunaan kata-kata yang bersifat mengejek, melecehkan dan penghinaan.
c. Mengevaluasi
ketercapaian kompetensi dengan memanfaatkan berbagai macam instrumen yang dapat
menggambarkan tingkat prestasi belajar peserta didik selama dan sesudah
pembelajaran (evaluasi proses dan hasil). Di samping itu, pendidik perlu juga
melakukan analisis terhadap hasil evaluasi untuk kepentingan tindak lanjut
pembelajaran. Hasil evaluasi ini perlu diberitahukan kepada peserta didik dan
diberikan catatan seperlunya. Misal, bagi peserta didik yang memperoleh nilai
kurang didorong, diberi semangat agar dapat meningkatkan hasilnya, ajaklah
mereka untuk berdialog untuk mengetahui problem yang dihadapi, sehingga mereka
memperoleh nilai yang kurang.
d. Merefleksi
hasil pembelajaran untuk mengetahui kelebihan atau kekurangan terhadap
pelaksanaan atau proses pembelajaran, kemudahan atau kesulitan yang dialami
peserta didik dalam melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran. Hasil refleksi
ini untuk melakukan modifikasi perencanaan pembelajaran berikutnya.
2. Peserta didik.
Dalam pembelajaran hendaknya peserta
didik jangan diperlakukan sebagai objek, melainkan diperlakukan sebagai subjek
belajar secara proporsional. Keterkaitannya dengan pengelolaan kelas, peserta
didik menjadi fokus perhatian dari serangkaian aktivitas pembelajaran. Dengan
kata lain, peserta didik menjadi faktor penentu yang perlu diperhatikan
sekaligus menjadikan rasional mengapa tujuan pembelajaran dirumuskan.
Nilai fungsional rumusan tujuan
pembelajaran merupakan upaya untuk menempatkan peserta didik sebagai subjek
belajar. Secara demikian, maka serangkaian kegiatan pembelajaran semata-mata
diarahkan pada pemberdayaan peserta didik, sehingga terpenuhi kebutuhannya untuk
tumbuh dan berkembang sesuai dengan karakteristiknya.
Beberapa kebutuhan yang hendak
dipenuhi melalui pengelolaan kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
antara lain:
a. Kebutuhan
jasmaniah yang menyangkut kesehatan,
seperti: makan, minum, pakaian, olah raga, istirahat, rekreasi, dan sebagainya.
Hal ini perlu mendapatkan perhatian dalam pengelolaan kelas,
sehingga peserta didik terhindar dari kelelahan selama melakukan serangkaian
kegiatan pembelajaran. Karena kondisi fisik yang lelah atau lesu akan
menurunkan gairah, antusiasme, minat,
perhatian, dan motivasi belajar yang bermuara pada keengganan peserta didik
untuk berpartisipasi secara aktrif dan kreatif dalam serangkaian kegiatan
pembelajaran dan akhirnya berdampak pada efisiensi dan efektivitas proses dan
hasil belajar.
b. Kebutuhan sosial
yang menyangkut hubungan pergaulan, utamanya dengan pendidik dan sesama teman. Untuk memenuhi kebutuhan ini,
suasana belajar di kelas perlu dikelola dengan baik, sehingga memungkinkan
peserta didik untuk melakukan dialog dengan pendidik dan sesama teman. Dialog itu
harus terbangun dalam suasana pergaulan kelas yang harmonis, tanpa
mendeskriminasikan peserta didik bahkan saling mengejek, termasuk
mengisolasikan mereka dari lingkungan belajarnya.
c. Kebutuhan
intelektual yang menyangkut kebutuban untuk tumbuh dan berkembang sebagai
manusia melalui pemanfaatan potensi berpikir dalam memecahkan persoalan belajarnya.
Dalam pengelolaan yang berkenaan dengan penyampaian materi ajar perlu
diupayakan urutannya secara sistematis dari yang mudah ke sulit, konkrit ke
abstrak, sederhana ke komplek, serta materi ajar yang dekat dengan pengalaman
peserta didik dan relevan dengan kebutuhannya. Di samping itu, setiap peserta didik memiliki minat yang
bervariasi dikarenakan perbedaan karakteristiknya, maka penyampaian materi ajar
perlu juga diciptakan suatu layanan kesempatan bagi mereka untuk memanfaatan
waktu belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing dalam kegiatan
pembelajaran (layanan kegiatan pembelajaran yang beragam dan bergantian).
Pengelolaan kelas dengan
memperhatikan kebutuhan tersebut akan memperlancar proses penyajian materi
ajar, sehingga peserta didik dapat
mencapai tujuan/kompetensi yang diharapkan.
Adapun karakteristik
peserta didik yang perlu mendapatkan perhatian dalam pengelolaan kelas, antara
lain:
a. Kecerdasan
atau tingkat intelegensi (intelligence)
Secara
umum diasumsikan bahwa peseta didik di SMU di dalam memori kecerdasannya atau
kerangka berpikir untuk kepentingan jangka panjang (long term memory) telah tersimpan berbagai macam bentuk informasi
secara verbal, baik yang bersifat fakta, konsep, generalisasi, bahkan mungkin
hukum/ teori. Secara demikian bahan pengetahuan kewarganegaraan yang akan
disajikan bukan merupakan hal yang baru sama sekali, melainkan lebih berfungsi
sebagai pemantapan, perluasan dan pendalaman dalan rangka menjadfikan mereka
anak-anak yang cerdas. Hal ini menjadikan pertimbangan dalam pemilihan metode,
yaitu metode-metode yang dapat membimbing mereka dalam mengembangkan
ketrampilan berpikir rasional/logis, kritis, kreatif, inovatif dan produktif.
b. Kemampuan
berimajinasi
Imajinasi,
khayalan merupakan awal dari kenyataan, apalagi dengan menggunakan data. Bisa
jadi perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan dan penghidupan yang dapat
kita nikmati sampai sekarang ini merupakan buah khayalan. Melalui imajinasi,
seseorang akan dapat beradaptasi, bersosialisasi, rekreasi, dan antisipasi terhadap berbagai
kemungkinan yang akan terjadi.
c. Kemampuan
berbahasa
Kemampuan
berbahasa turut mewarnai perkembangan kecerdasan seseorang. Bahan
Kewarganegaraan SMU banyak tersaji lewat media bahasa tulis maupun lisan yang
pemahamannya mempersyratkan kemampuan berbahasa yang dimiliki peserta didik.
d. Gaya belajar
Secara
umum gaya belajar pesrta didik dikategorikan ke dalam auditif, visual dan campuran. Untuk menciptakan kondisi yang
menunjang keterlaksanaan pembelajaran secara efektif dan efisien, maka dalam
memilih metode, gaya belajar peserta didik perlu dipertimbangkan.
e. Fisik (indera)
Indera merupakan pintu
gerbang pengetahuan, demikian penegasan Maria Montessori, seorang ahli
pendidikan Italia. Ahli lain menyatakan bahwa secara prosentase keberhasilan
belajar seseorang atas konstribusi inderanya, yaitu penglihatan 83%,
pendengaran 11%, penciuman 3,5%, perabaan 1,5%, dan perasa 1%. Hal ini
menjadikan bahan pertimbangan dalam pemilihan metode, sehingga pembelajaran
dapat membuahkan hasil seoptimal mungkin.
3. Sarana dan prasarana kelas
Sarana dan prasarana kelas yang perlu
mendapatkan perhatian menyangkut pengelolaan kelas, antara lain:
a. Sumber
belajar dan media pembelajaran perlu dikelola dengan baik, sehingga dapat
mendukung kelancaran dan kemudahan peserta didik untuk berpartisipasi aktif
dalam kegiatan pembelajaran.
Sumber belajar yang perlu dipilih dan
dikelola dengan baik, seperti:
1) Pesan-pesan
yang positif yang perlu disampaikan kepada peserta didik agar mereka dapat
mewujudkan kompetensi yang diharapkan
2) Buku-buku referensi yang perlu dibaca oleh
peserta didik untuk menambah wawasannya
3) Tempat-tempat di mana yang perlu dikunjungi
peserta didik dalam rangka mencari informasi untuk penyelesaian tugas
4) Siapa (nara
sumber) yang perlu dihubungi oleh peserta didik dalam rangka mencari informasi
untuk penyelesaian tugas, dan sebagainya.
Alat atau media pembelajaran yang
perlu dipilih dan dikelola dengan baik, seperti:
1) Alat
kerja partek laboratorium, alat olah raga, kesenian
2) Media dengar (audio), seperti:” radio, tape recorder
3) Media pandang (visual), seperti: bagan, grafik,
sketsa, gambar, foto, film bisu, slide,
OHP
4) Media pandang dengar (audio-visual), seperti: film, video,
televisi, dan sebagainya.
b. Ruang
kelas hendaknya terpelihara kebersihan dan keindahannya, sehingga menimbulkan
rasa senang, nyaman dan krasan untuk tinggal di dalamnya. Untuk lebih
meningkatkan suasana emosional tersebut, sebaiknya beraroma yang menyegarkan,
berirama musik yang lembut, dan pewarnaan ruangan, serta hiasan dinding yang
menggairahkan dan mendukung kegiatan belajar, seperti: bendera, gambar-gambar
atau foto pahlawan, lambang negara, presiden dan wakil.
c. Tempat duduk perlu diatur sedemikian rupa,
sehingga memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi, berpartisipasi secara
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan selama proses pembelajaran. Ada beberapa pola untuk
mengatur tempat duduk, yaitu:
1) Pola baris, digunakan dalam kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan konitif (pengetahuan).
|
||||
|
● ●
● ● ● ●
● ●
● ●
● ● ● ●
● ●
● ●
● ● ● ●
● ●
2) Pola
huruf U, digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai berbagai macam
aspek tujuan pembelajaran.
|
●
|
●
|
|
●
|
●
|
|
●
|
●
|
|
●
|
●
|
|
●
|
●
|
|
●
|
●
● ● ●
● ●
|
●
|
3) Pola setengah
lingkaran, digunakan untuk pembelajaran kelompok yang memudahkan peserta didik
berpindah tempatnya.
|
|||
4) Pola pembelajaran kelompok ramu
pendapat/sumbang saran (brainstorming)
Papan
Tulis
Guru
Peserta
didik
5) Pola pembelajaran perkelompok (syndicate group)
Guru
Peserta Peserta
Didik
Didik
Peserta
Didik
6) Pola pembelajaran kelompok mangkuk
ikan (fish bowl group)
M
K
Kursi
kosong
S
7) Pola pembelajaran
model simposium
N
M N
Tim Ahli
Peserta
didik
8) Pola
pembelajaran kilat kelompok kecil (buzz
group discussion)
Peserta
Didik
Peserta Peserta
Didik
Didik
9) Pola
pembelajaran kelompok panel
|
M
S
P P
|
P P
IPT
Peserta
didik
4. Lingkungan
Lingkungan fisik sekolah, seperti
halaman, taman, lapangan olah raga, dan kamar mandi perlu dijaga dengan baik kenyamanan,
keamanan, kebersihan dan keasriannya, sehingga dapat menimbulkan rasa damai untuk
bermain dan bergaul di sekolah, menarik dan membangkitkan gairah belajar serta
menghadirkan suasana yang nyaman untuk belajar. Pada tempat-tempat yang
strategis perlu dipasang slogan, seperti: ”rajin pangkal pandai, hemat pangkal
kaya”, “kebersihan sebagian daripada iman”, dan sebagainya. Lingkungan fisik sekolah yang nyaman dan
aman, antara lain:
a. Asri
dan terjaga kebersihan, keindahan dan kelestariannya.
b. Kebersiah, kerapian, dan kesehatan
sekolah terjaga.
c. Peserta merasa krasan, betah untuk
tinggal lama-lama di sekolah.
d. Fasilitas sekolah memadai.
e. Bebas dari polusi.
Lingkungan
sosio-kultural sekolah yang menunjukan suasana hubungan kekeluargaan antar
warga sekolah, yaitu kepala sekolah, guru, staf, peserta didik dan orang tua
serta masyarakat sekitar perlu dibina dengan baik, sehingga mendukung terciptanya
kondisi yang damai penuh dengan kenyamanan dan keamanan demi kelancaran proses
pembelajaran. Lingkungan
sosio-kultural yang damai, antara lain:
a. Tidak
adanya rasa kawatir, was-was pada peserta didik karena dirinya merasa takut dan
terancam keselamatannya.
b. Hubungan yang penuh kekeluargaan.
c. Tidak ada keributan di sekolah karena
perselisihan dan permusuhan.
d. Barang-barang milik sekolah dan
peserta didik terhindar dari pencurian.
e. Tidak ada pemalakan atau pemerasan.
f. Bebas prasangkja dan isu negatif.
g. Peserta didik merasa diterima
dan dihargai keberadaannya di sekolah.
h. Harga diri, kepribadian peserta
didik dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
i. Peserta didik merasa bebas
untuk beraktivitas.
j. Bebas dari intimidasi dan
rongrongan, baik dari dalam maupun dari luar, (M Noor Rochman Hadjam, dkk.,
2004).
F. Pendekatan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas yang menyangkut peserta
didik dapat dilakukan, baik secara individu maupun kelompok dengan cara, antara
lain: nasehat, keteladanan, ajakan, imbauan, teguran, larangan, ancaman, penguatan,
hadiah dan sanksi/hukuman.
Menurut James
Cooper, dkk. (dalam Mas Aboe Dhari dan M. Rianto, 2000) ada tiga
pendekatan pengelolaan kelas, yaitu:
1. Pendekatan modifikasi perilaku
Pendekatan
modifikasi perilaku berlandaskan pada psikologi behaviorostik yang menganggap bahwa perubahan perilaku manusia
(baik atau buruk) menupakan hasil belajar. Perubahan ini terjadi melalui
hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Untuk mengarahkan perubahan
perilaku manusia ke arah perilaku yang baik, positif sehubungan dengan
pengelolaan kelas, maka ada beberapa teknik pembinaan yang dapat diandalkan,
yaitu:
a. Penguatan negatif dengan cara mengurangi
hingga menghilangkan stimulus yang
tidak menyenangkan untuk mendorong terulangnya kembali suatu perilaku yang
ditimbulkan sebagai akibatnya.
Misal, apabila diinginkan agar
seorang peserta didik berani mengeluarkan pendapatnya, maka peserta didik itu
dapat ditunjuk langsung untuk menjawab suatu pertanyaan (stimulus yang tidak menyenangkan). Andaikan suatu ketika peserta
didik itu berani mengeluarkan pendapatnya tanpa menunggu ditunjuk, maka
mulailah dikurangi secara bertahap teknik penunjukan langsung dalam menjawab
suatu pertanyaan (penguatan negatif). Kemudian teknik ini dihilangkan, apabila
peserta didik itu telah terbiasa dalam mengeluarkan pendapatnya.
Ada beberapa hal yang perlu memperoleh
perhatian dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas dengan menggunakan
pendekatan modifikasi perilaku teknik penguatan negatif, yaitu:
1) Hindari pemberian stimulus yang menyakitkan.
2) Berikan stimulus secara bervariasi.
3) Berian penguatan dengan segera.
4) Sasarannya jelas.
5) Keantusiasan.
b. Penghapusan, yaitu upaya mengubah perilaku
peserta didik dengan cara menghentikan pemberian respons terhadap suatu perilaku peserta didik yang semula dikuatkan
dengan respons tersebut.
Misal, seorang
peserta didik yang terbiasa memberikan komentar atas penjelasan pendidiknya dan pendidiknya itu
memberikan respons yang mengesankan
tidak berkeberatan dengan komentarnya (padahal pendidik sebenarnya tidak
mengharapkan komentar itu). Untuk mengurangi atau menghilangkan kebiasaan
peserta didik itu dapat digunakan teknik penghapusan, dengan menghentikan
pemberian respons.
Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas dengan pendekatan modifikasi
perilaku teknik penghapusan, yaitu:
1) Untuk mengurangi kekecewaan peserta didik
sebagai akibat ditiadakannya respons
sebagai pengukuh/penguat yang diharapkan, sebaiknya dikombinasikan dengan
pemberian penguatan positif.
2) Apabila kesulitan dalam memberikan penguatan
untuk mengintervensi perilaku peserta didik dan gagal setelah mencoba beberapa
teknik penguatan, sebaiknya gunakan teknik lain seperti inbauan, ajakan,
teguran, larangan atauy hukuman agar peserta didik tidak larut dalam perilaku
yang hendak dihapuskan.
3) Penggunaan teknik penghapusan untuk
menghilangkan perilaku peserta didik yang menyimpang memerlukan waktu yang
relatif lama. Untuk itu selama penggunaan teknik penghapusan berlangsung dan
peserta didik melakukan tindakan yang mengganggu kelancaran proses
pembelajaran, sebaiknya dihentikan dan diganti dengan teknik lainnya.
4) Apabila suatu teknik penguatan ditetapkan untuk
tidak diberikan kepada peserta didik, sebaiknya perlu koordinasi antar sesama pendidik
yang mengajar peserta didik tersebut. Koordinasi ini b ila tidak dilakukan akan
mempersuklit penghapusan perilaku peserta didik yang menyimpang.
c. Hukuman, yaitu pemberian stimulus yang tidak menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera
perilaku peserta didik yang tidak dikehendaki.
Misal, seorang
peserta didik yang mengganggu kelancaran proses pembelajaran diberikan hukuman,
antara lain berdiri di depan kelas.
Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas dengan pendekatan modifikasi
perilaku teknik hukuman, yaitu:
1) Agar peserta didik merasa ikhlas apabvila
menerima hukuman, maka sebaiknya aturan pemberian hukuman dibuat bersama antara
pendidik dengan peserta didik atau minimal disepakati oleh peserta didik.
2) Pemberian hukuman hendaknya segera setelah
terjadinya pelanggaran. Sehingga peserta didik memperoleh kesan yang kuat
tentang keterkaitan antara hukuman dengan pelanggaran yang dilakukan.
3) Apabila terdapat hal-hal yang potitif dalam diri
peserta didik yang melakukan pelanggaran, maka pemberian hukuman akan lebih
baik jika dikombinasikan dengan teknik penguatan positif.
4) Setelah menghukum peserta didik, pendidik
hendaknya bersikap wajar agar hubungan yang mungkin terganggu sebagai akibat
pemberian hukuman dapat dipulihkan kembali.
5) Pemberian hukuman hendaknya bervariasi agar
peserta didik tidak menjadi jenuh atau kebal dengan hanya satu macam hukuman.
2. Pendekatan iklim sosial emosional
Pendekatan iklim
sosial emosional berlandaskan pada psikologi klinis dan konseling, dengan anggapan
bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien mempersyaratkan hubungan
sosial emosional yang baik antara pendidik dengan peserta didik dan antar
peserta didik. Terciptanya hubungan yang baik akan memperlancar jalannya proses
pembelajaran dan terjadinya kesalah pahaman dapat diatasi dengan mudah.
Upaya penciptaan suasana
hubungan yang baik selama proses pembelajaran dalam kaitannya dengan
pengelolaan kelas dikarenakan:
a. Dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
kepentingan peserta didik hendaknya mempertimbangkan adanya sikap atau perilaku
yang umum bagi setiap orang, seperti: terbuka, menerima dan menghargai setiap orang
sebagai manusia, empati, solidaritas, membicarakan situasi pelanggaran dan bukan
pelakunya, dan demokratis.
b. Antar peserta didik memiliki karakteristik
masing-masing yang termanifestasi dalam bersikap atau berperilaku dan semuanya
menuntut adanya perlakuan (baca: pengelolaan) yang berlainan agar tidak
mengganggu jalannya proses pembelajaran.
Rodolf Dreikurs dan Pearl Cassel, terdapat
empat kategori sikap atau perilaku perserta didik yang biasa mengganggu proses
pembelajaran untuk dipertimbangkan, yaitu:
1) Peserta didik yang memiliki perilaku
menarik/mencari perhatian akan selalu menggunakan berbagai cara untuk menarik
perhatian pendidik. Misal, tertawa lebih keras dibandingkan dengan peserta
didik lainnya, menggoda teman sebelahnya, pura-pura sakit, pura-pura tidak
mengerti dan bertanya terus-menerus. Untuk menghadapi perilaku semacam itu,
sebaiknya dibiarkan saja, masa bodoh, emang gue pikirin, dan menganggap
keberadaannya di kelas sebagai tidak ada.
2) Peserta didik yang memiliki perilaku menguasai
akan selalu berusaha mengalahkan orang lain. Usaha itu bila tidak didapatkan
secara wajar, ia akan marah dan bertindak agresif atau sebaliknya menarik diri
sama sekali atau tidak mau melaksanakan kewajibannya. Perilaku peserta didik
yang demikian, sebaiknya diatasi dengan memberikan tugas untuk memimpin teman-temannya
yang memerlukan keberanian dan kekuatan fisik.
3) Peserta didik yang memiliki perilaku suka balas
dendam akan selalu melakukan tindakan yang menyakitkan orang lain, baik secara
fisik maupun spikis. Teknik untuk mengatasi perilaku peserta didik yang tersebut
dengan menyerahkan kepada psikolog dan pendidik hanya membantu pelaksanaannya
di kelas.
4) Peserta didik yang memiliki perilaku merasa
tidak mampu akan selalu mengatakan bahwa ia tidak mengerjakan tugas, karena ia
yakin akan gagal atau merasa gagal sebelum memulai. Perilaku peserta didik yang
demikian itu jangan disalahkan secara langsung melainkan berikan dorongan dan
bimbingan.
3. Pendekatan proses kelompok
Pendekatan proses
kelompok berlandaskan pada psikologi dan dinamika kelompok, dengan anggapan
dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien berlangsung dalam
konteks kelompok. Untuk itu peranan pendidik dalam pengelolaan kelas adalah
menciptakan kelompok-kelompok dalan kelas yang mempunyai ikatan kuat dan masing-masing
anggotanya dapat bekerja secara efektif dan efisien. Pada awal pembelajaran,
biasanya peserta didik masih merupakan kerumunan orang dengan tujuan, pikiran
dan perasaan yang berbeda-beda. Tugas pendidik adalah memadukan kepentingan
yang berbeda tersebut menjadi kepentingan kelompok dengan ikatan yang kuat dan
mau bekerja sama secara produktif. Untuk membentuk kelompok peserta didik
dengan ikatan yang kuat perlu memperhatikan unsur-unsur, berikut ini:
a. Tujuan kelompok
Biasanya peserta
didik hadir di kelas dengan tujuan yang berbeda-beda. Tujuan tersebut perlu
diarahkan ke tujuan kelas, khususnya tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara
jelas dan realistis.
b. Aturan
Aturan yang mampu mengikat
peserta didik menjadi suatu kelompok yang padu aturan yang dibuat bersama
antara pendidik dengan peserta didik, atau minimal disetujui oleh peserta
didik. Karena adanya ketidak setujuan oleh seorang peserta didik akan
mengurangi daya ikat dari peraturan itu.
c. Pemimpin
Seorang pendidik dengan
sendirinya akan menjadi pemimpin peserta didik di kelasnya. Sebagai pemimpin pendidik
harus menjelaskan tujuan kelompok dan membentuk aturan kelompok. Selanjutnya
menciptakan dan memelihara suasana kerja kelompok yang sehat, yaitu dengan
jalan:
1) Mendorong dan memeratakan partisipasi.
2) Mengusahakan kompromi.
3) Mengurangi ketegangan.
4) Memperjelas komunikasi.
5) Mengatasi pertentangan antar
pribadi atau antar kelompok.
6) Menunjukan kehadiran.
7) Menerapkan sanksi.
REFERENSI
Davies, Ivor K.,
1981. Instructional
Technique,
New York: McGraw-Hill Book Company.
_____________, 1986. Pengelolaan Belajar, penerjemah Sudarsono Sudirdjo, Lily Rompas,
Koyo Kartasurya, Jakarta:
Rajawali.
JPG Sianipar; Jenny Jory Salmon, 2002. Manajemen
Kelas: Bahan ajar Diklat Kewidyaiswaraan Berjenjang Tingkat Pertama. Jakarta:
LAN RI.
Nurhadi; Burhan Yasin; Agus Gerrad Senduk, 2004. Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Un iversitas
Negeri Malang.
Mas Abe Dhari; M. Rianto, 1999. Metode
Pembelajaran: Bahan Penataran Instruktur Guru IPS dan PPKn. Malang : PPPG IPS dan
PMP.
M. Rianto, 2005. Pendekatan, Strategi dan Metode
Pembelajaran: Bahan Penataran Instruktur Guru IPS dan PPKn. Malang : PPPG IPS dan PMP.
M. Noor Rochman Hardjan, dkk., 2004. Membangun
Budaya Damai dan Anti Kekerasan di Sekolah melalui Salam, Sapa & Senyuman. Jakarta: Direktorat PMU.
Reigeluth, Charles M., 1983. Instructional-Design
Theories and Models : An Overview of Their Current Status. London :
Lawrence Erlbaum
Associates.
Syaiful
Bahri Djamarah; Aswan
Zain, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Silberman,
Mel, 2002. Active Learning: 101
Strategies to Teach Any Subject, Penerjemah:
Sarjuli, dkk. Yogyakartya:
YAPPENDIS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar